59
dapat dilihat pada lampiran 10. Digunakannya optimasi 2 dalam penentuan kuersetin gambar 13 serta optimasi 3 didalam penentuan OT fraksi etil
asetat ekstrak etanol daun benalu kemiri gambar 14 dikarenakan sudah mewakili kedua optimasi lain yang menunjukkan OT pada menit ke-20.
Hasilnya dapat dilihat pada lampiran 10.
I. Hasil Penetapan Aktivitas Antioksidan dengan Radikal DPPH
Uji aktivias antioksidan dilakukan dengan metode penangkapan radikal radical scavenging terhadap radikal 2,2-difenil-1-pikril hidrazil DPPH.
Pengukuran aktivitas antioksidan dalam penelitian ini akan mengukur besarnya IC
50
dari baku kuersetin sebagai pembanding dan IC
50
dari fraksi etil asetat ekstrak etanol daun benalu kemiri. IC
50
merupakan konsentrasi yang diperlukan dalam menghambat 50 aktivitas DPPH Molyneux, 2004. Untuk memperoleh
IC
50
masing- masing sampel dibuatlah larutan seri dari baku kuersetin dan juga fraksi etil asetat ekstrak etanol daun benalu kemiri.
Prinsip metode DPPH adalah interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan
karakter radikal bebas dari DPPH dan jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi
kuning terang Green cit. Erawati, 2012. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 15. Perubahan DPPH akibat adanya antioksidan, Nunes
et al., 2012
Cara mendapatkan IC
50
yaitu dengan mengukur absorbansi seri larutan dari larutan uji fraksi etil asetat ekstrak etanol daun benalu kemiri yang diukur
sehingga akan diperoleh persamaan regresi dari hubungan persentase daya hambat absorbansi larutan uji dengan konsentrasi dari larutan uji yang diukur. Persamaan
regresi yang diperoleh ini dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi larutan uji yang dapat menghambat radikal DPPH sebesar 50. Baku yang digunakan
sebagai pembanding adalah kuersetin. Kuersetin digunakan karena merupakan salah satu konstituen flavonoid dari tanaman yang diketahui memiliki aktivitas
antioksidan. Baku pembanding ini digunakan sebagai pembanding dari kekuatan aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol daun benalu kemiri. Kuersetin
mampu menurunkan intensitas warna dari DPPH yang membuktikan kalau kuersetin merupakan antioksidan yang cukup poten. Kuersetin ini merupakan
senyawa flavanoid yang cukup kuat sebagai senyawa antioksidan, sehingga tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar senyawa antioksidan yang terdapat
pada daun benalu kemiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Pada penelitian ini digunakan kontrol positif berupa kuersetin, yang dimaksudkan untuk melihat potensi kekuatan fraksi etil asetat ekstrak etanol dari
daun benalu kemiri dibandingkan dengan senyawa kuersetin. Menurut Sofyan cit. Perwiratami et al., 2014 kuersetin digunakan sebagai pembanding karena
merupakan golongan flavonoid yang sering ditemukan dalam tumbuhan dan diketahui memiliki banyak aktivitas biologis, khususnya antioksidan. Pelarut yang
digunakan didalam penelitian ini adalah metanol. Digunakan metanol sebagai pelarut dikarenakan metanol terbukti tidak mengganggu interferensi dalam
reaksi DPPH Molyneux, 2004 .
Pengukuran dilakukan dalam panjang gelombang maksimum hasil scanning yaitu 515 nm. Menurut Prior
2005
Keuntungan metode DPPH ini adalah tes ini sederhana, cepat dan hanya membutuhkan
spektrofotometer UV-Vis untuk melakukan uji, sehingga metode ini digunakan secara luas dalam skrining antioksidan.
Tabel VIII. Hasil aktivitas antioksidan kuersetin dengan metode DPPH
Optimasi Konsentrasi
µgmL Absorbansi
kontrol Absorbansi
kuersetin IC
Persamaan regresi linier
1
5,05
0,710
0,495 30,28
y=2,8896x + 16,1909 r = 0,9973
7,58 0,431
39,30 10,10
0,395 44,37
12,63 0,333
53,10 15,15
0,285 59,86
2
5,10
0,733
0,505 31,11
y=4,2078x + 9,286 r = 0,9855
7,65 0,455
37,93 10,20
0,320 56,34
12,75 0,265
63,85 15,30
0,206 71,80
3
5,0
0,761
0,696 8,54
y=5,3088x + 17,558 r = 0,9998
7,50 0,589
22,60 10,0
0,488 35,87
12,5 0,389
48,88 15,0
0,291 61,76
62
Tabel VIII menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi kuersetin yang direaksikan dengan DPPH maka aktivitas antioksidannya semakin besar. sehingga
absorbansi yang dihasilkan akan semakin kecil. Pengukuran aktivitas kuersetin dilakukan sebanyak tiga kali optimasi, masing-masing optimasi memiliki
persamaan regresi linier. Persamaan ini nantinya yang akan dipakai untuk menghitung nilai IC
50
dan kemudian dibuat rata-ratanya.
