Norma Kesopanan Uraian Materi

80 bagaimana tata cara berteman. Akibat pelanggaran terhadap norma kesopanan ini dicela sesamanya. Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata krama atau adat istiadat yang merupakan tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perikelakuan masyarakat dan kekuatan mengikatnya dapat meningkat, misalnya gotong royong. Sumber norma kesopanan adalah keyakinan masyarakat yang bersangkutan itu sendiri dapat berupa hal-hal yang bersifat dari kepantasan, kepatutan, kebiasaan. Sanksi norma kesopanan adalah mendapat cemooh atau celaan dari anggota masyarakat . Contoh dari norma ini adalah 1 “Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bus dan lain-lain, terutama wanita yang tua, hamil atau membawa bayi”; 2 “Jangan makan sambil berbicara”; 3 “Janganlah meludah di lantai atau di sembarang tempat” dan 4 “Orang muda harus menghormati ora ng yang lebih tua”.

4. Norma Hukum

Norma hukum ialah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan negara. Norma hukum merupakan aturan-aturan yang dibuat oleh negara atau perlengkapannya. Isinya mengikat setiap orang dan berlakunya dapat dipaksankan oleh alat-alat kekuasaan negara seperti polisi, jaksa, dan hakim. Adapun ciri-ciri norma hukum adalah 1 aturan yang dibuat oleh badan resmi negara; 2 aturan bersifat memaksa; 3 adanya sanksi yang tegas; 4 adanya perintah dan larangan dari negara; dan 5 perintah atau larangan itu harus ditaati oleh setiap orang. Jika aturan tersebut tidak ditaati, akan mendapatkan sanksi hukuman. Norma hukum bertujuan untuk mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agat tercipta ketertiban, keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Oleh sebab itu setiap peraturan hukum harus dipatuhi agar: 1 dapat menciptakan ketertiban dan ketenteraman dalam masyarakat; 2 mengusahakan keseimbangan antara berbagai kepentingan yang ada dalam masyarakat; dan 3 menjaga dan melindungi hak-hak warganegara. Sementara fungsinya adalah menjamin kepastian hukum, menjamin keadilan sosial dan sebagai pengayoman kepentingan masyarakat. 81 Agar hukum berfungsi sebagaimana diharapkan perlu adanya kesadaran hukum, dengan berperilaku: 1 mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan; 2 mampu menempatkan diri,manakepentingan umum dan mana kepentingan pribadi; 3 mengembangkan sikap tolong menolong dan gotong royong serta menjauhi sifat individualistis demi terciptanya kerukunan bersama; 4 bersedia mematuhi peraturan yang berlaku dimanapun dia berada; dan 5 mampu mengendalikan diri. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa. Norma hukum bersumber dari peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh lembaga resmi negara. Sumbernya dapat berupa peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama. Sanksi norma hukum adalah ancaman hukuman. Penataan dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan-peraturan hukum bersifat heteronom, artinya dapat dipaksakan oleh kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan negara. Contoh norma ini di antaranya ialah : 1 “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwanyawa orang lain, dihukum karena membunuh dengan hukuman setingi- tingginya 15 tahun”. 2 “Orang yang ingkar janji suatu perikatan yang telah diadakan, diwajibkan mengganti kerugian”, misalnya jual beli, dan 3 “Dilarang mengganggu ketertiban umum ”. Peraturan Perundang-undangan Peraturan ada yang tertulis, misalnya undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah dan sebagainya; dan peraturan tidak tertulis, misalnya hukum adat, adat istiadat, dan kebiasaan- kebiasaan yang dilaksanakan dalam praktik penyelenggaraan negara atau konvensi. Peraturan yang tertulis memiliki ciri-ciri bahwa keputusan itu dikeluarkan oleh yang berwewenang; isinya mengikat secara umum; dan bersifat abstrak karena mengatur hal-hal yang belum terjadi. Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, pada Bab III pasal 7 disebutkan