F =
e TC
S S
2 2
Keterangan: F
= Harga bilangan – F untuk garis regresi S
2 TC
= Varians tuna cocok S
2 e
= Varians kekeliruan Kriteria yang digunakan yaitu jika nilai F hitung lebih besar
dari nilai F tabel pada taraf signifikansi 5, maka hubungan antara variabel bebas dan terikat bersifat tidak linier. Sedangkan jika F
hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf signifikansi 5, maka berarti hubungan antara variabel bebas dan terikat bersifat linier.
b. Pengujian Hipotesis 1 Rumusan Hipotesis I
H
o
= Tidak ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. H
a
= Ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. 2 Pengujian Hipotesis I
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang di kembangkan Chow Gujarati, 2003:307
dengan rumus sebagai berikut: Y
i
= α +
1
β X
1
+
2
β X
2
+
3
β X
1
X
2
+
i
µ Keterangan:
Y
i
= Variabel efektivitas mengelola usaha α =
Konstanta X
1
= Variabel jwa kewirausahaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
X
2
= Variabel etnis X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha
1
β
2
β
3
β = Koefisien
regresi besaran pengaruh
i
µ = Pengganggu regresi
Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X
1
X
2
terhadap Y
i
maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi
3
β dengan taraf signifikansi α yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis
penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi
3
β lebih rendah dari taraf signifikansi α 0,05. Untuk dapat memberikan interpretasi terhadap koefisien
korelasi yang ditemukan, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel 3.11 sebagai berikut.
Tabel 3.11 Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399
0,40 – 0,599 0,60 – 0,799
0,80 – 1,000 Sangat Rendah
Rendah Sedang
Kuat Sangat Kuat
Catatan: Pengujian hipotesis II, III, IV, V, VI identik dengan pengujian hipotesis I.
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Pasar Beringharjo
Pasar Beringharjo adalah pasar tertua dan keberadaannya mempunyai nilai historis dan filosofis yang tidak dapat dipisahkan dengan kraton
Ngayogjokarto Hadiningrat. Pasar Beringharjo merupakan salah satu komponen utama dalam pola tata kota kerajaan, biasa disebut pola “Catur
Tunggal” yaitu Kraton, Alun-alun, Pasar, dan Masjid Bangunan Suci. Lokasi Pasar Beringhajo dahulu merupakan lapangan yang agak luas, berlumpur dan
becek, juga banyak pohon beringinnya. Sebelah timur bangunan non permanen adalah bekas makam orang-orang Belanda, tempat ini secara resmi
dipergunakan sebagai ajang pertemuan rakyat setelah ditunjuk oleh Sri Sultan Yogyakarta tahun 1758. Orang-orang mulai memanfaatkan dengan
mendirikan payon-payon sebagai peneduh panas dan hujan, keadaan ini berlangsung hingga tahun 1920.
Keadaan mulai berkembang, pemerintah memandang perlu membangun pasar yang representatif dan layak. Sebagai pasar pusat di Ngayogyakarta,
Nederlansch Indisch Beton Maatschapij ditugaskan membangun los-los pasar pada tanggal 24 Maret 1925. Pada akhir Agustus 1925 telah diselesaikan 11
los konstruksi beton. Pembangunan dilanjutkan kembali pada bulan September 1925 dengan konsentrasi pembangunan los-los dan kios di sebelah
barat. Proyek pembangunan pasar selesai akhir Maret 1926 dan mulai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dimanfaatkan satu bulan kemudian. Pasar yang berkonstruksi beton bertulang dalam bentuk dan wujud yang akrab dengan arsitektur tropis ini dinilai
pemerintah Hindia Belanda “EENDER MOOISTE PASSERS PO JAVA”, artinya salah satu pasar terindah di Jawa.
Nama Beringharjo baru diberikan setelah bertahtanya Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Beliau yang memerintahkan agar nama-nama Jawa
dipergunakan untuk semua nama instansi di bawah kasultanan Ngayogyakarta. Beringharjo nama yang paling sesuai untuk nama pasar di tengah kota itu,
mengingat lokasi pasar merupakan bekas hutan beringin. Pohon beringin melambangkan kebesaran serta pengayoman bagi banyak orang, jadi sesuai
dengan citra yang diemban pasar tersebut sebagai pasar pusat atau pasar “Gede” bagi Kota Yogyakarta.
Pembangunan Pasar Beringharjo terus dilakukan hingga sekarang. Pasar Beringharjo dibangun di atas tanah seluas 2,5 hektar telah mengalami
rehabilitasi sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1951 dan 1970. Seiring perkembangan zaman pengelolaan Pasar Beringharjo diambil-alih oleh
Pemerintah Kota Yogyakarta. Pada tahun 1986 Pasar Beringharjo mengalami kebakaran yang mengakibatkan pemindahan pedagang ke Benteng
Vredenburg dan sebelah selatan pasar sementara bangunan pasar diperbaiki. Selanjutnya Pasar Beringharjo tidak saja sebagai tempat berbelanja, tetapi juga
merupakan salah satu pendukung sektor kepariwisataan di Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Fasilitas Dan Sarana Pendukung
Pasar Beringharjo dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan sarana pendukung baik bagi pedagang maupun pengunjung. Fasilitas dan sarana
pendukung tersebut antara lain : 1. Sarana air bersih yang berasal dari PDAM dan sumur.
2. Listrik dengan kekuatan 245 KVA baru terpasang 55 KVA. 3. Pemadam kebakaran yang terdiri dari hydrant dan tabung pemadam
kebakaran. 4. Keamanan yang siap selama 24 jam
5. Area parkir luas 6. Kamar mandi dan WC
7. Bank 8. Aula
9. Kantor Takmir 10. Ruang perpustakaan
11. Gedung dan ruang jaga 12. Ruang Poliklinik
13. Tempat Penitipan Anak yang berlokasi di bekas kantor dinas pasar lama dan dikelola oleh PKK Kota Yogyakarta dengan fasilitas:
Ruang periksa Ruang serbaguna
Ruang bermain Ruang makan