masalah yang dihadapi, berusaha untuk selalu jujur dalam bertindak, dan berani bertangung jawab pada setiap tindakan yang telah
dilakukan. c. Belajar. Ilmu selalu berkembang, maka untuk mengimbanginya kita
dituntut untuk belajar terus-menerus guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kita.
d. Memanfaatkan waktu. Dalam menggunakan waktu kita dituntut untuk seefisien mungkin, jangan membuang-buang waktu untuk pekerjaan
yang tidak bermanfaat. Gunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat dan dapat meningkatkan kemampuan diri.
e. Memperbaiki sikap mental. Tumbuhkan sikap mental maju dan buang jauh-jauh sikap mental yang menghambat. Sikap mental maju yang
dapat meningkatkan enterprenership adalah sigap, cekatan, tak menunda, tanggap, aktif, rajin, telaten, tekun, jujur dan bertangung
jawab, disiplin, teliti, kerja baik, berjiwa besar, dan mempunyai sikap wira. Sementara sikap mental yang dapat menghambat adalah malas,
enggan, menunda, diam, pasif, masa bodoh, apatis, tak peduli, culas dan curang, seenaknya, ceroboh, asal jadi, iri, dengki, dan sangat
personal. 2. Dimensi Jiwa Kewirausahaan
Menurut Eri Sudewo Media Akuntansi, 1999:16-17 untuk dapat menjadi seorang wirausaha yang berhasil maka seseorang harus memiliki
sifat atau ciri-ciri sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Percaya diri yang tinggi. Seorang enterpreneur mempunyai
keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri dan tidak bergantung para orang lain serta memandang masalah dengan kaca mata optimisme.
Selalu berorientasi pada tugas dan hasil. Seorang enterpreneur
selalu haus dengan prestasi dan dalam bekerja mengorientasikan seluruhnya kepada pencapaian laba yang sebesar-besarnya. Dia
melaksanakan pekerjaannya dengan tekun dan jika mengahadapi kendala dia akan tabah, selalu menguatkan tekadnya untuk terus maju dari dalam
dirinya terus dikobarkan dorongan yang kuat, dia selalu bersemangat dalam bekerja dan selalu penuh dengan pemikiran-pemikiran yang
mengarah kepada kemajuan.
Tidak ragu dalam mengambil resiko. Seorang enterpreneur
menyukai tantangan yang ada dihadapannya. Tantangan itu membuatnya semakin bersemangat untuk dapat menaklukkannya. Dia selalu berpikir
sematang mungkin sebelum bertindak.
Jiwa kepemimpinan. Seorang enterpreneur dapat menjadi
jembatan bagi terciptanya hubungan yang baik dalam lembaga maupun lingkungan tempat tinggalnya. Dia tidak kaku atau mau menang sendiri
tapi mau bermusyawarah dalam memutuskan suatu masalah, mempunyai jiwa yang arief bijaksana, mau mendengarkan keluhan orang lain, bisa
menerima kritik orang lain yang sifatnya membangun dirinya kearah yang lebih baik, dan mampu memotivasi orang lain untuk bersama-sama
mencapai tujuan.
Berpikir orisinil. Seorang entrepreneur mempunyai pemikiran
yang inovatif, kreatif, banyak ilham dalam menyelesaikan pekerjaannya untuk hasil yang lebih baik. Suka bereksperimen mencari yang baru untuk
mendapatkan produk yang lebih kompetitip dan dengan mudah diterima ditengah masyarakat.
Visi yang jelas. Seorang entrepreneur dalam setiap tindakan yang
dibuatnya selalu berorientasi masa depan.
C. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional Josh Hammond menyatakan bahwa emosi adalah sesuatu yang
mempunyai makna penting bagi perusahaan. Menurutnya, emosi adalah pengorganisasian yang hebat dalam bidang pikiran dan perbuatan.
Meskipun demikian emosi tidak dapat dipisahkan dari penalaran dan rasionalitas. Dalam bahasa Latin emosi dikatakan sebagai motus anima,
yang artinya “jiwa yang menggerakkan kita” http:www.purdiecandra. comjmcontentview9446. Lebih lanjut dalam kamus bahasa Inggris
Oxford mendefinisikan emosi sebagai suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Bentuk emosi yang muncul kerap dirasakan atas sikap yang ditampilkan atas dasar suasana perasaan saat itu.
Beberapa contoh emosi yang sering kita rasakan menurut Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Kecerdasan Emosional, terbagi menjadi:
amarah, seperti mengamuk, bengis, benci, jengkel, kesal hati, rasa terganggu, seperti rasa pahit, tersinggung, merasa hebat. Kesedihan,
seperti pedih, sedih, putus asa, kalau depresi berat. Rasa takut, seperti cemas, takut, gugup, khawatir, waspada, tidak senang, was was, fobia,dan
panik. Kenikmatan, seperti bahagia, gembira, riangan, puas, terhibur, bangga, takjub, senang sekali. Cinta, seperti penerimaan, persahabatan,
kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasih. Terkejut, seperti terpana, jengkel, hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
Malu seperti rasa salah, malu hati, kesal hati, hina, aib, hancur lebur http:www.binuscareer.comArticle.aspx?id=hLO3fqu87k6312FWL86
qSqg3D3D. Menurut Goleman 2003:14 kecerdasan emosional adalah
kemampuan untuk mengatur diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain secara efektif yang terdiri dari empat kemampuan mendasar:
kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial dan kemampuan sosial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kecerdasan emosional menurut Cooper 1998:XV adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekan
emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Sedangkan John Mayer, psikolog dari University of New
Hampshire dalam Harmoko http:www.binuscareer.comArticle.aspx?id= hLO3fqu87k6312FWL86qSqg3D3D mendefinisikan kecerdasan
emosi yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi sendiri.
Goleman mengungkapkan perbedaan antara kecerdasan emosional dengan kecerdasan intelektual IQ. Kecerdasan intelektual sesungguhnya
merupakan keturunan seseorang yang tidak dapat dirubah, karena pembawaan sejak lahir. Sedangkan kecerdasan emosional tidak demikian.
Kecerdasan emosional dapat dipelajari, dilatih, dan bisa dikembangkan. Tetapi perlu diingat bahwa semuanya itu merupakan proses yang
memerlukan waktu, ketekunan, semangat tinggi dan keberanian untuk mencoba. Kecerdasan emosional merupakan jembatan antara apa yang kita
ketahui, dengan apa yang kita lakukan. Dengan semakin tinggi kecerdasan emosional, kita akan semakin terampil melakukan apapun yang kita
ketahui benar. Entrepreneur yang memiliki kecerdaan emosional yang optimal,
akan lebih berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Mereka akan tetap menganggap bahwa krisis itu adalah sebuah peluang, peka akan
adanya peluang dalam situasi apapun dan mampu mengatasi berbagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI