7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Keaktifan
a. Pengertian Keaktifan
Menurut Poerwadarminta 1976: 26 keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti kegiatan atau aktivitas atau keterlibatan secara
penuh. Menurut Yamin 2007: 77 mengemukakan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan
bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
menurut Glasgow dalam Gora 2009:10 siswa aktif adalah siswa yang bekerja keras untuk mengambil tanggung-jawab lebih besar dalam
proses belajarnya sendiri. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan persamaan
dari definisi keaktifan, yaitu suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keterlibatan dan keaktifan siswa secara fisik, mental,
intelektual, dan emosional. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Kegiatan yang dilakukan tersebut untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri siswa dengan peka terhadap
lingkungan dan mencari informasi yang ada di sekitar untuk tujuan tertentu.
b. Jenis-jenis keaktifan
Menurut Joni 1984:17-19 indikator-indikator keaktifan adalah sebagai berikut.
1 Prakarsa siswa dalam kegiatan belajar, yang ditunjukkan melalui
keberanian memberi sumbangan pendapat tanpa secara eksplisit diminta.
2 Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang tengah
berlangsung, perhatian serta pikiran siswa dengan tugas yang tengah dihadapi, serta komitmennya untuk menyelesaikan tugas
tersebut dengan sebaik-baiknya secara tuntas. 3
Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator. 4
Belajar dengan pengalaman langsung experiental learning. 5
Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar-mengajar. 6
Kualitas interaksi antar siswa, baik intelektual maupun sosio- emosional.
Menurut Paul D. Dierick dalam Hamalik 2001:172-173 kegiatan belajar dibagi menjadi 8 kelompok yaitu:
1 Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau
bermain.
2 Kegiatan-kegiatan lisan oral
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan
pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. 3
Kegiatan-kegiatan mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4 Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan- bahan materi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi
angket. 5
Kegiatan-kegiatan menggambar Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6 Kegiatan-kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pemeran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan
berkebun. 7
Kegiatan-kegiatan mental Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,
faktor-faktor, melihat,
hubungan-hubungan, dan
membuat keputusan.
8 Kegiatan-kegiatan emotional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan- kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan
dan overlap satu sama lain. Dari beberapa pertimbangan diatas, indikator-indikator tersebut
disusun kembali. Indikator keaktifan tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Keberanian menyampaikan pendapat 2.
Memperhatikan penjelasan 3.
Bekerjasama 4.
Membaca bahan pelajaran 5.
Menyelesaikan tugas 6.
Menjawab pertanyaan 7.
Mengerjakan tesevaluasi 8.
Bertanya 9.
Memecahkan masalah 10.
Mencatat c.
Pengaruh keaktifan terhadap proses belajar siswa Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara
guru dengan murid untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran tersebut, artinya bahwa pembelajaran yang dilaksanakan
dalam pembelajaran tersebut adalah mengarahkan peserta didik kepada pencapaian suatu kompetensi. Oleh karena itu, setiap pembelajaran
dimana dan kapan pun berlangsung, maka tergambar keaktifan siswa untuk mencapai kompetensi tersebut.
Mengajar adalah proses membelajarkan siswa, sehingga ada keinginan dari siswa sendiri untuk belajar, dengan demikian aktivitas
siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswalah yang seharusnya banyak aktif, sebab siswa sebagai subjek
didik adalah merencanakan dan siswa sendiri yang melaksanakan belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan
berpengaruh terhadap proses belajar siswa. d.
Cara mengukur keaktifan Pada penelitian ini, keaktifan siswa akan diukur menggunakan
penilaian nontes. Masidjo 1995: 59 mengemukakan bahwa non tes merupakan rangkaian pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab
secara sengaja dalam suatu situasi yang kurang distandarsasikan dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan atau hasil belajar
yang dapat diamati secara konkret dari individu atau kelompok. Penilaian nontes dapat berupa pengamatan observasi, catatan
anekdot, daftar cek, skala nilai, angket, dan wawancara. Peneliti melakukan observasi untuk memperoleh data tentang
keaktifan siswa. Menurut Sudjana 1989:84 observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil atau proses belajar. Peneliti juga mengisi lembar
pengamatan siswa selama melakukan kegiatan observasi. 2.
Prestasi Belajar a.
Pengertian Prestasi Belajar Menurut Masidjo 1995:40 prestasi belajar adalah hasil proses
belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran. Menurut Arifin 1988:3 prestasi belajar adalah
kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Perbedaan kedua pendapat di atas mengenai prestasi belajar
menurut Masidjo adalah mengenai hasil dari proses belajar, sedangkan menurut Arifin mengenai proses belajar yaitu tentang kemampuan,
ketrampilan, dan sikap. Dalam penelitian ini, prestasi belajar hanya dibatasi dalam bidang pendidikan, khususnya pengajaran.
