Pengaruh permodalan, tingkat pendidikan dan penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha : survei pada toko kelontong skala kecil dan menengah di Kecamatan Depok.

(1)

vii ABSTRAK

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN BUSINESS ENTITYTERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA

KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

Survei Pada Usaha Toko Kelontong di Lingkungan Sekitar Kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri

Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada CICILIA ISTRI WINARTI

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha, 2) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha, 3) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha, 4) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha, 5) Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dan 6) Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta khususnya di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2006. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi dengan memasukkan variabel dummy

sebagai variabel moderator.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ=0,251>0,05). 2) Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha (ρ=0,017 < 0,05). 3) Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ=0,398 > 0,05). 4) Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha (ρ=0,521 > 0,05). 5) Tidak ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ=0,556 > 0,05). 6) Tidak ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha (ρ=0,558 > 0,05).


(2)

viii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUSINESS CAPITAL, EDUCATIONAL LEVEL, AND THE BUSINESS ENTITY APPLICATION TOWARD THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ENTREPRENEURSHIP SPIRIT, THE

EMOTIONAL INTELLIGENCE AND THE BUSINESS MANAGEMENT EFFECTIVENESS

A Survey on the Business of “kelontong” Shops surrounding Sanata Dharma University, Atmajaya University, Yogyakarta State University and Gadjah

Mada University CICILIA ISTRI WINARTI

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

This study was aimed to reveal; 1) the influence of business capital toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 2) the influence of business capital toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness; 3) the influence of educational level toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 4) the influence of educational level toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness; 5) the influence of business entity application toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 6) the influence of business entity application toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness.

This study was conducted in Depok District, Sleman Regency, Yogyakarta that took place in the surroundings of Sanata Dharma University, Atmajaya University, Yogyakarta State University and Gadjah Mada University from November to December 2006. The Samples were taken by using the ‘purposive sampling’ technique and the data was gathered by the mean of questionnaires. The gathered data was then analyzed by the use of the technique of ‘regression analysis’ by putting in the ‘dummy’ variable as the moderate variable.

The results of the study showed that: 1) there was no influence of business capital toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness (ρ=0,251>0,05); 2) there was an influence of business capital toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness (ρ=0,017 < 0,05); 3) there was no influence of educational level toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness (ρ=0,398 > 0,05); 4) there was no influence of educational level toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness (ρ=0,521 > 0,05); 5) there was no influence of business entity application toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness (ρ=0,556 > 0,05); 6) there was no influence of business entity application toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness (ρ=0,558 > 0,05).


(3)

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN

PENERAPAN

BUSINESS ENTITY

TERHADAP HUBUNGAN

ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN

EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA

USAHA: SURVEI PADA TOKO KELONTONG SKALA KECIL

DAN MENENGAH DI KECAMATAN DEPOK

Survei pada usaha toko kelontong di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri Yogyakarta dan

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Di susun oleh: Cicilia Istri Winarti

O21334010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Tuhan menjadikan segala sesuatu indah pada

waktunya……..karena untuk segala hal

dan segala sesuatu ada waktunya.


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kepada: 1.Tuhan Yesus Kristus

2.Bapak Antonius Mujiyono dan Ibunda Lucia Budini yang menjaga dan mencintaiku

3.Kakakku Albertus Winarto dan Bernadus Windarto serta Agustinus Widayanto, yang mengasihiku

4.Mas Stepanus Winyanto yang menyayangiku

5.Teman-teman seperjuangan Ika, Ana, Rita, Hanik dan sahabat-sahabat PAK’02.


(8)

(9)

vii ABSTRAK

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN BUSINESS ENTITYTERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA

KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

Survei Pada Usaha Toko Kelontong di Lingkungan Sekitar Kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri

Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada CICILIA ISTRI WINARTI

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha, 2) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha, 3) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha, 4) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha, 5) Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dan 6) Pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta khususnya di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2006. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi dengan memasukkan variabel dummy

sebagai variabel moderator.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ=0,251>0,05). 2) Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha (ρ=0,017 < 0,05). 3) Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ=0,398 > 0,05). 4) Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha (ρ=0,521 > 0,05). 5) Tidak ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha (ρ=0,556 > 0,05). 6) Tidak ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha (ρ=0,558 > 0,05).


(10)

viii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUSINESS CAPITAL, EDUCATIONAL LEVEL, AND THE BUSINESS ENTITY APPLICATION TOWARD THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ENTREPRENEURSHIP SPIRIT, THE

EMOTIONAL INTELLIGENCE AND THE BUSINESS MANAGEMENT EFFECTIVENESS

A Survey on the Business of “kelontong” Shops surrounding Sanata Dharma University, Atmajaya University, Yogyakarta State University and Gadjah

Mada University CICILIA ISTRI WINARTI

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

This study was aimed to reveal; 1) the influence of business capital toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 2) the influence of business capital toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness; 3) the influence of educational level toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 4) the influence of educational level toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness; 5) the influence of business entity application toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness; 6) the influence of business entity application toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness.

This study was conducted in Depok District, Sleman Regency, Yogyakarta that took place in the surroundings of Sanata Dharma University, Atmajaya University, Yogyakarta State University and Gadjah Mada University from November to December 2006. The Samples were taken by using the ‘purposive sampling’ technique and the data was gathered by the mean of questionnaires. The gathered data was then analyzed by the use of the technique of ‘regression analysis’ by putting in the ‘dummy’ variable as the moderate variable.

The results of the study showed that: 1) there was no influence of business capital toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness (ρ=0,251>0,05); 2) there was an influence of business capital toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness (ρ=0,017 < 0,05); 3) there was no influence of educational level toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness (ρ=0,398 > 0,05); 4) there was no influence of educational level toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness (ρ=0,521 > 0,05); 5) there was no influence of business entity application toward the relationship between the entrepreneurship spirit and the business management effectiveness (ρ=0,556 > 0,05); 6) there was no influence of business entity application toward the relationship between the emotional intelligence and the business management effectiveness (ρ=0,558 > 0,05).


(11)

ix DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... i

Lembar Pengesahan ... ii

Susunan Panitia Penguji ... iii

Halaman Motto... iv

Halaman Persembahan ... v

Pernyataan Keaslian Karya ... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Lampiran ... xv

Kata Pengantar ... xvi

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

Bab II Kajian Pustaka A. Efektivitas Mengelola Usaha ... 8

B. Jiwa Kewirausahaan... 11


(12)

x

D. Permodalan... 19

E. Tingkat Pendidikan ... 21

F. PenerapanBusiness Entity... 23

G. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 24

H. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 26

I. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 27

J. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 28

K. Pengaruh PenerapanBusiness EntityTerhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 29

L. Pengaruh PenerapanBusiness EntityTerhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efektivitas Mengelola Usaha ... 30

M. Kerangka Berpikir ... 32

N. Paradigma Penelitian... 35

O. Hipotesis Penelitian... 35

Bab III Metode Penelitian A. Jenis Penelitian... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 38


(13)

xi

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Pengujian Instrument Penelitian ... 45

G. Teknik Analisis Data... 50

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan A. Deskripsi Data ... 55

B. Persyaratan Analisis Data ... 74

C. Pengujian Hipotesis... 75

D. Pembahasan... 82

Bab V Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan ... 94

B. Keterbatasan Penelitian ... 97

C. Saran... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 100


(14)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel III. 1 : Skor Pernyataan Efektivitas Mengelola Usaha ... 39

Tabel III. 2 : Kisi-kisi Kuesioner Efektivitas Mengelola Usaha ... 39

Tabel III. 3 : Skor Pernyataan Jiwa Kewirausahaan ... 40

Tabel III. 4 : Kisi-kisi Kuesioner Jiwa Kewirausahaan ... 40

Tabel III. 5 : Skor Pernyataan Kecerdasan Emosional... 41

Tabel III. 6 : Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional ... 42

Tabel III. 7 : Kategorisasi dan Skor Permodalan ... 43

Tabel III. 8 : Kategorisasi dan Skor Tingkat Pendidikan ... 43

Tabel III. 9 : Skor Pernyataan PenerapanBusiness Entity... 44

Tabel III. 10 : Kisi-kisi Kuesioner PenerapanBusiness entity... 44

Tabel III. 11 : Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Efektivitas Mengelola Usaha ... 46

Tabel III. 12 : Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 47

Tabel III. 13 : Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Kecerdasan Emosional... 48

Tabel III. 14 : Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Penerapan Business Entity... 49

Tabel IV. 1 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas Mengelola Usaha Pada Wirausaha Yang Bermodal Besar ... 56