Gambar 16. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan kuersetin Optimasi 3
Grafik yang ditunjukkan Gambar 16 merupakan hasil regresi linier dari optimasi tiga yang mewakili dua optimasi lainnya dikarenakan kedua optimasi
yang lain juga menunjukkan hasil penghitungan IC
50
secara intrapolasi atau berada dalam rentang konsentrasi yang digunakan dalam pengukuran seri
konsentrasi kuersetin. Nilai r 0,9973 yang mendekati satu ini menandakan kevalidan dalam kurva kalibrasi yang mendekati linear.
63
Tabel IX. Hasil aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol daun benalu kemiri dengan metode DPPH
Optimasi Konsentrai
µgmL Absorbansi
kontrol Absorbansi
Larutan uji IC
Persamaan regresi linier
1 7,65
0,883 0,623
29,44 Y=3,5925x + 0,871
r =0,9919 10,20
0,573 35,10
12,75 0,468
47,0 15,30
0,370 58,09
17,85 0,320
63,75
2 7,57
0,875 0,615
29,71 Y =3,4174x + 3,423
r =0,9978 10,10
0,539 38,40
12,62 0,478
45,37 15,15
0,398 54,51
17,67 0,308
64,80
3 7,50
0,879 0,598
31,96 Y =3,0036x + 8,365
r =0,9829 10,0
0,570 35,15
12,5 0,458
47,89 15,0
0,396 54,94
17,5 0,355
59,61
Tabel IX menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi fraksi etil asetat yang direaksikan dengan DPPH maka aktivitas antioksidannya semakin besar. Hal
ini terlihat dari nilai IC yang semakin besar seiring dengan penambahan konsentrasi fraksi etil asetat. Pengukuran aktivitas fraksi etil asetat dilakukan
sebanyak tiga kali optimasi. Persamaan regresi linier yang didapat ini nantinya yang akan dipakai untuk menghitung nilai IC
50
dan kemudian dibuat rata-ratanya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 17. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol daun benalu kemiri optimasi 2
Grafik yang ditunjukkan Gambar 17 merupakan hasil regresi linier dari optimasi dua yang mewakili dua optimasi lainnya dikarenakan kedua optimasi
yang lain juga menunjukkan hasil penghitungan IC
50
secara intrapolasi atau berada dalam rentang konsentrasi yang digunakan dalam pengukuran seri
konsentrasi fraksi etil asetat ekstrak etanol daun benalu kemiri. Nilai r 0,9978 yang mendekati satu menandakan kevalidan dalam kurva kalibrasi yang
mendekati linier. Nilai r yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah 0,9973 untuk
kuersetin dan 0,9978 untuk fraksi etil asetat, dimana nilai ini berada di atas nilai r yang dipersyaratkan 0,99 kingston, 2004.
65
Tabel X. Hasil perhitungan IC
50
kuersetin dan fraksi etil asetat ekstrak etanol daun benalu kemiri
Kuersetin Optimasi
IC
50
µgmL Rata-rata
µgmL SD
I 11,70
9,16 2,82
II 9,67
III 6,11
Fraksi etil asetat Optimasi
IC
50
µgmL Rata-rata
µgmL SD
I 13,67
13,71 0,12
II 13,62
III 13,86
Tabel X menunjukkan hasil pengukuran aktivitas antioksidan kuersetin dan fraksi etil asetat. Rata-rata IC
50
kuersetin adalah 9,16 ± 2,82 µgmL dan rata- rata IC
50
fraksi etil asetat ekstrak etanol daun benalu kemiri adalah 13,71 ± 0,12 µgmL.
Berdasarkan nilai IC
50
yang diperoleh dari pengukuran aktivitas antioksidan kuersetin dan fraksi etil asetat ekstrak etanol daun benalu kemiri
dengan metode DPPH, maka kuersetin dan fraksi etil asetat digolongkan dalam senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat karena nilai IC
50
kurang
dari 50 µgmL Tabel XI.
66
Tabel XI. Ukuran intensitas antioksidan Blois, 1958
Sampel IC
50
µgmL Tingkatan aktivitas antioksidan IC
50
Sangat kuat 50 µgmL
Kuat 50-100
µgmL Sedang
101-150 µgmL
Lemah 150
µgmL Kuersetin
9,16
- -
- Fraksi etil
asetat ekstrak etanol daun
benalu kemiri 13,71
-
- -
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Jumlah fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol daun benalu kemiri
adalah sebesar 44,3 ± 0,77 mg ekivalen asam galat per g fraksi etil asetat ekstrak etanol.
2. Aktivitas antioksidan fraksi etil asetat dari ekstrak etanol daun benalu kemiri
termasuk sangat kuat dengan nilai IC
50
= 13,71 ± 0,12 µgmL.
B. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengujian aktivitas antioksidan
terhadap batang benalu.
67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI