Deskripsi Data ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
dan sederajat sebanyak 72 orang 54,55, dan kategori tinggi Diploma, S1, dan seterusnya sebanyak 35 orang 26,51. Dengan
demikian sebagian besar responden dari penelitian ini adalah pedagang yang memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu SMA dan sederajat.
2. Deskripsi Data a. Jiwa Kewirausahaan
Kuesioner untuk mengungkap variabel jiwa kewirausahaan terdiri atas 40 pertanyaan. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 141 dan
skor terendah 101, dengan mean = 117,6894, median = 117, modus = 117, stadar deviasi = 7,26818. Berikut ini disajikan tabel deskripsi
variabel jiwa kewirausahaan.
Tabel 5.4 Deskripsi Variabel Jiwa Kewirausahaan
No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif Kategori
1 137-160 4
3,03 Sangat
Tinggi 2 119-136 50
37,88 Tinggi
3 107-118 72 54,55
Cukup 4 95-106
6 4,54
Rendah 5 40-94
Sangat Rendah
Jumlah 132 100
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa ada 4 pedagang atau 3,03
yang terkategorikan memiliki jiwa kewirausahaan sangat tinggi, 50 pedagang atau 37,88 yang terkategorikan memiliki jiwa
kewirausahaan tinggi, 72 pedagang atau 54,55 yang terkategorikan memiliki jiwa kewirausahaan cukup, 6 pedagang atau 4,54 yang
terkategorikan memiliki jiwa kewirausahaan rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang memiliki jiwa
kewirausahaan cukup. Hal ini didukung hasil perhitungan mean = 117,6894, median = 117, dan modus = 117.
b. Kecerdasan Emosional Kuesioner untuk mengungkap variabel kecerdasan emosional terdiri
atas 24 pertanyaan. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 92 dan skor terendah 60, dengan mean = 72,9545, median = 73, modus =
73, stadart deviasi = 5,12718.
Tabel 5.5 Deskripsi Variabel Kecerdasan Emosional
No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif Kategori
1 82 – 96
4 3,03
Sangat Tinggi 2 72
– 81 85
64,39 Tinggi
3 64 –
71 35 26.52
Cukup 4 57
– 63
8 6,06
Rendah 5
24 – 56 Sangat Rendah
Jumlah 132
100
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa ada 4 pedagang atau 3,03
yang terkategorikan memiliki kecerdasan emosional sangat tinggi, 85 pedagang atau 64,39 yang terkategorikan memiliki kecerdasan
emosional tinggi, 35 pedagang atau 26,52 yang terkategorikan memiliki kecerdasan emosional cukup, 8 pedagang atau 6,06 yang
terkategorikan memiliki kecerdasan emosional rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi. Hal ini didukung hasil perhitungan mean = 72,9545, median = 73, modus = 73.
c. Keefektifan Mengelola Usaha Kuesioner untuk mengungkap variabel keefektifan mengelola usaha
terdiri atas 21 pertanyaan. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 84 dan skor terendah 54, dengan mean = 66,3485, median =
66, modus = 66, stadart deviasi = 5,98087.
Tabel 5.6 Deskripsi Variabel Keefektifan Mengelola Usaha
No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif Kategori
1 72 - 84
21 15,91
Sangat Tinggi 2 63
-71 73
55,30 Tinggi
3 56 - 62
36 27,27
Cukup 4
50 - 55 2
1,52 Rendah
5 21 - 49
Sangat Rendah Jumlah 132
100
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa ada 21 pedagang atau 15,91 yang terkategorikan memiliki keefektifan mengelola usaha sangat
tinggi, 73 pedagang atau 55,30 yang terkategorikan memiliki keefektifan mengelola usaha tinggi, 36 pedagang atau 27,27 yang
terkategorikan memiliki keefektifan mengelola usaha cukup, dan 2 pedagang atau 1,52 yang terkategorikan memiliki keefektifan
mengelola usaha rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Hal ini
didukung hasil perhitungan mean = 66,3485, median = 66, modus = 66.
B Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis a. Pengujian Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kondisi masing- masing variabel, apakan berdistribusi normal atau tidak. Pengujian
normalitas data penelitian ini dilakukan dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut 1 Jika nilai asymp sig 2-tailed 0,05 berarti sebaran data normal.
2 Jika nilai asymp sig 2-tailed 0,05 berarti sebaran data tidak normal.
Hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.7 Hasil Pengujian Normalitas
No Variabel Asymp Sig
2-tailed
α
Kesimpulan 1
Keefektifan Mengelola Usaha 0,169
0,05 Normal
2 Kecerdasan Emosional
0,111 0,05 Normal
3 Jiwa Kewirausahaan
0,132 0,05 Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas data di atas tampak
bahwa distribusi data tentang kecerdasan emosional, jiwa kewirausahaan, dan keefektifan mengelola usaha secara keseluruhan
adalah normal. b. Pengujian Linieritas
Pengujian linieritas digunakan untuk melihat apakah masing- masing variabel yang dijadikan prediktor mempunyai hubungan linier
atau tidak dengan variabel terikatnya. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel prediktor adalah variabel kecerdasan emosional
dan variabel jiwa kewirausahaan, dan variabel terikatnya adalah variabel keefektifan mengelola usaha. Pengambilan keputusan
dilakukan dengan kriteria : jika nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel pada taraf signifikansi 5, maka hubungan antara variabel bebas
dan terikat bersifat tidak linier, demikian pula sebaliknya. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.8 Hasil Pengujian Linieritas
No Keterangan
F hitung F tabel
Kesimpulan 1 Hubungan
keefektifan mengelola usaha dengan
kecerdasan emosional 1,298 1,6307 Linier
2 Hubungan keefektifan
mengelola usaha dengan jiwa kewirausahaan
1,114 1,5672 Linier
Tabel di atas menunjukkan bahwa F hitung antara masing-
masing variabel bebas dengan variabel terikat lebih kecil daripada F tabel dengan taraf signifikansi 5. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat adalah linier.
2. Pengujian Hipotesis a. Pengujian Hipotesis I
1 Perumusan hipotesis H
o
: Tidak ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara
jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
H
a
: Ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. 2 Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307,
dan diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 9,509 + 0,478X
1
+ 41,783X
2
– 0,314X
1
X
2
Keterangan : Y
= Variabel efektivitas mengelola usaha X
1
= Variabel jiwa kewirausahaan X
2
= Variabel etnis X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan etnis
Nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,695 lampiran VI hal
173. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan
mengelola usaha terkategorikan kuat. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha
ditinjau dari variabel etnis adalah sebesar 0,639 lampiran VI hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan
mengelola usaha terkategorikan kuat. Hasil pengujian hipotesis I menunjukkan bahwa interaksi etnis dengan jiwa kewirausahaan
semakin melemahkan hubungan antara jiwa kewirusahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi
3
β =X
1
X
2
dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dan etnis terhadap keefektifan mengelola usaha
adalah - 0,314. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel melemahkan hubungan jiwa kewirausahaan dengan
keefektifan mengelola usaha. Nilai signifikansi koefisien regresi
3
β sebesar 0,029 lebih kecil dari nilai
α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa etnis berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.
b. Pengujian Hipotesis I I 1 Perumusan hipotesis
H
o
: Tidak ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.
H
a
: Ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.
2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model
persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 67,918 - 0,038X
1
- 49,431X
2
+ 0,715X
1
X
2
Keterangan : Y
= Variabel efektivitas mengelola usaha X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
2
= Variabel etnis X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan
emosional dengan etnis Nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional
dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,288 lampiran V hal 173. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut
dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan lemah. Sedangkan
nilai koefisien korelasi kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha ditinjau dari variabel etnis adalah sebesar 0,476
lampiran V hal 175. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara kecerdasan emosional
dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan cukup. Hasil pengujian hipotesis II menunjukkan bahwa interaksi etnis dengan
kecerdasan emosional semakin menguatkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.
Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi
3
β =X
1
X
2
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dan etnis terhadap keefektifan mengelola usaha adalah
0,715. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel menguatkan hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan
mengelola usaha. Nilai signifikansi koefisien regresi
3
β sebesar 0,003 lebih kecil dari nilai
α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa etnis berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi
penelitian. c. Pengujian Hipotesis III
1 Perumusan hipotesis H
o
: Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan
antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
H
a
: Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara
jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model
persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 92,013 - 0,307X
1
- 15,928X
2
+ 0,180X
1
X
2
Keterangan : Y
= Variabel efektivitas mengelola usaha X
1
= Variabel jiwa kewirausahaan X
2
= Variabel permodalan X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan permodalan
Nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,515 lampiran V hal
173. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan
mengelola usaha terkategorikan cukup. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha
ditinjau dari variabel permodalan adalah sebesar 0,701 lampiran V hal 176. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat
dikatakan bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan kuat. Hasil pengujian
hipotesis III menunjukkan bahwa interaksi permodalan dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan hubungan antara jiwa
kewirusahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai
koefisien regresi
3
β =X
1
X
2
dari interaksi variabel jiwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kewirausahaan dan permodalan terhadap keefektifan mengelola usaha adalah 0,180. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi
kedua variabel menguatkan hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
Nilai signifikansi koefisien regresi
3
β sebesar 0,014 lebih kecil dari nilai
α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan
antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi
penelitian. d. Pengujian Hipotesis IV
1 Perumusan hipotesis H
o
: Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan
antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.
H
a
: Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.
2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model
persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 76,348 - 0,245X
1
- 18,517X
2
+ 0,306X
1
X
2
Keterangan : Y
= Variabel efektivitas mengelola usaha X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
2
= Variabel permodalan X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan
emosional dengan permodalan Nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional
dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,619 lampiran V hal 173. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut
dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan kuat. Sedangkan nilai
koefisien korelasi kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha ditinjau dari variabel permodalan adalah sebesar
0,739 lampiran V hal 177. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara kecerdasan
emosional dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan kuat. Hasil pengujian hipotesis IV menunjukkan bahwa interaksi
permodalan dengan kecerdasan emosional semakin menguatkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan
mengelola usaha. Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai
koefisien regresi
3
β =X
1
X
2
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dan permodalan terhadap keefektifan mengelola usaha
adalah 0,306. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel menguatkan hubungan kecerdasan emosional dengan
keefektifan mengelola usaha. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nilai signifikansi koefisien regresi
3
β sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai
α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi
penelitian. e. Pengujian Hipotesis V
1 Perumusan hipotesis H
o
: Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan
antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
H
a
: Ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara
jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model
persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 107,6465 – 0,476X
1
- 12,774X
2
+ 0,167X
1
X
2
Keterangan : Y
= Variabel efektivitas mengelola usaha X
1
= Variabel jiwa kewirausahaan X
2
= Variabel pendidikan X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan pendidikan
Nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,368 lampiran V hal 173.
Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan
mengelola usaha terkategorikan lemah. Sedangkan nilai koefisien korelasi jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha
ditinjau dari variabel pendidikan adalah sebesar 0,673 lampiran V hal 178. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat
dikatakan bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan kuat. Hasil pengujian
hipotesis V menunjukkan bahwa interaksi pendidikan dengan jiwa kewirausahaan semakin menguatkan hubungan antara jiwa
kewirusahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai
koefisien regresi
3
β =X
1
X
2
dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dan pendidiksn terhadap keefektifan mengelola
usaha adalah 0,167. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel menguatkan hubungan jiwa kewirausahaan dengan
keefektifan mengelola usaha. Nilai signifikansi koefisien regresi
3
β sebesar 0,031 lebih kecil dari nilai
α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan
antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.
f. Pengujian Hipotesis VI 1 Perumusan hipotesis
H
o
: Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan
antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.
H
a
: Ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.
2 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model
persamaan regresi yang dikembangkan Chow Gujarati, 2003:307, dan diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 96,352 - 0,609X
1
- 11,319X
2
+ 0,247X
1
X
2
Keterangan : Y
= Variabel efektivitas mengelola usaha X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
2
= Variabel pendidikan X
1
X
2
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan
emosional dengan pendidikan Nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional
dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,425 lampiran V hal 173. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan
bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan cukup. Sedangkan nilai koefisien
korelasi kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha ditinjau dari variabel pendidikan adalah sebesar 0,677 lampiran V
hal 179. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antara kecerdasan emosional dengan
keefektifan mengelola usaha terkategorikan kuat. Hasil pengujian hipotesis VI menunjukkan bahwa interaksi pendidikan dengan
kecerdasan emosional semakin menguatkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.
Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi
3
β =X
1
X
2
dari interaksi variabel kecerdasan emosional dan permodalan terhadap keefektifan mengelola usaha
adalah 0,247. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel menguatkan hubungan kecerdasan emosional dengan
keefektifan mengelola usaha. Nilai signifikansi koefisien regresi
3
β sebesar 0,016 lebih kecil dari nilai
α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara
kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. Artinya hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi
penelitian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berikut disajikan rangkuman hasil pengujian hipotesis :
Tabel 5.9 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis
Unstandardizied Coeficients
Standardizied Coeficients
Hipotesi s
B Std. Error Beta
t Sig. I
- 0,314 0,142
- 2,571 - 2,209
0,029 II 0,715
0,240 3,741 2,978 0,003 III 0,180 0,072 2,871 2,495 0,014
IV 0,306 0,093 3,072 3,281 0,001 V 0,167
0,077 2,467 2,176 0,031 VI 0,247 0,101 2,305 2,448 0,016
3. Pembahasan Hasil Penelitian a. Pengaruh etnis terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan
keefektifan mengelola usaha Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan
dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,569. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa
kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan cukup. Tanda positif pada nilai koefisien korelasi berarti semakin
tinggi jiwa kewirausahaan pedagang akan semakin efektif pula dalam mengelola usaha. Sebaliknya apabila semakin rendah jiwa
kewirausahaan, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cicilia Istri
Winarti pada pengusaha toko kelontong berskala kecil dan menengah yang berada di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,500.
Hasil pengujian hipotesis I menunjukkan bahwa etnis berpengaruh terhadap jiwa kewirausahaan dengan keefektifan
mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,029 lebih kecil dari
nilai α 0,05.
Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi terkategorikan tinggi 73 pedagang
atau 55,30. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 66,3485, median = 66, modus = 66, standart deviasi = 5,99087.
Keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi tampak dalam semangat kerja, memiliki impian, tegas dalam mengambil keputusan,
berdedikasi, bekerja dengan rinci, tidak menggantungkan hidup pada nasib, memiliki sumber dana, kerjasama dengan karyawan, memiliki
etika moral, kemampuan belajar dan mendengarkan, memiliki rencana bisnis, dan mengutamakan hasil yang terbaik.
Deskripsi jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi di pasar Beringharjo memiliki jiwa
kewirausahaan yang terkategorikan cukup 72 pedagang atau 54,55. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 117,6894,
median = 117, modus = 117, standart deviasi = 7,26818. Ciri-ciri seorang wirausaha yang berhasil adalah memiliki rasa percaya diri
yang tinggi, berorientasi pada tugas dan hasil, tidak ragu dalam mengambil resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, berpikir orisinil dan
memiliki visi yang jelas. Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh etnis terhadap
hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi adalah signifikan. Artinya hasil penelitian
mendukung diterimanya hipotesis. Namun karena nilai koefisien regresi adalah –0,314 maka hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
dugaan awal penelitian bahwa etnis Cina memiliki jiwa kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa sebagai akibat dari
perbedaan pola pendidikan. Pola mendidik anak antara kedua etnis tersebut, ternyata tidak menyebabkan perbedaan pada perkembangan
pribadi seseorang yang akhirnya mempengaruhi pembentukan jiwa kewirausahaan.
Jiwa kewirausahaan tersebut pada dasarnya dapat dilatih dan ditingkatkan dengan cara kerja keras, disiplin, belajar, memanfaatkan
waktu, dan memperbaiki sikap mental. Sikap mental yang dapat menunjang pembentukan jiwa kewirausahaan adalah sigap, cekatan,
tidak menunda, tanggap, aktif, rajin, telaten, tekun, jujur dan bertangung Jawab, disiplin, teliti, kerja baik, berjiwa besar,
mempunyai sikap wira. Sementara sikap mental yang menghambat perkembangan jiwa kewirausahaan adalah malas, enggan, menunda,
diam, pasif, masa bodoh, apatis, tidak peduli, culas dan curang, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
seenaknya, ceroboh, asal jadi, iri, dengki, sangat personal Media Akuntansi, 1996:16. Sikap mental seseorang terbentuk tidak hanya
dari pola pendidikan sedari kecil dalam lingkungan keluarga tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan lainnya seperti lingkungan
masyarakat, dan lingkungan sekolah. Dalam penelitian ini pembentukan jiwa kewirausahaan pedagang konveksi lebih banyak
dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat atau lingkungan sekolah. Dengan kata lain pola pendidikan dalam lingkungan keluarga hanya
sedikit berpengaruh pada pembentukan jiwa kewirausahaan para pedagang.
b. Pengaruh etnis terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha
Nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,288.
Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha
terkategorikan lemah. Tanda positif pada nilai koefisien korelasi berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pedagang akan semakin
efektif pula dalam mengelola usaha. Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah pula keefektifan
mengelola usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cicilia Istri Winarti pada pengusaha toko kelontong berskala kecil dan
menengah yang berada di lingkungan sekitar kampus Universitas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,639.
Hasil pengujian hipotesis II menunjukkan bahwa etnis berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dengan keefektifan
mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,003 lebih kecil dari
nilai α 0,05.
Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi terkategorikan tinggi 73 pedagang
atau 55,30. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 66,3485, median = 66, modus = 66, standart deviasi = 5,99087.
Keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi tampak dalam semangat kerja, memiliki impian, tegas dalam mengambil keputusan,
berdedikasi, bekerja dengan rinci, tidak menggantungkan hidup pada nasib, memiliki sumber dana, kerjasama dengan karyawan, memiliki
etika moral, kemampuan belajar dan mendengarkan, memiliki rencana bisnis, dan mengutamakan hasil yang terbaik.
Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi di pasar Beringharjo memiliki kecerdasan
emosional yang terkategorikan tinggi 85 pedagang atau 64,39. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 72,9545,
median = 73, modus = 73, standart deviasi = 5,12718. Kecerdasan emosional seseorang dapat diketahui dari kemampuan seseorang untuk
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang
lain. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh etnis terhadap hubungan
kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi adalah signifikan. Artinya hasil penelitian mendukung
diterimanya hipotesis. Hasil penelitian ini sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa etnis Cina memiliki kecerdasan emosional yang lebih
tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa sebagai akibat dari perbedaan pola pendidikan.
Goleman http:www.purdiecandra.comjmcontentview93 46 mengungkapkan ada perbedaan antara kecerdasan emosional
dengan kecedasan intelektual IQ. Kecerdasan intelektual itu sesungguhnya merupakan keturunan seseorang yang tidak dapat
diubah, karena pembawaan sejak lahir. Sedangkan kecerdasan emosional tidak demikian. Kecerdasan emosional bisa dipelajari,
dilatih, dan dikembangkan. Perkembangan kecerdasan emosional sendiri dapat dimulai sedari kecil dalam lingkungan keluarga. Dalam
lingkungan inilah seseorang untuk pertama kalinya memulai interaksinya dengan orang lain. Pola pendidikan dalam keluarga sangat
menentukan pembentukan kecerdasan emosional seseorang. Meskipun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada lingkungan lain yang dapat berpengaruh seperti lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.
c. Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,515.
Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan
cukup. Tanda positif pada nilai koefisien korelasi berarti semakin tinggi jiwa kewirausahaan pedagang akan semakin efektif pula dalam
mengelola usaha. Sebaliknya apabila semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola
usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cicilia Istri Winarti pada pengusaha kelontong berskala kecil dan menengah yang
berada di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta,
dan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan
mengelola usaha sebesar 0,500. Hasil pengujian hipotesis III menunjukkan bahwa permodalan
berpengaruh terhadap jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang
menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,014 lebih kecil dari nilai
α 0,05. Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa
sebagian besar pedagang konveksi terkategorikan tinggi 73 pedagang atau 55,30. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai
mean = 66,3485, median = 66, modus = 66, standart deviasi = 5,99087. Keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi tampak dalam
semangat kerja, memiliki impian, tegas dalam mengambil keputusan, berdedikasi, bekerja dengan rinci, tidak menggantungkan hidup pada
nasib, memiliki sumber dana, kerjasama dengan karyawan, memiliki etika moral, kemampuan belajar dan mendengarkan, memiliki rencana
bisnis, dan mengutamakan hasil yang terbaik. Deskripsi jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebagian
besar pedagang konveksi di pasar Beringharjo memiliki jiwa kewirausahaan yang terkategorikan cukup 72 pedagang atau 54,55.
Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 117,6894, median = 117, modus = 117, standart deviasi = 7,26818. Ciri-ciri
seorang wirausaha yang berhasil adalah memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berorientasi pada tugas dan hasil, tidak ragu dalam
mengambil resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, berpikir orisinil dan memiliki visi yang jelas.
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh permodalan terhadap hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha
pedagang konveksi adalah signifikan. Artinya hasil penelitian mendukung diterimanya hipotesis. Hasil penelitian ini sejalan dengan
dugaan awal penelitian bahwa semakin besar modal yang dimiliki semakin dapat seseorang menjalankan usahanya dengan efektif.
Seorang wirausahawan yang kreatif, berorientasi ke depan, inovatif, dan percaya diri akan mampu menggunakan modal yang
dimilikinya dengan baik sehingga dapat mengelola usahanya secara efektif. Dengan memiliki modal, pedagang tidak perlu
mengkhawatirkan biaya yang mungkin ditimbulkan jika ingin melakukan inovasi baru.
d. Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha
Nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,619.
Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha
terkategorikan kuat. Tanda positif pada nilai koefisien korelasi berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pedagang akan semakin efektif
pula dalam mengelola usaha. Sebaliknya apabila semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah pula keefektifan
mengelola usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cicilia Istri Winarti pada pengusaha kelontong berskala kecil dan menengah
yang berada di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,639.
Hasil pengujian hipotesis IV menunjukkan bahwa permodalan berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dengan keefektifan
mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari
nilai α 0,05.
Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi terkategorikan tinggi 73 pedagang
atau 55,30. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 66,3485, median = 66, modus = 66, standart deviasi = 5,99087.
Keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi tampak dalam semangat kerja, memiliki impian, tegas dalam mengambil keputusan,
berdedikasi, bekerja dengan rinci, tidak menggantungkan hidup pada nasib, memiliki sumber dana, kerjasama dengan karyawan, memiliki
etika moral, kemampuan belajar dan mendengarkan, memiliki rencana bisnis, dan mengutamakan hasil yang terbaik.
Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi di pasar Beringharjo memiliki kecerdasan
emosional yang terkategorikan tinggi 85 pedagang atau 64,39. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 72,9545,
median = 73, modus = 73, standart deviasi = 5,12718. Kecerdasan emosional seseorang dapat diketahui dari kemampuan seseorang untuk
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang
lain. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh permodalan terhadap
hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi adalah signifikan artinya hasil penelitian
mendukung diterimanya hipotesis. Hasil penelitian ini sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa bahwa semakin besar jumlah modal
yang dimiliki seorang pedagang, semakin besar derajat hubungan kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.
. Pedagang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan
mampu mengelola modal yang dimilikinya dengan baik. Modal dapat digunakan untuk membiayai kegiatan usaha atau dapat juga digunakan
untuk melakukan kegiatan lain. Jumlah modal yang besar memungkinkan seorang pedagang melakukan kegiatan usaha dan
kegiatan lainnya secara bersamaan, sehingga ia dapat mengembangkan usahanya lebih cepat dibandingkan dengan pedagang yang hanya
memiliki jumlah modal kecil. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha.
Nilai koefisien korelasi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,368.
Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha terkategorikan
lemah. Tanda positif pada nilai koefisien korelasi berarti semakin tinggi jiwa kewirausahaan pedagang akan semakin efektif pula dalam
mengelola usaha. Sebaliknya apabila semakin rendah jiwa kewirausahaan, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola
usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cicilia Istri Winarti pada pengusaha kelontong berskala kecil dan menengah yang
berada di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta,
dan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai koefisien korelasi antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan
mengelola usaha sebesar 0,500. Hasil pengujian hipotesis V menunjukkan bahwa pendidikan
berpengaruh terhadap jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang
menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,031 lebih kecil dari nilai
α 0,05. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi terkategorikan tinggi 73 pedagang
atau 55,30. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 66,3485, median = 66, modus = 66, standart deviasi = 5,99087.
Keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi tampak dalam semangat kerja, memiliki impian, tegas dalam mengambil keputusan,
berdedikasi, bekerja dengan rinci, tidak menggantungkan hidup pada nasib, memiliki sumber dana, kerjasama dengan karyawan, memiliki
etika moral, kemampuan belajar dan mendengarkan, memiliki rencana bisnis, dan mengutamakan hasil yang terbaik.
Deskripsi jiwa kewirausahaan menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi di pasar Beringharjo memiliki jiwa
kewirausahaan yang terkategorikan cukup 72 pedagang atau 54,55. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 117,6894,
median = 117, modus = 117, standart deviasi = 7,26818. Ciri-ciri seorang wirausaha yang berhasil adalah memiliki rasa percaya diri
yang tinggi, berorientasi pada tugas dan hasil, tidak ragu dalam mengambil resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, berpikir orisinil dan
memiliki visi yang jelas. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pendidikan terhadap
hubungan jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi adalah signifikan artinya hasil penelitian
mendukung diterimanya hipotesis. Hasil penelitian ini sejalan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dugaan awal penelitian bahwa jika semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemampuan seseorang mengelola usaha semakin
efektif pula. Jiwa kewirausahaan sendiri dapat dikembangkan dengan cara
kerja keras, disiplin, belajar, memanfaatkan waktu, dan memperbaiki sikap mental Media Akuntansi, 1999:16-17. Sekolah merupakan
salah satu sarana belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang semakin rasional cara berpikirnya. Hal ini berpengaruh pada keputusan-keputusan usaha yang diambil. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Pengetahuan inilah yang nantinya akan berpengaruh pada
perkembangan jiwa kewirausahaan seseorang yang akan semakin tinggi dan berdampak pada kemampuan mengelola usaha.
f. Pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha
Nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha adalah sebesar 0,425.
Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha
terkategorikan cukup. Tanda positif pada nilai koefisien korelasi berarti semakin tinggi kecerdasan emosional pedagang akan semakin
efektif pula dalam mengelola usaha. Sebaliknya apabila semakin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah pula keefektifan mengelola usaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cicilia
Istri Winarti pada pengusaha kelontong berskala kecil dan menengah yang berada di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha sebesar 0,639.
Hasil pengujian hipotesis VI menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dengan keefektifan
mengelola usaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,016 lebih kecil dari
nilai α 0,05.
Deskripsi keefektifan mengelola usaha menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi terkategorikan tinggi 73 pedagang
atau 55,30. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 66,3485, median = 66, modus = 66, standart deviasi = 5,99087.
Keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi tampak dalam semangat kerja, memiliki impian, tegas dalam mengambil keputusan,
berdedikasi, bekerja dengan rinci, tidak menggantungkan hidup pada nasib, memiliki sumber dana, kerjasama dengan karyawan, memiliki
etika moral, kemampuan belajar dan mendengarkan, memiliki rencana bisnis, dan mengutamakan hasil yang terbaik.
Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang konveksi di pasar Beringharjo memiliki kecerdasan
emosional yang terkategorikan tinggi 85 pedagang atau 64,39. Hasil penelitian ini didukung oleh perhitungan nilai mean = 72,9545 ,
median = 73, modus = 73, standart deviasi = 5,12718. Kecerdasan emosional seseorang dapat diketahui dari kemampuan seseorang untuk
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang
lain. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pendidikan terhadap
hubungan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha pedagang konveksi adalah signifikan artinya hasil penelitian
mendukung diterimanya hipotesis. Hasil penelitian ini sejalan dengan dugaan awal penelitian bahwa jika semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka kemampuan seseorang mengelola usaha semakin efektif pula.
Kecerdasan emosional sendiri bukan merupakan bawaan dari lahir, melainkan terbentuk dari pola pendidikan seseorang baik dari
keluarga, masyarakat, maupun lembaga formal yaitu sekolah. Dalam lingkungan sekolah, seseorang mendapatkan pengetahuan baru yang
mungkin tidak ia dapatkan dalam keluarga maupun masayarakat. Selain itu dalam lingkungan sekolah memungkinkan seseorang
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dengan berbagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karakteristik yang berbeda dari setiap individu. Keadaan semacam ini secara tidak langsung melatih seseorang untuk mengenali karakteristik
dari setiap individu. Karakteristik diri selanjutnya menentukan setiap individu bersikap dalam relasinya dengan orang lain.
Kecerdasan emosional mutlak diperlukan oleh seorang pengusaha agar dapat menjalankan usahanya secara efektif. Semakin
tinggi tingkat pendidikan pedagang semakin dapat mengelola emosinya dengan baik, dan berdampak pada kemampuan mengelola
usahanya. Dengan memiliki kecerdasan emosional seorang pengusaha akan tetap menganggap bahwa krisis itu adalah sebuah peluang, peka
akan adanya peluang dalam situasi apapun dan mampu mengatasi berbagai konflik.