(15)

xiii

Tabel IV. 2 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas Mengelola Usaha Pada Wirausaha Yang Bermodal Kecil... 57 Tabel IV. 3 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas Mengelola Usaha Pada Wirausaha Dengan Tingkat Pendidikan Tinggi ... 58 Tabel IV. 4 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas Mengelola Usaha Pada Wirausaha Dengan Tingkat Pendidikan Rendah... 59 Tabel IV. 5 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas Mengelola Usaha pada Wirausaha Dengan Penerapan Business EntityTinggi ... 60 Tabel IV. 6 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Efektivitas Mengelola Usaha pada Wirausaha Dengan Penerapan Business EntityRendah ... 61 Tabel IV. 7 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan Pada Wirausaha Yang Bermodal Besar ... 62 Tabel IV. 8 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan Pada Wirausaha Yang Bermodal Kecil ... 63 Tabel IV. 9 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan Pada Wirausaha Dengan Tingkat Pendidikan Tinggi ... 64 Tabel IV. 10 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan Pada Wirausaha Dengan Tingkat Pendidikan Rendah ... 65


(16)

xiv

Tabel IV. 11 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan Pada Wirausaha Dengan PenerapanBusiness EntityTinggi... 66 Tabel IV. 12 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Jiwa Kewirausahaan Pada Wirausaha Dengan PenerapanBusiness EntityRendah ... 67 Tabel IV. 13 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan Emosional Pada Wirausaha Yang Bermodal Besar ... 68 Tabel IV. 14 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan Emosional Pada Wirausaha Yang Bermodal Kecil... 69 Tabel IV. 15 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan Emosional Pada Wirausaha Dengan Tingkat Pendidikan Tinggi 70 Tabel IV. 16 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan Emosional pada Wirausaha dengan Tingkat Pendidikan Rendah 71 Tabel IV. 17 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan Emosional Pada Wirausaha dengan Penerapan Business Entity

Tinggi ... 72 Tabel IV. 18 : Daftar Kategorisasi dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan Emosional Pada Wirausaha dengan Penerapan Business Entity

Rendah... 73 Tabel IV. 19 : Ringkasan Hasil Uji Normalitas ... 75


(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Kuesioner ... 103

Lampiran 1 : Tabel Data Penelitian ... 115

Lampiran 2 : Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 137

Lampiran 3 : Pengujian Deskriptif Data ... 152

Lampiran 4 : Perhitungan PAP Tipe II ... 170

Lampiran 5 : Pengujian Normalitas ... 177

Lampiran 6 :Analisis Regresi Dengan Memasukkan Variabel Dummy Sebagai Variabel Moderator ... 178


(18)

xvi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini merupakan karya tulis ilmiah sebagai tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Proses penulisan skripsi ini tak lepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari banyak pihak. Oleh karenanya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dengan tulus kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Drs. Sutarjo Adisusilo J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak S. Widanarto P., S.Pd, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi.

4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd. selaku dosen pembimbing 1 yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi ini. 5. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing II dan Bapak selaku tim penguji yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi ini.

6. Ibu Natalina Premastuti B, S.Pd. selaku tim penguji.

7. Bapak L. Saptono, S.Pd, M.Si yang telah membantu dan membimbing selama penulisan skripsi.


(19)

xvii

8. Segenap dosen serta seluruh staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Akuntansi, yang telah memberikan bantuan penulis selama penulis duduk di bangku kuliah.

9. Para wirausaha toko kelontong di kecamatan Depok khususnya di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada yang telah berkenan meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner sehingga penulis memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

10. Bapak Antonius Mujiyono dan Ibunda Lucia Budini, yang selalu memberikan doa restu, kasih sayang, dukungan, perhatian yang melimpah serta memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

11. Kakakku Albertus Winarto dan Bernadus Windarto, serta adikku Agustinus Widayanto yang mendoakan dan memberikan dukungan.

12. Mas Stepanus Winyanto yang telah mendoakan, memberi motivasi dan menyayangi serta mengasihi.

13. Teman-teman seperjuangan PAK’02 yang terkasih terutama Ika, Ana, Rita, Hanik, Lia dan lain-lain.

Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penulis Cicilia Istri Winarti


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang mempunyai naluri yang sama untuk bisa mempunyai penghasilan sendiri dan untuk bisa memiliki penghasilan, manusia harus berusaha. Menurut Saparudin dan Iskandar (2004:1), usaha adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perorangan atau kelompok untuk mendapat penghasilan dengan tujuan memperoleh keuntungan. Usaha yang dimaksud adalah usaha kecil dan menengah yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak dua ratus juta atau penjualan tahunan dibawah satu milyar. Bekerja untuk memperoleh penghasilan tidak hanya dilakukan dengan menjadi karyawan ataupun bekerja pada orang lain tetapi bekerja bisa dilakukan dengan mendirikan suatu usaha sendiri dengan berwirausaha. Namun, kenyataan sehari-hari sering tidak mendukung upaya menciptakan masyarakat wirausaha. Contohnya yang sederhana sebagian orang masih ingin menjadi pegawai negeri atau pegawai suatu perusahaan dibandingkan dengan berwirausaha.

Sebenarnya semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi wirausaha. Inilah saatnya untuk mewujudkan suatu kemandirian dan melepaskan diri dari ketergantungan yang sudah menjadi ciri karakteristik negara sedang berkembang ataupun negara miskin. Pencabutan subsidi BBM merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan. Saat ini kita mulai


(21)

dilatih untuk mandiri dan bertahan. Jika ternyata kita bisa bertahan dan mampu mencapai kemajuan berarti sedikit demi sedikit kita bisa melepaskan diri dari jeratan kemiskinan. Berjuang dan berusaha keras merupakan modal utama untuk bisa menggapai kemajuan, mencari peluang menuju sukses dengan menjadi pencipta lapangan pekerjaan juga merupakan perwujudan dari kemandirian.

Bekerja keras memang bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan, di sini diperlukan mental yang kuat karena hanya dengan bekerja orang bisa memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari. Untuk menjadi pengusaha itu tak mengenal usia tua atau muda, kaya atau miskin, jenius atau tidak, mahasiswa atau bukan, sudah sarjana atau belum dan gelar formal seseorang itu bukanlah jaminan atau faktor penentu satu-satunya untuk kita berhasil menjadi pengusaha.

Keberhasilan seseorang menjadi pengusaha sangat bergantung pada kemampuan kita untuk merekayasa diri melalui pengalaman hidup di luar keluarga. Kegagalan merupakan pengalaman hidup yang biasa dilalui oleh seorang wirausaha, karena dalam mencapai sukses memang harus melalui rintangan yang tidak ringan oleh sebab itu seorang wirausaha harus memiliki dasar yang kuat agar bisa menghadapi tantangan dalam bisnisnya (Adiprigandari, Republika 8 September 2004).

Dalam rangka mencapai efektifitas mengelola usaha seorang wirausaha juga harus mampu berpikir kreatif. Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu orang


(22)

yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda), dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan).

Menjadi pengusaha sukses tentunya menjadi dambaan semua orang yang menekuni dunia usaha. Mencapai sukses harus melalui rintangan yang tidak ringan, banyak diantaranya yang putus asa setelah gagal berulang kali dalam menekuni bisnisnya. Menjadi pengusaha memang tidak bisa hanya bermodal nekat, seorang pengusaha harus memiliki kecerdasan emosional agar bisa menghadapi tantangan dalam bisnisnya.Emitonal Intelligenceatau kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa (Goleman 1999;45).

Apabila seorang wirausaha memiliki kecerdasan emosional yang tinggi diduga dia dapat mengelola usahanya dengan baik sehingga tujuan dapat dicapai dengan efektif. Untuk melihat efektivitas dalam mengelola usaha peneliti menggunakan permodalan, tingkat pendidikan dan penerapanbusiness entity sebagai variabel moderator. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa permodalan merupakan sektor penting dalam menjalankan suatu usaha. Sekecil apapun wujud dan jumlahnya modal tetaplah diperlukan. Selain


(23)

permodalan tingkat pendidikan seseorang diduga juga berpengaruh terhadap pola seseorang dalam menjalankan suatu usaha karena pendidikan merupakan perbuatan fundamental manusia yang mengubah menentukan dan membangun hidup manusia (Tanlain,1996:18).

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menentukan efektivitas mengelola usaha adalah penerapanbusiness entityyang merupakan pemisahan kas usaha dengan kas pribadi atau pemisahan kepentingan pribadi pemilik dengan perusahaan (usaha). Prinsip ini menunjukkan bahwa dalam usaha pemisahan kekayaan perlu dilakukan karena kekayaan usaha tidak sama dengan kekayaan pribadi. Pemisahan kekayaan juga bermanfaat untuk memudahkan pemilik usaha mengontrol atau melihat sampai dimana perkembangan usaha secara finansial.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang “Pengaruh Permodalan, Tingkat Pendidikan dan PenerapanBusiness Entity Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dan Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha: Survei Pada Toko Kelontong Skala Kecil dan Menengah di Kecamatan Depok.”

B. Batasan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dan adanya keterbatasan dari penelti, maka penelitian ini memfokuskan perhatian pada faktor jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dalam hubungannya dengan


(24)

efektivitas mengelola usaha. Sebagai variabel moderator yang terkait dengan variabel-variabel tersebut adalah permodalan, tingkat pendidikan, dan penerapanbusiness entity.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?

2. Apakah ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha?

3. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?

4. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha?

5. Apakah ada pengaruh penerapan business entityterhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha?

6. Apakah ada pengaruh penerapan business entityterhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.


(25)

2. Untuk mengetahui pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

5. Untuk mengetahui pengaruh penerapanbusiness entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

6. Untuk mengetahui pengaruh penerapanbusiness entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Bagi mahasiswa, penelitian ini bermanfaat:

a. Agar dapat mengetahui dan memahami masalah efektifitas mengelola usaha.

b. Melatih dan mengaplikasikan pengetahuan teoretik ke dalam dunia praktik.

2. Bagi wirausaha, penelitian ini bermanfaat dalam memberikan sumbangan pikiran bagi wirausaha agar dapat meningkatkan efektivitas mengelola usahanya.


(26)

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma sebagai acuan lebih lanjut.


(27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Efektivitas Mengelola Usaha

1. Pengertian Efektivitas Mengelola Usaha

Suryana (2003:95) menjelaskan bahwa dalam mengelola suatu usaha terdiri dari dua aspek yaitu perencanaan usaha dan pengelolaan keuangan. Perencanaan usaha merupakan suatu cetak biru tertulis yang berisikan misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian strategi dan peluang yang mungkin diraih. Pengelolaan keuangan berarti bagaimana mengusahakan sumber dana, menggunakan dan mengendalikan dana perusahaan.

Masatsugu (1991) menjelaskan bagaimana menjalankan perusahaan antara lain dengan menjaga tujuan agar selalu terlihat jelas, memiliki gambaran transaksi keuangan, mengetahui titik impas, mengusahakan biaya semurah-murahnya, menghilangkan yang tidak diperlukan dan efisiensi tinggi.

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil, berhasil guna. Menurut Anthony, Dearden dan Norton (1992:14) efektivitas diartikan sebagai kemampuan suatu unit untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian tujuan/sasaran tersebut, maka dapat dikatakan semakin efektif pula unit tersebut. Efektivitas menurut Setyawan


(28)

(1993) adalah derajat keberhasilan suatu organisasi sampai seberapa jauh suatu organisasi dapat dinyatakan berhasil dalam usaha untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya. Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa efektivitas mengacu pada suatu keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya.

2. Dimensi Mengelola Usaha

Adiprigandari (www.republika.com) mengungkapkan seorang pengusaha harus memiliki beberapa dasar yang kuat agar dapat mengelola usaha dengan baik. Dasar-dasar tersebut antara lain:

a. Semangat kerja. Mencintai apa yang dikerjakan sehingga membuatnya terus berkarya menghasilkan prestasi-prestasi baru tiada henti. Ketika menghadapi halangan atau kegagalan, tidak putus asa dan justru belajar dari kegagalan.

b. Seorang pengusaha harus memiliki impian. Impian merupakan wujud dari visi dan misi seseorang dalam berkarya. Dengan mimpi pikiran akan terfokus dan memudahkan untuk mencapai apa yang diinginkan. c. Tegas dalam mengambil keputusan. Menunda pekerjaan merupakan

kerugian bagi pengusaha. Kecepatan dalam mengambil keputusan yang tepat merupakan kunci keberhasilan dan keputusan harus diterapkan secara konsisten agar hasil yang diharapkan bisa segera terwujud.


(29)

d. Dedikasikan seluruh tenaga, waktu, dan pikiran untuk pekerjaan. Kadangkala seseorang harus bekerja sedikitnya 13 jam sehari dan tujuh hari seminggu agar impianya segera terwujud.

e. Rinci. Pengusaha harus bisa memperhatikan hal yang detail dari proses produksi usahanya dan tidak bersikap masa bodoh. Dengan demikian, ia bisa mengetahui kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya. Ia juga tidak mudah dibohongi bawahannya.

f. Tidak menggantungkan hidup pada nasib. Yang menentukan apa yang ingin Anda kerjakan dan hidup Anda tidak ditentukan oleh atasan melainkan diri sendiri adalah Anda sendiri.

g. Dana. Menjadi kaya bukan tujuan utama seorang wirausahawan. Uang hanya ukuran keberhasilan. Bila sukses uang akan datang dengan sendirinya.

h. Bagi-bagi. Kepemilikan usaha dibagikan kepada karyawan karena tanpa mereka bisnis tidak akan berjalan. Karena itu, karyawan harus diperhatikan agar ada rasa memiliki terhadap perusahaan.

i. Memiliki etika moral. Pengusaha sukses selalu memiliki moralitas yang baik dalam menjalankan bisnisnya. Moralitas ini menjadi penting karena berfungsi sebagai kendali diri agar tidak terjebak pada praktik bisnis yang menghalalkan segala cara.

j. Mampu belajar dan mendengarkan. Pengusaha harus terus belajar dan mendengarkan masukan dari orang lain, tidak bergantung pada bakat


(30)

alam. Berbagai ajang diskusi seminar, sekolah, konferensi menjadi tempat baginya untuk terus mengasah pengetahuan dibidangnya. k. Rencana bisnis. Seorang pengusaha selalu memiliki rencana bisnis

yang akan dikembangkan. Penyusunan rencana bisnis ini penting sebagai arahan dalam mencapai tujuan perusahaan. Ketika menyusun rencana bisnis biasanya seorang pengusaha melibatkan konsultan bisnis professional.

l. Hasil terbaik. Pengusaha sukses selalu ingin mencapai prestasi terbaiknya. Prestasi itu akan menjadi kepuasan tersendiri yang sulit diganti apapun.

B. Jiwa Kewirausahaan

1. Pengertian Jiwa Kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan adalah rasa percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tanpil berbeda), dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan) (Suryana, 2003:2). Seorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkat laku sebagai berikut:

a. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide baru.


(31)

b. Keberanian untuk mengambil resiko, yaitu usaha untuk menimbang dan menerima resiko dalam pengambilan keputusan dan dalam menghadapi ketidakpastian.

c. Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajeman meliputi: perencanaan, usaha untuk mengkoordinir, usaha untuk menjaga kelancaran usaha dan usaha untuk mengawasi serta mengevaluasi usaha.

d. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan mengarahkan tujuan usaha

2. Dimensi Jiwa Kewirausahaan

Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan (Suryana, 2003) yaitu:

a. Percaya diri (self-confidence).

Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktik sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Seorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan.


(32)

b. Berinisiatif

Inisiatif berarti usaha (tindakan) yang mula-mula, prakarsa. Jadi sifat berinisiatif ini harus selalu dimiliki oleh seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan.

c. Memiliki motif berprestasi

Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.

d. Memiliki jiwa kepemimpinan

Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa yang dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu dan segera berada dipasar.

e. Berani mengambil resiko

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil resiko akan sukar memulai atau berinisiatif.

C. Kecerdasan Emosional


(33)

Hernowo (www.mizan.com) menyatakan bahwa emosi sama dengan keterlibatan atau proses pelibatan, emosi akan melibatkan seseorang dalam suatu kegiatan yang membuat seseorang menaruh perhatian kepada apa yang sedang dipelajarinya, ini bisa terjadi karena emosi menghubungkan sesuatu yang berada diluar dengan diri pribadi seseorang. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak rencana seketika untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara berangsur-angsur yang terkait dengan pengalaman dari waktu-ke waktu. Lebih lanjut dalam kamus bahasa Inggris Oxford mendefinisikan “emotional is expressing emotion especially liable to emotion arousing emotion”, yaitu suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, serangkaian kegiatan untuk bertindak.

Dameria (http://ganeca.blogspirit.com) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi, baik emosi dirinya sendiri maupun emosi orang lain, dengan tindakan konstruktif, yang mempromosikan kerja sama sebagai tim yang mengacu pada produktivitas dan bukan pada konflik. Verina (http://dokter.indo.net.id) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri semangat dan ketekunan serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk


(34)

membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin. Lebih lanjut pakar psikologi Cooper dan Sawat (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi.

a. Menurut Goleman (1999:45) kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Lebih lanjut Harifa (http://www.ekafood.com) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi wirausaha mencakup dua hal yang penting yaitu kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Kecakapan pribadi mencakup soal bagaimana kita mengelola diri sendiri. Tiga unsur terpenting untuk menilai kecakapan pribadi seseorang adalah sebagai berikut. b. Kesadaran diri. Menyangkut kemampuan mengenali emosi diri sendiri

dan efeknya, mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri, dan keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri atau percaya diri. c. Pengaturan diri. Menyangkut kemampuan mengelola emosi –emosi

dan desakan-desakan yang merusak, memelihara norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, keluwesan dalam


(35)

menghadapi perubahan, dan mudah menerima atau terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru.

d. Motivasi. Menyangkut dorongan prestasi untuk menjadi lebih baik, komitmen, inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan, dan optimisme dalam menghadapi halangan dan kegagalan.

Kecakapan sosial menyangkut soal bagaimana kita menangani suatu hubungan. Dua unsur terpenting untuk menilai kecakapan sosial seseorang adalah sebagai berikut.

a. Empati. Ini menyangkut kemampuan untuk memahami orang lain, perspektif orang lain, dan berminat terhadap kepentingan orang lain. Juga kemampuan mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan. Mengatasi keseragaman dalam membina pergaulan, mengembangkan orang lain, dan kemampuan membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan, juga tercakup didalamnya.

b. Keterampilan sosial. Termasuk dalam hal ini adalah taktik-taktik untuk menyakinkan orang (persuasi), berkomunikasi secara jelas dan menyakinkan, membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok, memulai dan mengelola perubahan, bernegosiasi dan mengatasi silang pendapat, bekerja sama untuk tujuan bersama, dan menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan kepentingan bersama.

Dengan kata lain keberhasilan menjadi wirausaha itu berkaitan erat dengan kecerdasan dan kecakapan emosi seseorang, suatu hal yang banyak


(36)

diuraikan Daniel Goleman dalam karya-karyanya (1999). Sekurang-kurangnya dapat dikatakan bahwa untuk menjadi wirausaha sukses diperlukan kecerdasan intrapersonal (kecakapan pribadi dan kecerdasan interpersonal (kecakapan sosial). Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain.

Jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik.

2. Dimensi Kecerdasan Emosional

Harmoko (www.binuscareer.com) mengungkapkan untuk mengembangkan keterampilan kecerdasan emosional pakar psikologi Salovey memberikan beberapa arahan agar dapat mengenali dan mengembangkan kecerdasan emosi.

a. Mengenali emosi diri sendiri. Mengenali perasaan sewaktu perasaan yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi pemahaman diri. Ketidakmampuan mencermati perasaan kita sesungguhnya menempatkan kita dalam lingkungan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah bagaikan seorang pilot yang canggih


(37)

mampu mengenali kepekaan lebih tinggi akan keadaan emosi yang dirasakan saat itu.

b. Mengelola emosi. Menangani perasaan agar dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang tergantung pada kesadaran diri. Kemampuan untuk menghibur diri, melepaskan kecemasan kemurungan atau ketersinggungan, atau akibat-akibat yang muncul karena kegagalan keterampilan emosional dasar ini.

c. Memotivasi diri. Penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri serta ia mampu melakukan kreasi secara bebas. Pengendalian emosi seperti menahan diri dari suatu kepuasan dan pengendalian dorongan hati sebagai landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.

d. Memahami emosi orang lain. Kita sering mendengar kata empati, adalah kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan keterampilan bergaul atau berinteraksi dengan orang lain. Jika kita diberikan kemampuan empati yang tinggi, situasi demikian dapat mengarahkan pekerjaan yang cocok untuk individu seperti ini seperti bidang keperawatan, mengajar, penjualan dan manajemen.

e. Membina hubungan. Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita mampu mengenali, hal lain yang dapat perlu dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosional yaitu dengan memelihara


(38)

hubungan dengan membina hubungan tersebut. Keterampilan membina hubungan merupakan bagian dari keterampilan sosial ini dapat menunjang kita dalam mengembangkan pergaulan. Hal ini dapat dilakukan dengan kita melakukan komunikasi.

f. Berkomunikasi “dengan jiwa”. Tidak hanya menjadi pembicara terkadang kita harus memberikan waktu lawan bicara untuk berbicara juga dengan demikian posisikan diri kita menjadi pendengar dan penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan seseorang dengan reaksi atau penilaian. Ingat kita diberikan dua buah telinga dan satu mulut banyaklah mendengar sedikitlah berbicara dengan demikian kita mampu memahami apa yang orang lain inginkan, sehingga kita mampu memposisikan diri kita pada situasi dan kondisi yang tepat.

D. Permodalan

Modal dapat disamakan dengan dana. Jadi yang dimaksud dengan permodalan adalah semua dana yang tersedia untuk menjalankan usaha seperti modal pemilik (modal sendiri) serta utang (pinjaman). Modal tidak hanya penting untuk memulai bisnis akan tetapi juga penting dalam melanjutkan kegiatan operasi (Suseno, 2004:95). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, modal adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah


(39)

kekayaan. Definisi modal dalamStatement Of Financial Accounting Concept No.6 (Chariri dan Gozhali, 2003) merupakan hak sisa terhadap aktiva suatu entitas setelah dikurangi hutang. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat dua karakteristik modal, yaitu :

1. Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan hutang perusahaan

2. Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva neto baik yang berasal dari sumber pendapatan dan biaya maupun investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik.

Menurut Saparudin dan Iskandar (2004:56) pengeluaran dalam suatu jenis usaha dapat dikelompokkan dalam dua jenis pengeluaran yaitu:

1. Modal investasi

Modal investasi adalah biaya untuk pembelian barang yang bersifat investasi. Setiap usaha harus mengeluarkan biaya investasi agar dapat beroperasi. Contoh dari modal investasi adalah gedung tempat usaha dan peralatan.

2. Modal kerja

Modal kerja adalah uang yang diperlukan untuk pengeluaran biaya sehari-hari guna menjalankan usaha. Usaha yang ditekuni harus berjalan beberapa waktu sebelum ada pemasukan uang dari penjualan maka diperlukan modal kerja untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran seperti membeli persediaan bahan baku dan barang jadi, promosi, gaji karyawan, sewa, asuransi, dan biaya-biaya lain.


(40)

E. Tingkat Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Pendidikan (proses mendidik dan dididik) merupakan perbuatan fundamental manusia, yang mengubah, menentukan dan membangun hidup manusia (Tanlain, 1996:18). Intisari atau hakikat dari pendidikan itu adalah perbuatan yang menyebabkan manusia menjadi manusia, menjadi pribadi dewasa susila, atau lebih dikenal dengan pemanusiaan manusia muda. Manusia dewasa susila inilah yang merupakan tujuan umum yang ingin dicapai dalam pendidikan.

Jika berbicara mengenai tujuan pendidikan, Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa kita janganlah sampai terabaikan. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Negara kita mempunyai pandangan hidup yang telah menjadi tuntunan hidup dan tujuan kehidupan bernegara yang kita kenal dengan Pancasila. Nilai- nilai luhur manusiawi yang terkandung dalam lima sila dalam Pancasila hendaknya dipahami, dimiliki, dihayati, dan dijadikan pedoman bertindak setiap warga Negara. Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab dan kebangsaan. Tujuan


(41)

Pendidikan Nasional sesuai dengan isi UU SISDIKNAS (Depdiknas, 2003) Pasal 3 dan Penjelasan Pasal 15 adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab

3. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia

4. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup serta memanfaatkan sumber daya alam secara efektif dan efisien.

Seperti telah kita ketahui bersama bahwa negeri kita ini telah lebih dari 20 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 Tahun (1984) dan telah lebih dari 10 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun (1994). Adapun maksud dan tujuan pelaksanan wajib belajar adalah memberikan pelayanan kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat banyak. Jika perlu pendidikan dasar sembilan tahun (Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama) seharusnya dapat diberikan secara gratis, karena dalam pendidikan dasar itulah kebutuhan dasar akan ilmu pengetahuan bagi warga Negara mulai


(42)

diberikan diantaranya membaca, menulis, berhitung serta dasar berbagai pengetahuan lain.

F. PenerapanBusiness Entity

Business Entity atau kesatuan usaha tidak dapat dipisahkan dari konsep modal.Business entitydalam hal ini lebih dikenal dengan teori entitas (Chairi dan Gozhali, 2003) mengandung makna bahwa ada pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik dengan perusahaan (usaha), karenanya transaksi yang terjadi dicatat dan dipertanggungjawabkan adalah transaksi milik perusahaan. Suatu usaha dianggap atas nama kepentingan sendiri dan terpisah dari pemilik. Konsep kesatuan usaha memiliki dua versi pandangan, yaitu: 1. Versi Tradisional

Perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas (pemegang saham) yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan, dengan demikian perusahaan harus melaporkan status pendanaan dan perolehan investasi yang dilakukan pemilik.

2. Versi Baru

Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan (usaha) beroperasi atas namanya sendiri dan berkepentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri.

Seorang pengusaha pasti mempunyai tujuan dalam membuka usahanya dan kebanyakan tujuan membuka usaha adalah memberi nilai tambah dalam kehidupannya sehari-hari. Mengetahui sejauh mana suatu unit usaha dalam


(43)

memberi nilai tambah ini, maka dalam penyelenggaraan usaha berlaku suatu dasar landasan bahwa setiap kegiatan ekonomi dapat didefinisikan secara spesifik dengan pihak tertentu yang harus mempertanggungjawabkan. Dengan perkataan lain aktiva suatu unit usaha harus dipisahkan atau dibedakan dengan kekayaan pribadi pemiliknya.

Prinsip yang berkembang dalam akuntansi dimana keuangan suatu unit usaha dianggap sebagai kekuatan ekonomi yang terpisah dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan sumber-sumber usaha sehingga menjadikan kejelasan bagi para pengusaha untuk melihat kondisi usahanya. Pemisahan kekayaan penting dilakukan karena kekayaan suatu unit usaha tidak sama dengan kekayaan pribadi. Dengan model pencatatan transaksi keuangan yang sederhana (model warung), hutang piutang, pendapatan, piutang yang masih harus diterima, biaya yang masih harus dibayar, penyusutan, misalnya tidak diakui. Mau tidak mau demi konsistensi menampilkan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan usaha, hal ini harus diakui dan dicatat (Herni, http://www.unitedfood.com). Pemisahan kekayaan juga bermanfaat untuk memudahkan pemilik usaha mengontrol atau melihat sampai dimana perkembangan usaha secara finansial.

G. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha

Modal dapat disamakan dengan dana. Modal tidak hanya penting untuk memulai bisnis akan tetapi juga membantu dalam melanjutkan kegiatan


(44)

operasi. Modal adalah semua dana yang tersedia untuk menjalankan usaha meliputi modal pemilik (modal sendiri) serta utang (pinjaman) (Suseno, 2004). Dengan demikian pengertian modal bukan hanya uang, pengertian modal seharusnya dikaitkan dengan usaha atau upaya. Modal dapat berupa uang atau barang. Semakin besar modal yang ada, makin besar pula kemungkinan ukuran usaha yang dijalankan. Modal memberikan peluang yang luas bagi pengembangan usaha, oleh sebab itu terbatasnya modal/dana sering menyebabkan kesempatan untuk mengembangkan usaha akan berlalu begitu saja. Jika pengusaha memiliki modal yang cukup maka kesempatan untuk mengembangkan usaha dapat mereka dapatkan. Kita sering mendengar banyak pengusaha yang terpaksa menutup usahanya karena kekurangan modal.

Proses kreatif dan inovatif hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki jiwa kewirausahaan yaitu orang yang percaya diri, berinisiatif, memiliki motif berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan, dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan) (Suryana, 2003). Seorang wirausahawan yang memiliki jiwa kewirausahaan tersebut akan mampu menggunakan modal yang dimilikinya dengan baik sehingga dapat mengelola usahanya secara efektif. Penulis menduga, semakin besar modal yang dimiliki semakin dapat seseorang menjalankan usahanya dengan efektif. Dengan modal ini pengusaha tidak perlu khawatir masalah yang berkaitan dengan pendanaan untuk membiayai pengembangan usahanya dengan melakukan inovasi baru. Dari penjelasan tersebut penulis menduga, semakin besar modal semakin tinggi derajat hubungan antara jiwa


(45)

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin kecil modal, diduga semakin rendah derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

H. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha.

Seorang pengusaha yang memiliki kecerdasan emosional lebih mampu mengendalikan dan memotivasi diri. Hidup sangat berarti baginya, mengelola dan menyatakan emosi dengan tepat, bersifat tegas tetapi tetap seimbang, merasa nyaman dengan diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungan sosial dimana pengusaha itu tinggal, cenderung suka berteman, spontan, jenaka, dan terbuka terhadap pengalaman inderawi (Andan, 2006). Kecerdasan emosional yang tinggi menunjang keberhasilan seorang pengusaha dalam menjalankan usahanya. Pengusaha yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan mampu mengelola modal yang dimilikinya dengan baik. Modal sendiri dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan. Jumlah modal yang besar memungkinkan seorang pengusaha melakukan kegiatan usaha maupun pengembangan usaha dengan melakukan inovasi baru, sehingga ia dapat mengembangkan usahanya lebih cepat dibandingkan dengan pengusaha yang hanya memiliki jumlah modal kecil. Dari penjelasan tersebut, penulis menduga bahwa semakin besar jumlah modal yang dimiliki seorang pedagang semakin tinggi derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin kecil jumlah modal, diduga


(46)

semakin rendah derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

I. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha.

Pendidikan merupakan perbuatan fundamental manusia yang mengubah, menentukan dan membangun hidup manusia (Tanlain, 1996). Hakikat dari pendidikan itu adalah perbuatan yang menyebabkan manusia menjadi manusia, menjadi pribadi dewasa susila, atau lebih dikenal dengan pemanusiaan manusia muda. Melalui pendidikan seseorang diharapkan mampu mencapai kematangan intelektual dan emosional. Kemampuan seseorang dalam mengelola usaha dapat dipengaruhi oleh kematangan intelektual dan emosionalnya. Pendidikan formal di sekolah merupakan salah satu usaha seseorang untuk mencapai kematangan intelektual.

Seorang wirausahawan yang kreatif dan inovatif akan dapat mengelola usahanya dengan efektif. Proses kreatif dan inovatif hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki jiwa kewirausahaan yaitu orang yang percaya diri, berinisiatif, memiliki motif berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Jiwa kewirausahaan dapat dikembangkan dengan cara terus belajar dan tidak takut dalam menghadapi tantangan. Sekolah merupakan salah satu sarana belajar yang dapat digunakan untuk membangun hidup manusia dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang


(47)

semakin rasional cara berpikirnya. Hal ini akan berpengaruh pada keputusan-keputusan usaha yang diambil. Dari penjelasan tersebut, penulis menduga bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Pengetahuan inilah yang nantinya berpengaruh pada perkembangan jiwa kewirausahaan seseorang yang akan semakin tinggi sehingga semakin efektif dalam mengelola usaha. Semakin tinggi tingkat pendidikan, diduga semakin tinggi derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan, diduga semakin rendah derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

J. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha.

Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosional tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai emosi (dengan mental yang sehat) (Harmoko, www.binuscareer.com). Pendidikan dilingkungan sekolah memungkinkan seseorang dapat mengembangkan kecerdasan emosionalnya melalui interaksi dan komunikasi dengan orang lain dengan berbagai karakteristik yang berbeda pada masing- masing individu. Pengalaman-pengalaman emosi yang terjadi


(48)

selama berinteraksi adalah pembelajaran yang sangat penting bagi perkembangan kecerdasan emosi. Pengusaha yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan mampu mengelola usaha dengan efektif. Ia tidak mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain sehingga mudah menjalin relasi bisnis, tidak mudah putus asa, serta mampu mengendalikan dan memotivasi diri. Berdasar uraian diatas penulis menduga bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin seseorang dapat mengelola emosinya dengan baik, dan berdampak pada kemampuan mengelola usahanya. Semakin tinggi tingkat pendidikan diduga semakin tinggi derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan, diduga semakin rendah derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

K. Pengaruh PenerapanBusiness Entity Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha.

Menerapkan konsep kesatuan usaha adalah suatu upaya untuk memisahkan antara kekayaan pribadi pemilik dengan kekayaan usaha. Implikasi dari konsep tersebut adalah bahwa dalam menjalankan suatu usaha pelaku usaha harus bisa membedakan antara catatan pribadi pemilik dengan catatan usaha. Pemisahan tersebut akan semakin menegaskan dan dapat digunakan untuk mengetahui kemajuan suatu usaha dengan lebih jelas dan terinci. Melalui laporan yang dibuat kita dapat melihat suatu usaha dalam memberikan kontribusi baik berupa pendapatan jika yang didapat itu laba


(49)

maupun kerugian jika hasilnya defisit atau rugi. Dengan penerapan konsep kesatuan usaha ini pelaku usaha akan semakin dimudahkan dalam mengontrol ataupun mengendalikan kegiatan usahanya.

Dengan demikian bisa diharapkan bahwa penerapan business entity

atau konsep kesatuan usaha dapat dijadikan sebagai alat evaluasi dalam menjalankan usaha agar usaha dapat dijalankan semakin efektif. Untuk dapat mengelola usahanya dengan efektif seorang wirausahawan membutuhkan sikap kreatif, berorientasi ke depan, inovatif dan percaya diri (Suryana, 2003). Seorang wirausaha yang memiliki sikap berorientasi ke depan akan selalu mengontrol atau melihat sampai dimana perkembangan usaha secara finansial. Dari penjelasan tersebut, penulis menduga penerapan business entity lebih memungkinkan pengusaha untuk mengontrol sampai sejauh mana usahanya berkembang sehingga dapat mengelola usaha dengan efektif. Semakin tinggi penerapanbusiness entitydiduga semakin tinggi derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin rendah penerapan business entity, diduga semakin rendah derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

L. Pengaruh Penerapan Business Entity Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha.

Menerapkan konsep kesatuan usaha (Business Entity) sangat menguntungkan dalam mengelola usaha sebab usaha dapat dikontrol dan dikendalikan dengan lebih akurat. Adanya pemisahan kekayaan usaha dengan


(50)

kekayaan pemilik tentu saja akan bisa membedakan sejauh mana kontribusi yang dihasilkan dari suatu usaha. Pendapatan ataupun kerugian akan mudah untuk diketahui sehingga pengelola usaha bisa mengendalikan usahanya agar dapat berjalan dengan efektif. Perkembangan usaha dapat selalu dipantau sehingga pengelola usaha dapat mengambil keputusan yang lebih bijaksana ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat mengatasinya dengan cepat dan baik. Dengan memiliki kecerdasan emosional seorang pengusaha dapat mengambil keputusan secara bijaksana. Kecerdasan emosional mutlak diperlukan oleh seorang pengusaha agar dapat menjalankan usahanya secara efektif. Ketika seorang pengusaha mengontrol usahanya dan menemukan adanya krisis, dengan kecerdasan emosional yang baik ia akan menganggap bahwa krisis itu adalah sebuah peluang, peka akan adanya peluang dalam situasi apapun dan mampu mengatasi berbagai konflik. Berdasar uraian diatas, penulis menduga bahwa penerapan business entity dapat digunakan sebagai alat untuk mengontrol sejauh mana usaha dijalankan, dan akan berdampak pada efektivitas mengelola usaha. Semakin tinggi penerapan business entity

diduga semakin tinggi derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya semakin rendah penerapan business entity, diduga semakin rendah derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.


(51)

M. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha

Jiwa kewirausahaan merupakan sikap kreatif dan inovatif. Seorang wirausahawan yang kreatif dan inovatif dapat mengelola usahanya dengan efektif. Efektivitas mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya. Modal adalah semua dana yang tersedia untuk menjalankan usaha seperti modal sendiri serta utang (pinjaman). Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha diduga sangat dipengaruhi tingkat permodalan.

2. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengendalikan dan memotivasi diri. Pengusaha yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, dapat mengelola usahanya secara efektif karena mampu mengendalikan dan memotivasi diri. Efektivitas mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya. Modal merupakan semua dana yang tersedia untuk menjalankan usaha meliputi modal sendiri serta utang (pinjaman). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha diduga dipengaruhi oleh tingkat permodalan.


(52)

3. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha

Proses kreatif dan inovatif hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki jiwa kewirausahaan. Dengan jiwa kewirausahaan tersebut seorang wirausahawan dapat mengelola usahanya secara efektif. Efektivitas mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya. Pendidikan formal di sekolah merupakan salah satu usaha seseorang untuk mencapai kematangan intelektual. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha diduga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.

4. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas mengelola usaha

Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola dan membina hubungan dengan orang lain. Pengusaha yang memiliki kecerdasan emosional yang baik, akan mampu mengelola usaha dengan efektif karena tidak mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. Efektivitas mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya. Tingkat pendidikan merupakan pendidikan formal di sekolah sebagai usaha seseorang untuk mencapai kematangan intelektual. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha diduga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.


(53)

5. Pengaruh Penerapan Business Entity Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha

Jiwa kewirausahaan merupakan sikap kreatif dan inovatif yang berorientasi ke depan. Untuk dapat mengelola usaha secara efektif seorang wirausahawan membutuhkan sikap berorientasi ke depan. Efektivitas mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya. Penerapan business entity atau konsep kesatuan usaha merupakan pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan usaha untuk mengontrol sejauh mana perkembangan usaha secara finansial. Hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha diduga dipengaruhi oleh penerapanbusiness entity.

6. Pengaruh Penerapan Business Entity Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Efektivitas Mengelola Usaha

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengendalikan dan memotivasi diri. Kecerdasan emosional diperlukan seorang wirausahawan agar dapat mengelola usaha secara efektif. Efektivitas mengacu pada keberhasilan suatu unit usaha untuk mencapai tujuannya. Penerapanbusiness entity dapat digunakan untuk mengontrol sejauh mana perkembangan usaha secara finansial. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha diduga dipengaruhi oleh penerapanbusiness entity.


(54)

N. Paradigma Penelitian

O. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

2. Ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

3. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

4. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.

5. Ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Jiwa

Kewirausahaan

Penerapan

Business Entity

Tingkat Pendidikan Permodalan

Efektivitas Mengelola Usaha Kecerdasan


(55)

6. Ada pengaruh penerapan business entity terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha.


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dilihat dari metodenya, jenis penelitian ini termasuk penelitian survey yang dilakukan untuk mengambil generalisasi dari suatu pengamatan yang tidak mendalam (Sugiyono, 1999:7). Dalam hal ini peneliti melakukan survey terhadap pengelola usaha beserta dengan usaha yang dijalankan dengan melakukan pengamatan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat:

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta khususnya di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta, pada bidang usaha toko kelontong skala kecil dan menengah.

2. Waktu:

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2006.


(57)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi adalah keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama. Populasi penelitian ini adalah semua wirausaha toko kelontong yang terdapat di lingkungan sekitar kampus Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya, Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

2. Sampel adalah bagian terkecil dari populasi yang memiliki tingkat homogenitas yang hampir sama. Dalam penelitian ini akan diambil sampel 100 unit usaha dengan pertimbangan sudah cukup untuk mewakili populasi.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 1999:78), pertimbangan tersebut adalah berkaitan dengan karakteristik responden yang secara geografis letaknya masuk di gang-gang sempit sehingga peneliti kesulitan untuk mendata karena keterbatasan peneliti dalam hal waktu dan tenaga.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Efektivitas Mengelola Usaha

Efektivitas mengelola usaha dikatakan baik jika suatu usaha berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh usaha itu sendiri. Sebaliknya efektivitas mengelola usaha dikatakan kurang baik jika suatu usaha tidak


(58)

berhasil dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut diperlukan perencanaan, pengorganisasian, pemasaran dan pengelolaan keuangan yang baik. Pengukuran variabel efektivitas mengelola usaha didasarkan pada indikator-indikator yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam skala sikap. Kuesioner disadur dari penelitian Muhadi dan Saptono (belum diterbitkan).

Tabel III. 1 Skor Pernyataan Efektivitas Mengelola Usaha Skor Pernyataan

No Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak setuju 2 3

4 Sangat tidak setuju 1 4

Tabel III. 2 Kisi-Kisi Kuesioner Efektivitas Mengelola Usaha Pernyataan Dimensi Indikator Positif Negatif Kreativitas Manajerial Interpersonal Kepemimpinan

 Rencana bisnis

 Impian hidup

 Hasil terbaik

 Pengendalian dana/modal

 Pembagian tanggung jawab

 Semangat kerja

 Totalitas

 Kepercayaan diri

 Etika moral

 Pengambilan keputusan

1, 2, 3 4, 5, 6 7, 8 9 10, 11 12, 13 14 15, 16 17,18 19, 20, 21


(59)

2. Jiwa Kewirausahaan

Proses kreatif dan inovatif hanya dimiliki oleh orang yang memiliki jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan merupakan rasa percaya diri dalam mengelola usaha, kreatif, ketekunan, keuletan, berorientasi ke depan dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Data variabel ini diungkap berdasarkan pendapat responden dan dapat diukur berdasarkan indikator-indikator variabel. Masing-masing indikator selanjutnya dijabarkan dalam pernyataan-pernyataan yang dinyatakan dalam skala sikap dari Likert. Kuesioner disadur dari penelitian Muhadi dan Saptono (belum diterbitkan).

Tabel III. 3 Skor Pernyataan Jiwa Kewirausahaan Skor Pernyataan

No Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak setuju 2 3

4 Sangat tidak setuju 1 4

Tabel III. 4 Kisi-Kisi Kuesioner Jiwa Kewirausahaan Pernyataan Dimensi Indikator Positif Negatif Jiwa kewirausahaan  Kreativitas  Imajinasi  Resiko  Inovasi

 Pengembangan ide

 Kerja kelompok

 Kepercayaan diri

 Peraturan

 Penyesuaian diri

 Ilmu pengetahuan

 Cekatan

1 2, 3, 4 5, 6, 7, 8 9, 10 11

12, 13, 14, 15, 16 17, 18, 19

20, 21, 22, 23 24

25, 26 27 28, 29


(60)

 Orientasi karir/pekerjaan

 Kemampuan manajerial

 Bentuk kepribadian

 Gaya kepemimpinan

 Pencapaian

pertumbuhan usaha

 Pencapaian keuntungan

 Kondisi perasaan

 Pengendalian diri

30 31, 32 33 34 35, 36 37 38 39, 40 3. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik. Pengukuran variabel kecerdasan emosional didasarkan pada indikator-indikator yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam skala sikap. Kuesioner disadur dari penelitian Muhadi dan Saptono (belum diterbitkan). Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel kecerdasan emosional.

Tabel III. 5 Skor Pernyataan Kecerdasan Emosional Skor Pernyataan

No Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak setuju 2 3


(61)

Tabel III. 6 Kisi-Kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional Pernyataan Dimensi Indikator Positif Negatif Self Awarness/ mengenal emosi diri

 Mengetahui kekuatan

 Keyakinan akan kemampuan sendiri

 Mengenali keterbatasan diri sendiri

 Mengenali emosi sendiri

1 2 3 4 Self Regulation / mengelola emosi

 Menahan emosi dan dorongan negatif

 Menjaga norma kejujuran dan integritas

 Bertanggung jawab atas kinerja pribadi

 Luwes terhadap perubahan

 Terbuka terhadap ide-ide dan informasi baru

5 6 7 8 9 Motivasi  Dorongan untuk menjadi

lebih baik

 Menyesuaikan sasaran kelompok /organisasi

 Memanfaatkan kesempatan

 Kegigihan dalam

memperjuangkan

10 11 12 13 Empati  Memahami

 Mengembangkan

 Pelayanan

 Menciptakan kesempatan dalam pergaulan

 Membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok

14 15 16 17 18 Social skill/memb ina hubungan

 Kemampuan persuasi

 Mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas

 Kemampuan menyelesaikan pendapat

 Semangatleadership  Kolaborasi dan kooperasi

 Team building/kekompakan kelompok 19 20 21 22 23 24


(62)

4. Permodalan

Modal adalah semua dana yang tersedia untuk menjalankan usaha meliputi modal pemilik (modal sendiri) serta utang (pinjaman). Modal tidak hanya penting untuk memulai bisnis akan tetapi juga membantu dalam melanjutkan kegiatan operasi. Pengukuran variabel permodalan didasarkan pada skala ordinal sebagai berikut:

Tabel III. 7 Kategorisasi dan Skor Permodalan

Jumlah Modal Kategori Skor

≥5.000.000 Besar 1

<5.000.000 Kecil 0

5. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan perbuatan fundamental manusia yang mengubah, menentukan dan membangun hidup manusia. Dalam penelitian ini pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh responden. Pengukuran variabel pendidikan dalam penelitian ini didasarkan pada skala ordinal sebagai berikut:

Tabel III. 8 Kategorisasi dan Skor Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Kategori Skor

Perguruan Tinggi (D1, D2, D3, S1, S2)

Pendidikan Tinggi 1 SD-SMP-SMA/SMK

Sederajad

Pendidikan Rendah 0

6. PenerapanBusiness Entity

Business entity atau kesatuan usaha mengandung makna bahwa ada pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik dengan perusahaan (usaha),


(63)

karenanya transaksi yang terjadi dicatat dan dipertanggungjawabkan adalah transaksi usaha (Chariri dan Ghozali, 2003). Pengukuran variabel penerapan business entity didasarkan pada indikator-indikator yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam skala sikap. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel penerapan

business entity.

Tabel III. 9 Skor Pernyataan PenerapanBusiness Entity

Skor Pernyataan

No Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak setuju 2 3

4 Sangat tidak setuju 1 4

Tabel III. 10 Kisi-Kisi Kuesioner PenerapanBusiness Entity

Pernyataan

Dimensi Indikator

Positif Negatif Pemisahan harta

usaha dengan harta pribadi

Memisahkan laba dengan kekayaan pribadi

1 3

2

Melakukan pencatatan keuangan

4, 5, 6

Pengendalian keuangan 7, 8, 9, 10, 11, 12


(64)

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang akurat mengenai jumlah responden yang hendak diteliti. Supaya memperoleh karakteristik responden yang sama dengan tepat observasi perlu untuk dilakukan. 2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk memperoleh informasi. Dalam penelitian ini digunakan angket kuesioner permodalan, tingkat pendidikan, efektivitas mengelola usaha, jiwa kewirausahaan, kecerdasan emosional, dan penerapanbusiness entity.

F. Pengujian Instrument Penelitian

Untuk menguji kuesioner digunakan teknik pengujian instrument sebagai berikut.

1. Pengujian Validitas

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur (Sudjana, 1996:369). Suatu instrument dikatakan valid apabila suatu alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang diinginkan dengan tepat. Pengujian dilakukan dengan perhitungan korelasi product momentdari Pearson.



 

     



2 2

2 2


(65)

Keterangan :

Rxy = Koefisien korelasiproduct moment

N = Jumlah responden

ΣX = Jumlah skor butir

ΣY = Jumlah skor total

ΣXY = Jumlah perkalian skor dengan skor total

ΣX2 = Jumlah kuadrat X

ΣY2 = Jumlah kuadrat Y

Setelah koefisien korelasi (rxy) ditemukan perlu diuji, dibandingkan

dengan rtabel sebesar 0,361 pada taraf signifikansi 5% dengan derajad

kebebasan (n-2). Jika rxy >rtabel berarti instrument tersebut valid.

(Perhitungan pengujian validitas dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 137). Berikut rangkuman hasil perhitungan pengujian kuesioner seperti nampak pada tabel III. 1.

Tabel III. 11 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Efektivitas Mengelola Usaha

No Butir Soal Koefisien Validitas Nilai r tabel Keterangan

1 Butir 1 0,4142 0,361 Valid

2 Butir 2 0,4222 0,361 Valid

3 Butir 3 0,3794 0,361 Valid

4 Butir 4 0,4718 0,361 Valid

5 Butir 5 0,3749 0,361 Valid

6 Butir 6 0,5735 0,361 Valid

7 Butir 7 0,0909 0,361 Tidak Valid

8 Butir 8 0,5526 0,361 Valid

9 Butir 9 0,3805 0,361 Valid

10 Butir 10 0,4066 0,361 Valid

11 Butir 11 0,4592 0,361 Valid

12 Butir 12 0,4743 0,361 Valid

13 Butir 13 0,3989 0,361 Valid

14 Butir 14 0,3677 0,361 Valid

15 Butir 15 0,3798 0,361 Valid

16 Butir 16 0,3734 0,361 Valid

17 Butir 17 0,5685 0,361 Valid

18 Butir 18 0,3820 0,361 Valid

19 Butir 19 0,5271 0,361 Valid

20 Butir 20 0,1892 0,361 Tidak Valid


(66)

Hasil pengujian kuesioner menunjukan bahwa dari 21 butir soal untuk variabel efektivitas mengelola usaha yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 18 butir soal yang valid sebab koefisien validitas > rtabel , sedang 3 butir soal dianggap tidak valid karena koefisien validitas <

rtabel. (Hasil analisis selengkapnya terdapat pada lampiran 2 halaman 137).

Tabel III. 12 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Jiwa Kewirausahaan

No Butir Soal Koefisien Validitas Nilai r tabel Keterangan

1 Butir 1 0.4138 0.361 Valid

2 Butir 2 0.5467 0.361 Valid

3 Butir 3 0.5144 0.361 Valid

4 Butir 4 0.5973 0.361 Valid

5 Butir 5 0.3850 0.361 Valid

6 Butir 6 0.5706 0.361 Valid

7 Butir 7 0.6249 0.361 Valid

8 Butir 8 0.6771 0.361 Valid

9 Butir 9 0.5145 0.361 Valid

10 Butir 10 0.5346 0.361 Valid

11 Butir 11 0.6777 0.361 Valid

12 Butir 12 0.6021 0.361 Valid

13 Butir 13 0.4133 0.361 Valid

14 Butir 14 0.5125 0.361 Valid

15 Butir 15 0.7413 0.361 Valid

16 Butir 16 0.6143 0.361 Valid

17 Butir 17 0.4117 0.361 Valid

18 Butir 18 0.3766 0.361 Valid

19 Butir 19 0.5803 0.361 Valid

20 Butir 20 0.3618 0.361 Valid

21 Butir 21 0.5220 0.361 Valid

22 Butir 22 0.6172 0.361 Valid

23 Butir 23 0.5338 0.361 Valid

24 Butir 24 0.7345 0.361 Valid

25 Butir 25 0.6071 0.361 Valid

26 Butir 26 0.5249 0.361 Valid

27 Butir 27 0.5293 0.361 Valid

28 Butir 28 0.5259 0.361 Valid

29 Butir 29 0.4254 0.361 Valid

30 Butir 30 0.7228 0.361 Valid

31 Butir 31 0.5585 0.361 Valid

32 Butir 32 0.4704 0.361 Valid

33 Butir 33 0.6009 0.361 Valid

34 Butir 34 0.4067 0.361 Valid

35 Butir 35 0.6016 0.361 Valid

36 Butir 36 0.5847 0.361 Valid


(67)

38 Butir 38 0.4535 0.361 Valid

39 Butir 39 0.6766 0.361 Valid

40 Butir 40 0.6295 0.361 Valid

Hasil pengujian menunjukan bahwa dari 40 butir soal untuk variabel jiwa kewirausahaan semua butir soal valid dan digunakan dalam penelitian ini sebab koefisien validitas > rtabel. (Lampiran 2 halaman 140).

