Norma Hukum Uraian Materi
81
Agar hukum berfungsi sebagaimana diharapkan perlu adanya kesadaran hukum, dengan berperilaku: 1 mendahulukan kepentingan umum di atas
kepentingan pribadi
atau golongan;
2 mampu
menempatkan diri,manakepentingan
umum dan
mana kepentingan
pribadi; 3
mengembangkan sikap tolong menolong dan gotong royong serta menjauhi sifat individualistis demi terciptanya kerukunan bersama; 4 bersedia mematuhi
peraturan yang berlaku dimanapun dia berada; dan 5 mampu mengendalikan diri.
Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa. Norma hukum bersumber dari peraturan perundang-undangan yang telah
ditetapkan oleh lembaga resmi negara. Sumbernya dapat berupa peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama. Sanksi
norma hukum adalah ancaman hukuman. Penataan dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan-peraturan hukum bersifat heteronom, artinya dapat
dipaksakan oleh kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan negara. Contoh norma ini di antaranya ialah : 1 “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan
jiwanyawa orang lain, dihukum karena membunuh dengan hukuman setingi- tingginya 15 tahun”. 2 “Orang yang ingkar janji suatu perikatan yang telah
diadakan, diwajibkan mengganti kerugian”, misalnya jual beli, dan 3 “Dilarang mengganggu ketertiban umum
”.
Peraturan Perundang-undangan
Peraturan ada yang tertulis, misalnya undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah dan sebagainya; dan
peraturan tidak tertulis, misalnya hukum adat, adat istiadat, dan kebiasaan- kebiasaan yang dilaksanakan dalam praktik penyelenggaraan negara atau
konvensi. Peraturan yang tertulis memiliki ciri-ciri bahwa keputusan itu dikeluarkan
oleh yang berwewenang; isinya mengikat secara umum; dan bersifat abstrak karena mengatur hal-hal yang belum terjadi.
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, pada Bab III pasal 7 disebutkan
82
tentang jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan MPR;
c. Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah.
UUD Negara RI Tahun 1945 memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara. Undang-Undang dibuat oleh DPR bersama Presiden
untuk melaksanakan UUD NRI Tahun 1945. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dibuat oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang
memaksa, dengan ketentuan: 1Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang harus diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut, 2 DPR dapat
menerima atau menolak peraturan pemerintah pengganti undang-undang dengan tidak mengadakan perubahan, 3 Jika ditolak DPR, peraturan pemerintah
pengganti undang-undang tersebut harus dicabut. Peraturan Pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah undang-undang. Peraturan
daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum di atasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan.
Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat 1 meliputi : a. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh DPRD Provinsi bersama dengan
Gubernur. Termasuk dalam jenis Peraturan Daerah Provinsi adalah Qanun yang berlaku di Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Perdasus
serta Perdasi yang berlaku di Papua. b. Peraturan Daerah KabupatenKota dibuat oleh DPRD KabuapetnKota
bersama BupatiWalikota c. Peraturan Desaperaturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa
atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya. Jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud pada
pasal 7 ayat 1 diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi. Jenis peraturan perundang-undangan selain yang disebutkan pada pasal 7 ayat 1, antara lain: peraturan yang dikeluarkan oleh MPR dan DPR;
83
Dewan Perwakilan Daerah DPD; Mahkamah Agung; Mahkamah Konstitusi; Badan Pemeriksa Keuangan; Bank Indonesia; Menteri; Kepala Badan; Lembaga
atau Komisi yang setingkat yang dibentuk oleh undang-undang atau pemerintah atas perintah undang-undang; Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;
Gubernur; Dewan Perwakilan Daerah KabupatenKota; BupaiWalikota; Kepala Desa atau yang setingkat.
Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan adalah sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat 1. Hierarkhi adalah
penjenjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Materi muatan peraturan perundang-undangan nasional, materi yang
dimuat dalam peraturan perundang-undangan sesuai dengan jenis, fungsi, dan hierarkhi peraturan perundang-undangan.Materi muatan peraturan perundang-
undangan mengandung asas: a. Pengayoman, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketenteraman masyarakat.
b. Kemanusiaan, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang- undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak
asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
c. Kebangsaan, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang- undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang
pluralistik kebhinnekaan dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Kekeluargaan, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang- undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat
dalam setiap pengambilan keputusan. e. Kenusantaraan, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat
di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.
84
f. Bhinneka Tunggal Ika, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang- undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan
golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masaalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. g. Keadilan, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan
harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.
h. Kesamaan di dalam hukum dan pemerintahan, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang
bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
i. Ketertiban dan kepastian hukum, bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam
masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum. j.
Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, bahwa setiap materi muatan
peraturan perundang-undangan
harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.