Deskripsi Data ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

dan sederajat sebanyak 72 orang 54,55, dan kategori tinggi Diploma, S1, dan seterusnya sebanyak 35 orang 26,51. Dengan demikian sebagian besar responden dari penelitian ini adalah pedagang yang memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu SMA dan sederajat. 2. Deskripsi Data a. Jiwa Kewirausahaan Kuesioner untuk mengungkap variabel jiwa kewirausahaan terdiri atas 40 pertanyaan. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 141 dan skor terendah 101, dengan mean = 117,6894, median = 117, modus = 117, stadar deviasi = 7,26818. Berikut ini disajikan tabel deskripsi variabel jiwa kewirausahaan. Tabel 5.4 Deskripsi Variabel Jiwa Kewirausahaan No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif Kategori 1 137-160 4 3,03 Sangat Tinggi 2 119-136 50 37,88 Tinggi 3 107-118 72 54,55 Cukup 4 95-106 6 4,54 Rendah 5 40-94 Sangat Rendah Jumlah 132 100 Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa ada 4 pedagang atau 3,03 yang terkategorikan memiliki jiwa kewirausahaan sangat tinggi, 50 pedagang atau 37,88 yang terkategorikan memiliki jiwa kewirausahaan tinggi, 72 pedagang atau 54,55 yang terkategorikan memiliki jiwa kewirausahaan cukup, 6 pedagang atau 4,54 yang terkategorikan memiliki jiwa kewirausahaan rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang memiliki jiwa kewirausahaan cukup. Hal ini didukung hasil perhitungan mean = 117,6894, median = 117, dan modus = 117. b. Kecerdasan Emosional Kuesioner untuk mengungkap variabel kecerdasan emosional terdiri atas 24 pertanyaan. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 92 dan skor terendah 60, dengan mean = 72,9545, median = 73, modus = 73, stadart deviasi = 5,12718. Tabel 5.5 Deskripsi Variabel Kecerdasan Emosional No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif Kategori 1 82 – 96 4 3,03 Sangat Tinggi 2 72 – 81 85 64,39 Tinggi 3 64 – 71 35 26.52 Cukup 4 57 – 63 8 6,06 Rendah 5 24 – 56 Sangat Rendah Jumlah 132 100 Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa ada 4 pedagang atau 3,03 yang terkategorikan memiliki kecerdasan emosional sangat tinggi, 85 pedagang atau 64,39 yang terkategorikan memiliki kecerdasan emosional tinggi, 35 pedagang atau 26,52 yang terkategorikan memiliki kecerdasan emosional cukup, 8 pedagang atau 6,06 yang terkategorikan memiliki kecerdasan emosional rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Hal ini didukung hasil perhitungan mean = 72,9545, median = 73, modus = 73. c. Keefektifan Mengelola Usaha Kuesioner untuk mengungkap variabel keefektifan mengelola usaha terdiri atas 21 pertanyaan. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 84 dan skor terendah 54, dengan mean = 66,3485, median = 66, modus = 66, stadart deviasi = 5,98087. Tabel 5.6 Deskripsi Variabel Keefektifan Mengelola Usaha No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif Kategori 1 72 - 84 21 15,91 Sangat Tinggi 2 63 -71 73 55,30 Tinggi 3 56 - 62 36 27,27 Cukup 4 50 - 55 2 1,52 Rendah 5 21 - 49 Sangat Rendah Jumlah 132 100 Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa ada 21 pedagang atau 15,91 yang terkategorikan memiliki keefektifan mengelola usaha sangat tinggi, 73 pedagang atau 55,30 yang terkategorikan memiliki keefektifan mengelola usaha tinggi, 36 pedagang atau 27,27 yang terkategorikan memiliki keefektifan mengelola usaha cukup, dan 2 pedagang atau 1,52 yang terkategorikan memiliki keefektifan mengelola usaha rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Hal ini didukung hasil perhitungan mean = 66,3485, median = 66, modus = 66. B Analisis Data 1. Pengujian Prasyarat Analisis a. Pengujian Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kondisi masing- masing variabel, apakan berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data penelitian ini dilakukan dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut 1 Jika nilai asymp sig 2-tailed 0,05 berarti sebaran data normal. 2 Jika nilai asymp sig 2-tailed 0,05 berarti sebaran data tidak normal. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5.7 Hasil Pengujian Normalitas No Variabel Asymp Sig 2-tailed α Kesimpulan 1 Keefektifan Mengelola Usaha 0,169 0,05 Normal 2 Kecerdasan Emosional 0,111 0,05 Normal 3 Jiwa Kewirausahaan 0,132 0,05 Normal Berdasarkan hasil pengujian normalitas data di atas tampak bahwa distribusi data tentang kecerdasan emosional, jiwa kewirausahaan, dan keefektifan mengelola usaha secara keseluruhan adalah normal. b. Pengujian Linieritas Pengujian linieritas digunakan untuk melihat apakah masing- masing variabel yang dijadikan prediktor mempunyai hubungan linier atau tidak dengan variabel terikatnya. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel prediktor adalah variabel kecerdasan emosional dan variabel jiwa kewirausahaan, dan variabel terikatnya adalah variabel keefektifan mengelola usaha. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria : jika nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel pada taraf signifikansi 5, maka hubungan antara variabel bebas dan terikat bersifat tidak linier, demikian pula sebaliknya. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5.8 Hasil Pengujian Linieritas No Keterangan F hitung F tabel Kesimpulan 1 Hubungan keefektifan mengelola usaha dengan kecerdasan emosional 1,298 1,6307 Linier 2 Hubungan keefektifan mengelola usaha dengan jiwa kewirausahaan 1,114 1,5672 Linier Tabel di atas menunjukkan bahwa F hitung antara masing- masing variabel bebas dengan variabel terikat lebih kecil daripada F tabel dengan taraf signifikansi 5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat adalah linier. 2. Pengujian Hipotesis a. Pengujian Hipotesis I 1 Perumusan hipotesis H o : Tidak ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. H a : Ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. 2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 9,509 + 0,478X 1 + 41,783X 2 – 0,314X 1 X 2 Keterangan : Y = Variabel efektivitas mengelola usaha X 1 = Variabel jiwa kewirausahaan X 2 = Variabel etnis X 1 X 2 = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan etnis Nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,695 lampiran VI hal 173. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan kuat. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha ditinjau dari variabel etnis adalah sebesar 0,639 lampiran VI hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan kuat. Hasil pengujian hipotesis I menunjukkan bahwa interaksi etnis dengan jiwa kewirausahaan semakin melemahkan hubungan antara jiwa kewirusahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi 3 β =X 1 X 2 dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dan etnis terhadap keefektifan mengelola usaha adalah - 0,314. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel melemahkan hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Nilai signifikansi koefisien regresi 3 β sebesar 0,029 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa etnis berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. b. Pengujian Hipotesis I I 1 Perumusan hipotesis H o : Tidak ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. H a : Ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. 2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 67,918 - 0,038X 1 - 49,431X 2 + 0,715X 1 X 2 Keterangan : Y = Variabel efektivitas mengelola usaha X 1 = Variabel kecerdasan emosional X 2 = Variabel etnis X 1 X 2 = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan etnis Nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,288 lampiran V hal 173. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan lemah. Sedangkan nilai koefisien korelasi kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha ditinjau dari variabel etnis adalah sebesar 0,476 lampiran V hal 175. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan cukup. Hasil pengujian hipotesis II menunjukkan bahwa interaksi etnis dengan kecerdasan emosional semakin menguatkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi 3 β =X 1 X 2 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dan etnis terhadap keefektifan mengelola usaha adalah 0,715. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel menguatkan hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Nilai signifikansi koefisien regresi 3 β sebesar 0,003 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa etnis berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. c. Pengujian Hipotesis III 1 Perumusan hipotesis H o : Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. H a : Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. 2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 92,013 - 0,307X 1 - 15,928X 2 + 0,180X 1 X 2 Keterangan : Y = Variabel efektivitas mengelola usaha X 1 = Variabel jiwa kewirausahaan X 2 = Variabel permodalan X 1 X 2 = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan permodalan Nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,515 lampiran V hal 173. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan cukup. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha ditinjau dari variabel permodalan adalah sebesar 0,701 lampiran V hal 176. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan kuat. Hasil pengujian hipotesis III menunjukkan bahwa interaksi permodalan dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan hubungan antara jiwa kewirusahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi 3 β =X 1 X 2 dari interaksi variabel jiwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kewirausahaan dan permodalan terhadap keefektifan mengelola usaha adalah 0,180. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel menguatkan hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Nilai signifikansi koefisien regresi 3 β sebesar 0,014 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. d. Pengujian Hipotesis IV 1 Perumusan hipotesis H o : Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. H a : Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. 2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 76,348 - 0,245X 1 - 18,517X 2 + 0,306X 1 X 2 Keterangan : Y = Variabel efektivitas mengelola usaha X 1 = Variabel kecerdasan emosional X 2 = Variabel permodalan X 1 X 2 = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan permodalan Nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,619 lampiran V hal 173. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan kuat. Sedangkan nilai koefisien korelasi kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha ditinjau dari variabel permodalan adalah sebesar 0,739 lampiran V hal 177. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan kuat. Hasil pengujian hipotesis IV menunjukkan bahwa interaksi permodalan dengan kecerdasan emosional semakin menguatkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi 3 β =X 1 X 2 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dan permodalan terhadap keefektifan mengelola usaha adalah 0,306. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel menguatkan hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Nilai signifikansi koefisien regresi 3 β sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. e. Pengujian Hipotesis V 1 Perumusan hipotesis H o : Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. H a : Ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. 2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 107,6465 – 0,476X 1 - 12,774X 2 + 0,167X 1 X 2 Keterangan : Y = Variabel efektivitas mengelola usaha X 1 = Variabel jiwa kewirausahaan X 2 = Variabel pendidikan X 1 X 2 = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan pendidikan Nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,368 lampiran V hal 173. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan lemah. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha ditinjau dari variabel pendidikan adalah sebesar 0,673 lampiran V hal 178. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan kuat. Hasil pengujian hipotesis V menunjukkan bahwa interaksi pendidikan dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan hubungan antara jiwa kewirusahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi 3 β =X 1 X 2 dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dan pendidiksn terhadap keefektifan mengelola usaha adalah 0,167. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel menguatkan hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Nilai signifikansi koefisien regresi 3 β sebesar 0,031 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. f. Pengujian Hipotesis VI 1 Perumusan hipotesis H o : Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. H a : Ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. 2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 96,352 - 0,609X 1 - 11,319X 2 + 0,247X 1 X 2 Keterangan : Y = Variabel efektivitas mengelola usaha X 1 = Variabel kecerdasan emosional X 2 = Variabel pendidikan X 1 X 2 = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan pendidikan Nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,425 lampiran V hal 173. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan cukup. Sedangkan nilai koefisien korelasi kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha ditinjau dari variabel pendidikan adalah sebesar 0,677 lampiran V hal 179. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan kuat. Hasil pengujian hipotesis VI menunjukkan bahwa interaksi pendidikan dengan kecerdasan emosional semakin menguatkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi 3 β =X 1 X 2 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dan permodalan terhadap keefektifan mengelola usaha adalah 0,247. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel menguatkan hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Nilai signifikansi koefisien regresi 3 β sebesar 0,016 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berikut disajikan rangkuman hasil pengujian hipotesis : Tabel 5.9 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Unstandardizied Coeficients Standardizied Coeficients Hipotesi s B Std. Error Beta t Sig. I - 0,314 0,142 - 2,571 - 2,209 0,029 II 0,715 0,240 3,741 2,978 0,003 III 0,180 0,072 2,871 2,495 0,014 IV 0,306 0,093 3,072 3,281 0,001 V 0,167 0,077 2,467 2,176 0,031 VI 0,247 0,101 2,305 2,448 0,016 3. Pembahasan Hasil Penelitian a. Pengaruh etnis terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,569. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan cukup. Tanda positif pada nilai koefisien korelasi berarti semakin tinggi jiwa kewirausahaan pedagang akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha. Sebaliknya apabila semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cicilia Istri Winarti pada pengusaha toko kelontong berskala kecil dan menengah yang berada di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,500. Hasil pengujian hipotesis I menunjukkan bahwa etnis berpengaruh terhadap jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,029 lebih kecil dari nilai α 0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi terkategorikan tinggi 73 pedagang atau 55,30. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 66,3485, median = 66, modus = 66, standart deviasi = 5,99087. Keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi tampak dalam semangat kerja, memiliki impian, tegas dalam mengambil keputusan, berdedikasi, bekerja dengan rinci, tidak menggantungkan hidup pada nasib, memiliki sumber dana, kerjasama dengan karyawan, memiliki etika moral, kemampuan belajar dan mendengarkan, memiliki rencana bisnis, dan mengutamakan hasil yang terbaik. Deskripsi jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi di pasar Beringharjo memiliki jiwa kewirausahaan yang terkategorikan cukup 72 pedagang atau 54,55. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 117,6894, median = 117, modus = 117, standart deviasi = 7,26818. Ciri-ciri seorang wirausaha yang berhasil adalah memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berorientasi pada tugas dan hasil, tidak ragu dalam mengambil resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, berpikir orisinil dan memiliki visi yang jelas. Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh etnis terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi adalah signifikan. Artinya hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis. Namun karena nilai koefisien regresi adalah –0,314 maka hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa etnis Cina memiliki jiwa kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa sebagai akibat dari perbedaan pola pendidikan. Pola mendidik anak antara kedua etnis tersebut, ternyata tidak menyebabkan perbedaan pada perkembangan pribadi seseorang yang akhirnya mempengaruhi pembentukan jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan tersebut pada dasarnya dapat dilatih dan ditingkatkan dengan cara kerja keras, disiplin, belajar, memanfaatkan waktu, dan memperbaiki sikap mental. Sikap mental yang dapat menunjang pembentukan jiwa kewirausahaan adalah sigap, cekatan, tidak menunda, tanggap, aktif, rajin, telaten, tekun, jujur dan bertangung Jawab, disiplin, teliti, kerja baik, berjiwa besar, mempunyai sikap wira. Sementara sikap mental yang menghambat perkembangan jiwa kewirausahaan adalah malas, enggan, menunda, diam, pasif, masa bodoh, apatis, tidak peduli, culas dan curang, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI seenaknya, ceroboh, asal jadi, iri, dengki, sangat personal Media Akuntansi, 1996:16. Sikap mental seseorang terbentuk tidak hanya dari pola pendidikan sedari kecil dalam lingkungan keluarga tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan lainnya seperti lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Dalam penelitian ini pembentukan jiwa kewirausahaan pedagang konveksi lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat atau lingkungan sekolah. Dengan kata lain pola pendidikan dalam lingkungan keluarga hanya sedikit berpengaruh pada pembentukan jiwa kewirausahaan para pedagang. b. Pengaruh etnis terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha Nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,288. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan lemah. Tanda positif pada nilai koefisien korelasi berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pedagang akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha. Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cicilia Istri Winarti pada pengusaha toko kelontong berskala kecil dan menengah yang berada di lingkungan sekitar kampus Universitas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,639. Hasil pengujian hipotesis II menunjukkan bahwa etnis berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,003 lebih kecil dari nilai α 0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi terkategorikan tinggi 73 pedagang atau 55,30. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 66,3485, median = 66, modus = 66, standart deviasi = 5,99087. Keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi tampak dalam semangat kerja, memiliki impian, tegas dalam mengambil keputusan, berdedikasi, bekerja dengan rinci, tidak menggantungkan hidup pada nasib, memiliki sumber dana, kerjasama dengan karyawan, memiliki etika moral, kemampuan belajar dan mendengarkan, memiliki rencana bisnis, dan mengutamakan hasil yang terbaik. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi di pasar Beringharjo memiliki kecerdasan emosional yang terkategorikan tinggi 85 pedagang atau 64,39. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 72,9545, median = 73, modus = 73, standart deviasi = 5,12718. Kecerdasan emosional seseorang dapat diketahui dari kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh etnis terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi adalah signifikan. Artinya hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis. Hasil penelitian ini sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa etnis Cina memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa sebagai akibat dari perbedaan pola pendidikan. Goleman http:www.purdiecandra.comjmcontentview93 46 mengungkapkan ada perbedaan antara kecerdasan emosional dengan kecedasan intelektual IQ. Kecerdasan intelektual itu sesungguhnya merupakan keturunan seseorang yang tidak dapat diubah, karena pembawaan sejak lahir. Sedangkan kecerdasan emosional tidak demikian. Kecerdasan emosional bisa dipelajari, dilatih, dan dikembangkan. Perkembangan kecerdasan emosional sendiri dapat dimulai sedari kecil dalam lingkungan keluarga. Dalam lingkungan inilah seseorang untuk pertama kalinya memulai interaksinya dengan orang lain. Pola pendidikan dalam keluarga sangat menentukan pembentukan kecerdasan emosional seseorang. Meskipun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada lingkungan lain yang dapat berpengaruh seperti lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. c. Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,515. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan cukup. Tanda positif pada nilai koefisien korelasi berarti semakin tinggi jiwa kewirausahaan pedagang akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha. Sebaliknya apabila semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cicilia Istri Winarti pada pengusaha kelontong berskala kecil dan menengah yang berada di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,500. Hasil pengujian hipotesis III menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh terhadap jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,014 lebih kecil dari nilai α 0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi terkategorikan tinggi 73 pedagang atau 55,30. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 66,3485, median = 66, modus = 66, standart deviasi = 5,99087. Keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi tampak dalam semangat kerja, memiliki impian, tegas dalam mengambil keputusan, berdedikasi, bekerja dengan rinci, tidak menggantungkan hidup pada nasib, memiliki sumber dana, kerjasama dengan karyawan, memiliki etika moral, kemampuan belajar dan mendengarkan, memiliki rencana bisnis, dan mengutamakan hasil yang terbaik. Deskripsi jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi di pasar Beringharjo memiliki jiwa kewirausahaan yang terkategorikan cukup 72 pedagang atau 54,55. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 117,6894, median = 117, modus = 117, standart deviasi = 7,26818. Ciri-ciri seorang wirausaha yang berhasil adalah memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berorientasi pada tugas dan hasil, tidak ragu dalam mengambil resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, berpikir orisinil dan memiliki visi yang jelas. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh permodalan terhadap hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi adalah signifikan. Artinya hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis. Hasil penelitian ini sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa semakin besar modal yang dimiliki semakin dapat seseorang menjalankan usahanya dengan efektif. Seorang wirausahawan yang kreatif, berorientasi ke depan, inovatif, dan percaya diri akan mampu menggunakan modal yang dimilikinya dengan baik sehingga dapat mengelola usahanya secara efektif. Dengan memiliki modal, pedagang tidak perlu mengkhawatirkan biaya yang mungkin ditimbulkan jika ingin melakukan inovasi baru. d. Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha Nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,619. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan kuat. Tanda positif pada nilai koefisien korelasi berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pedagang akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha. Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cicilia Istri Winarti pada pengusaha kelontong berskala kecil dan menengah yang berada di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,639. Hasil pengujian hipotesis IV menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai α 0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi terkategorikan tinggi 73 pedagang atau 55,30. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 66,3485, median = 66, modus = 66, standart deviasi = 5,99087. Keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi tampak dalam semangat kerja, memiliki impian, tegas dalam mengambil keputusan, berdedikasi, bekerja dengan rinci, tidak menggantungkan hidup pada nasib, memiliki sumber dana, kerjasama dengan karyawan, memiliki etika moral, kemampuan belajar dan mendengarkan, memiliki rencana bisnis, dan mengutamakan hasil yang terbaik. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi di pasar Beringharjo memiliki kecerdasan emosional yang terkategorikan tinggi 85 pedagang atau 64,39. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 72,9545, median = 73, modus = 73, standart deviasi = 5,12718. Kecerdasan emosional seseorang dapat diketahui dari kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh permodalan terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi adalah signifikan artinya hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis. Hasil penelitian ini sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa bahwa semakin besar jumlah modal yang dimiliki seorang pedagang, semakin besar derajat hubungan kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha. . Pedagang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan mampu mengelola modal yang dimilikinya dengan baik. Modal dapat digunakan untuk membiayai kegiatan usaha atau dapat juga digunakan untuk melakukan kegiatan lain. Jumlah modal yang besar memungkinkan seorang pedagang melakukan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya secara bersamaan, sehingga ia dapat mengembangkan usahanya lebih cepat dibandingkan dengan pedagang yang hanya memiliki jumlah modal kecil. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI e. Pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,368. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan lemah. Tanda positif pada nilai koefisien korelasi berarti semakin tinggi jiwa kewirausahaan pedagang akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha. Sebaliknya apabila semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cicilia Istri Winarti pada pengusaha kelontong berskala kecil dan menengah yang berada di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,500. Hasil pengujian hipotesis V menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,031 lebih kecil dari nilai α 0,05. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi terkategorikan tinggi 73 pedagang atau 55,30. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 66,3485, median = 66, modus = 66, standart deviasi = 5,99087. Keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi tampak dalam semangat kerja, memiliki impian, tegas dalam mengambil keputusan, berdedikasi, bekerja dengan rinci, tidak menggantungkan hidup pada nasib, memiliki sumber dana, kerjasama dengan karyawan, memiliki etika moral, kemampuan belajar dan mendengarkan, memiliki rencana bisnis, dan mengutamakan hasil yang terbaik. Deskripsi jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi di pasar Beringharjo memiliki jiwa kewirausahaan yang terkategorikan cukup 72 pedagang atau 54,55. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 117,6894, median = 117, modus = 117, standart deviasi = 7,26818. Ciri-ciri seorang wirausaha yang berhasil adalah memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berorientasi pada tugas dan hasil, tidak ragu dalam mengambil resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, berpikir orisinil dan memiliki visi yang jelas. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pendidikan terhadap hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi adalah signifikan artinya hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis. Hasil penelitian ini sejalan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dugaan awal penelitian bahwa jika semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemampuan seseorang mengelola usaha semakin efektif pula. Jiwa kewirausahaan sendiri dapat dikembangkan dengan cara kerja keras, disiplin, belajar, memanfaatkan waktu, dan memperbaiki sikap mental Media Akuntansi, 1999:16-17. Sekolah merupakan salah satu sarana belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional cara berpikirnya. Hal ini berpengaruh pada keputusan-keputusan usaha yang diambil. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Pengetahuan inilah yang nantinya akan berpengaruh pada perkembangan jiwa kewirausahaan seseorang yang akan semakin tinggi dan berdampak pada kemampuan mengelola usaha. f. Pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha Nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,425. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan cukup. Tanda positif pada nilai koefisien korelasi berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pedagang akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha. Sebaliknya apabila semakin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cicilia Istri Winarti pada pengusaha kelontong berskala kecil dan menengah yang berada di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,639. Hasil pengujian hipotesis VI menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,016 lebih kecil dari nilai α 0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi terkategorikan tinggi 73 pedagang atau 55,30. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 66,3485, median = 66, modus = 66, standart deviasi = 5,99087. Keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi tampak dalam semangat kerja, memiliki impian, tegas dalam mengambil keputusan, berdedikasi, bekerja dengan rinci, tidak menggantungkan hidup pada nasib, memiliki sumber dana, kerjasama dengan karyawan, memiliki etika moral, kemampuan belajar dan mendengarkan, memiliki rencana bisnis, dan mengutamakan hasil yang terbaik. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi di pasar Beringharjo memiliki kecerdasan emosional yang terkategorikan tinggi 85 pedagang atau 64,39. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 72,9545 , median = 73, modus = 73, standart deviasi = 5,12718. Kecerdasan emosional seseorang dapat diketahui dari kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pendidikan terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi adalah signifikan artinya hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis. Hasil penelitian ini sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa jika semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemampuan seseorang mengelola usaha semakin efektif pula. Kecerdasan emosional sendiri bukan merupakan bawaan dari lahir, melainkan terbentuk dari pola pendidikan seseorang baik dari keluarga, masyarakat, maupun lembaga formal yaitu sekolah. Dalam lingkungan sekolah, seseorang mendapatkan pengetahuan baru yang mungkin tidak ia dapatkan dalam keluarga maupun masayarakat. Selain itu dalam lingkungan sekolah memungkinkan seseorang berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dengan berbagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI karakteristik yang berbeda dari setiap individu. Keadaan semacam ini secara tidak langsung melatih seseorang untuk mengenali karakteristik dari setiap individu. Karakteristik diri selanjutnya menentukan setiap individu bersikap dalam relasinya dengan orang lain. Kecerdasan emosional mutlak diperlukan oleh seorang pengusaha agar dapat menjalankan usahanya secara efektif. Semakin tinggi tingkat pendidikan pedagang semakin dapat mengelola emosinya dengan baik, dan berdampak pada kemampuan mengelola usahanya. Dengan memiliki kecerdasan emosional seorang pengusaha akan tetap menganggap bahwa krisis itu adalah sebuah peluang, peka akan adanya peluang dalam situasi apapun dan mampu mengatasi berbagai konflik.

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa etnis berpengaruh negatif melemahkan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan angka–angka yang menguatkan pernyataan di atas. Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,029 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa etnis berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha dan koefisien regresi menunjukkan nilai sebesar – 0.314. 2. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa etnis berpengaruh positif menguatkan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan angka–angka yang menguatkan pernyataan di atas. Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,003 lebih kecil dari nilai α 0,05, hal ini menunjukkan bahwa etnis berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara kecerasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha dan koefisien regresi menunjukkan nilai sebesar 0,715. 3. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa permodalan berpengaruh positif menguatkan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan angka–angka yang menguatkan pernyataan diatas. Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,014 lebih kecil dari nilai α 0,05, hal ini menunjukkan bahwa etnis berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha dan diketahui koefisien regresi menunjukkan nilai sebesar 0,180. 4. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa permodalan berpengaruh positif menguatkan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan angka–angka yang menguatkan pernyataan diatas. Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara kecerasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha dan diketahui koefisien regresi menunjukkan nilai sebesar 0,226. 5. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa pendidikan berpengaruh positif menguatkan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan angka–angka yang menguatkan pernyataan diatas. Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,031 lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa etnis berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha dan diketahui koefisien regresi menunjukkan nilai sebesar 0,167. 6. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa pendidikan berpengaruh positif menguatkan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang menunjukkan angka–angka yang menguatkan pernyataan diatas. Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,016 lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara kecerasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha dan diketahui koefisien regresi menunjukkan nilai sebesar 0,247.

B. Keterbatasan

Pada saat penulis melaksanakan penelitian ini, penulis merasakan masih banyak menemui hambatan, kekurangan, dan kelemahan. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor yang mempengaruhinya, antara lain: keterbatasan waktu, dan hambatan dalam pengumpulan data yang diperlukan. Penulis tidak bisa melacak kebenaran data yang diperoleh dari responden. Apabila responden dalam menjawab pertanyaan dalam kuisioner tidak jujur, maka hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentu tidak menunjukkan hasil yang sebenarnya. Ketidaksempurnaan kuesioner yang

Dokumen yang terkait

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

0 2 188

Pengaruh etnis, permodalan, dan pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha : studi kasus pada pedagang bumbon/craken di Pasar Beringharjo Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 173

Pengaruh permodalan, tingkat pendidikan dan penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha : survei pada toko kelontong skala kecil dan menengah di Kecamatan Depok.

1 1 227

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 175

SKRIPSI PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 214

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 163

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN BUSINESS ENTITY TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA: SURVEI PADA COUNTER HP DI KECAMATAN DEPOK

0 0 214

PENGARUH ETNIS, PERMODALAN, DAN PENDIDIKAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEEFEKTIFAN MENGELOLA USAHA

0 1 190

Pengaruh etnis, permodalan, dan pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha : studi kasus pada pedagang bumbon/craken di Pasar Beringharjo Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 3 171

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha - USD Repository

0 0 186