Tabel III. 13 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Untuk Variabel Kecerdasan Emosional

No Butir Soal Koefisien Validitas Nilai r tabel Keterangan

1 Butir 1 0.4757 0.361 Valid

2 Butir 2 0.5715 0.361 Valid

3 Butir 3 0.5245 0.361 Valid

4 Butir 4 0.7054 0 .361 Valid

5 Butir 5 0.6445 0.361 Valid

6 Butir 6 0.4677 0.361 Valid

7 Butir 7 0.4303 0.361 Valid

8 Butir 8 0.5447 0.361 Valid

9 Butir 9 0.6772 0.361 Valid

10 Butir 10 0.5725 0.361 Valid

11 Butir 11 0.6594 0.361 Valid

12 Butir 12 0.5331 0.361 Valid

13 Butir 13 0.8308 0.361 Valid

14 Butir 14 0.3865 0.361 Valid

15 Butir 15 0.3836 0.361 Valid

16 Butir 16 0.5649 0.361 Valid

17 Butir 17 0.5497 0.361 Valid

18 Butir 18 0.6608 0.361 Valid

19 Butir 19 0.4887 0.361 Valid

20 Butir 20 0.7717 0.361 Valid

21 Butir 21 0.7676 0.361 Valid

22 Butir 22 0.5339 0.361 Valid

23 Butir 23 0.7957 0.361 Valid

24 Butir 24 0.5962 0.361 Valid

Hasil pengujian menunjukan bahwa dari 24 butir soal untuk variabel kecerdasan emosional semua butir soal valid dan digunakan dalam penelitian ini sebab koefisien validitas > rtabel. (Lampiran 2 halaman 146).


(1)

Casewise Diagnosticsa

Case Number Std. Residual Y

Predicted

Value Residual 98

99 100

-1,990 -,512 ,413

50 54 60

59,08 56,34 58,11

-9,08 -2,34 1,89 a. Dependent Variable: Y

Residuals Statisticsa

49,91 63,67 55,97 2,624 100

-15,11 11,92 ,00 4,496 100

-2,311 2,933 ,000 1,000 100

-3,310 2,610 ,000 ,985 100

Predicted Value Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Y a.


(2)

Emosional Dengan Efektivitas Mengelola Usaha

Descriptive Statistics

55,97 5,206 100

,49 ,502 100

75,06 6,468 100

37,74 38,960 100 Y

D X2 DX2

Mean Std. Deviation N

Correlations

1,000 ,191 ,639 ,238

,191 1,000 ,299 ,993

,639 ,299 1,000 ,378

,238 ,993 ,378 1,000

. ,028 ,000 ,009

,028 . ,001 ,000

,000 ,001 . ,000

,009 ,000 ,000 .

100 100 100 100

100 100 100 100

100 100 100 100

100 100 100 100

Y D X2 DX2 Y D X2 DX2 Y D X2 DX2 Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Y D X2 DX2

Variables Entered/Removedb

DX2, X2, Da . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Y b.

Model Summaryb

,641a ,411 ,392 4,058

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), DX2, X2, D a.

Dependent Variable: Y b.

ANOVAb

1102,326 3 367,442 22,317 ,000a

1580,584 96 16,464

2682,910 99

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), DX2, X2, D a.

Dependent Variable: Y b.


(3)

Coefficientsa

14,286 7,134 2,003 ,048

5,833 9,968 ,563 ,585 ,560

,556 ,097 ,691 5,725 ,000

-,078 ,133 -,582 -,587 ,558

(Constant) D X2 DX2 Model 1

B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Y a.

Casewise Diagnosticsa

Case Number Std. Residual Y

Predicted Value Residual 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 -,808 ,901 -1,152 -,045 -,663 1,503 ,340 ,108 ,479 1,453 ,479 -,850 -,999 -1,947 -1,399 ,573 ,463 ,628 ,054 -,469 -,962 ,599 -,332 ,708 1,208 ,463 -,765 ,845 1,326 -,332 -,030 -,281 ,993 ,768 -,464 ,298 -3,228 1,604 1,010 ,682 ,564 -,207 ,425 58 58 48 52 60 61 55 52 57 71 57 47 51 47 47 55 54 53 49 53 51 59 53 60 59 54 62 60 59 53 52 52 61 62 57 55 41 63 59 56 65 59 63 61,28 54,35 52,68 52,18 62,69 54,90 53,62 51,56 55,06 65,11 55,06 50,45 55,06 54,90 52,68 52,68 52,12 50,45 48,78 54,90 54,90 56,57 54,35 57,13 54,10 52,12 65,11 56,57 53,62 54,35 52,12 53,14 56,97 58,88 58,88 53,79 54,10 56,49 54,90 53,23 62,71 59,84 61,28 -3,28 3,65 -4,68 -,18 -2,69 6,10 1,38 ,44 1,94 5,89 1,94 -3,45 -4,06 -7,90 -5,68 2,32 1,88 2,55 ,22 -1,90 -3,90 2,43 -1,35 2,87 4,90 1,88 -3,11 3,43 5,38 -1,35 -,12 -1,14 4,03 3,12 -1,88 1,21 -13,10 6,51 4,10 2,77 2,29 -,84 1,72


(4)

Casewise Diagnosticsa

Case Number Std. Residual Y

Predicted Value Residual 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 ,469 1,773 -1,262 -1,262 ,652 -,485 -,632 ,410 ,490 -1,786 ,532 -,634 ,024 1,940 -,260 -,646 -,389 -,517 ,361 -,614 ,819 -,194 -,906 -,743 -,085 -,169 ,517 ,791 -,991 -1,373 1,250 ,361 1,208 -,271 -,368 -1,332 ,757 1,859 -,059 -,742 -2,082 ,469 ,790 -,100 -1,890 ,479 ,178 -,132 1,872 ,018 -1,117 1,996 ,243 -,387 56 71 47 47 62 55 49 51 58 56 62 54 55 65 54 51 53 52 57 54 56 53 49 53 54 57 57 57 57 51 63 57 59 53 55 53 61 63 58 53 49 56 62 58 56 57 62 55 66 58 51 63 57 55 54,10 63,80 52,12 52,12 59,35 56,97 51,56 49,34 56,01 63,25 59,84 56,57 54,90 57,13 55,06 53,62 54,58 54,10 55,53 56,49 52,68 53,79 52,68 56,01 54,35 57,68 54,90 53,79 61,02 56,57 57,93 55,53 54,10 54,10 56,49 58,41 57,93 55,46 58,24 56,01 57,45 54,10 58,80 58,41 63,67 55,06 61,28 55,53 58,41 57,93 55,53 54,90 56,01 56,57 1,90 7,20 -5,12 -5,12 2,65 -1,97 -2,56 1,66 1,99 -7,25 2,16 -2,57 ,10 7,87 -1,06 -2,62 -1,58 -2,10 1,47 -2,49 3,32 -,79 -3,68 -3,01 -,35 -,68 2,10 3,21 -4,02 -5,57 5,07 1,47 4,90 -1,10 -1,49 -5,41 3,07 7,54 -,24 -3,01 -8,45 1,90 3,20 -,41 -7,67 1,94 ,72 -,53 7,59 ,07 -4,53 8,10 ,99 -1,57


(5)

Casewise Diagnosticsa

Case Number Std. Residual Y

Predicted

Value Residual 98

99 100

-2,031 -,732 ,393

50 54 60

58,24 56,97 58,41

-8,24 -2,97 1,59 a. Dependent Variable: Y

Residuals Statisticsa

48,78 65,11 55,97 3,337 100

-13,10 8,10 ,00 3,996 100

-2,154 2,738 ,000 1,000 100

-3,228 1,996 ,000 ,985 100

Predicted Value Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Y a.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

0 2 188

Pengaruh etnis, permodalan, dan pendidikan terhadap hubungan antar jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha : studi kasus pada pedagang konveksi di Pasar Beringharjo.

0 0 192

Pengaruh permodalan, tingkat pendidikan dan penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha : survei pada counter HP di Kecamatan Depok survei pada usaha counter HP di lingk

0 3 216

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN BUSINESS ENTITY TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA: SURVEI PADA TOKO KELONTONG SKALA KECIL DAN MENENGAH DI KECAMATAN DEPOK

0 0 225

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 175

SKRIPSI PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 214

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 163

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN BUSINESS ENTITY TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA: SURVEI PADA COUNTER HP DI KECAMATAN DEPOK

0 0 214

PENGARUH ETNIS, PERMODALAN, DAN PENDIDIKAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEEFEKTIFAN MENGELOLA USAHA

0 1 190

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha - USD Repository

0 0 186