Prestasi belajar dalam penelitian ini merupakan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Evaluasi terhadap prestasi
belajar dilakukan guru dengan menggunakan alat evaluasi berupa tes dan nontes. Melalui evaluasi tes dan nontes, siswa dituntut untuk
menunjukkan prestasi tertentu. Hasil data yang diperoleh akan diakumulasikan dalam bentuk
nilai yang berupa angka. Dimana angka tersebut mampu menunjukkan prestasi tertentu. Berdasarkan prestasi-prestasi yang dicapai siswa
tersebut, guru dapat mengetahui hasil belajar yang diharapkan telah tercapai atau tidak.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Ahmadi dan Supriyono 1991:130-131 prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri faktor internal maupun dari luar diri faktor eksternal individu. Pengenalan
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali, artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi
belajar yang sebaik-baiknya. Yang tergolong faktor internal adalah:
a. Faktor jasmaniah fisiologis baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh yang terdiri atas: 1
Faktor intelektif yang meliputi: a
Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. b
Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
2 Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Yang tergolong faktor eksternal adalah: a.
Faktor sosial yang terdiri atas: 1
Lingkungan keluarga 2
Lingkungan sekolah 3
Lingkungan masyarakat 4
Lingkungan kelompok b.
Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,
iklim. d.
Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun
tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. 3.
Media gambar a.
Pengertian media pembelajaran Manurut Kustandi dan Sutjipto 2011:9 media pembelajaran
adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik dan sempurna. Menurut Rosyada 2008:7-8 media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang
kondusif dimana penerimaannya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
Peneliti dapat menyimpulkan persamaan dari beberapa pendapat mengenai pengertian media pembelajaran di atas, yaitu media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membantu dan memperjelas dalam menyampaikan dan menyalurkan pesan dari
sumber secara
terencana, sehingga
dapat mencapai
tujuan pembelajaran dengan baik dan dapat melakukan proses belajar secara
efisien dan efektif. b.
Jenis-jenis media pembelajaran Menurut Kustandi dan Sutjipto 2011:33-38 berdasarkan pada
pengklasifikasian yang digambarkan para ahli, maka karakteristik atau ciri-ciri khas suatu media berbeda, berdasarkan tujuan dan
pengelompokannya. Untuk itu, sebenarnya media dipilih dan digunakan, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dalam rangka
mempermudah proses belajar, sehingga peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan. Berikut adalah jenis-jenis media
pembelajaran. 1
Gambar atau foto 2
Sketsa 3
Diagram 4
Bagan chart 5
Grafik
6 Poster
7 Peta
8 Globe
9 Papan tulis
10 Papan flanel
11 Papan buletin
12 Flip chart
13 Akuarium
14 Bangun ruang
15 Diorama
16 Herbarium
c. Karakteristik media pembelajaran
Menurut Gerlach dan Ely dalam Kustandi dan Sutjipto 2011:13-15 mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk
mengapa media digunakan dan apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu melakukannya.
1 Ciri fiksatif fixative property
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi, suatu peristiwa atau objek.
Suatu peristiwa atau objek dapat diurutkan atau disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket
kompute, compact disk dan film. Suatu Objek yang telah diambil gambarnya direkam dengan video kamera dengan mudah dapat
direproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau
objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
2 Ciri manipulatif manipulative property
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu
berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse
recording. Misalnya, bagaimana proses larva menjadi kepompong, kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik
rekaman fotografi tersebut. Disamping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali
hasil suatu rekaman video. Misalnya, proses tsunami atau reaksi kimia dapat diamati melalui kemampuan manipulatif dari media.
3 Ciri distributif distributive property
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan
kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah
tertentu, tetapi juga media itu, misalnya; rekaman video, disket
komputer dapat disebar keseluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja. Sekali informasi direkam dalam format media apa saja,
maka dapat direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan diberbagai tempat atau digunakan secara
berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.
d. Kriteria pemilihan media
Menurut Kustandi dan Sutjipto 2011:86-87 pada tingkat yang menyeluruh dan umum, pemilihan media dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini. 1
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan secara
umum, mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif.
2 Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda, memerlukan simbol atau kode yang berbeda, karenanya memerlukan proses dan
keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya. 3
Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana atau sumber daya lain untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan.
Media yang
mahal dan
memakan waktu
lama untuk
memproduksinya. Kriteria ini menuntun para guru untuk memilih
media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru.
4 Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria
utama. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat ditentukan oleh
guru yang menggunakannya. 5
Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok
kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil dan seterusnya.
6 Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotografis
harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. e.
Media gambar Menurut Kustandi dan Sutjipto 2011:86-87 media gambar
merupakan bahasa yang umum, dapat dimengerti dan dinikmati oleh semua orang di mana-mana. Gambar atau foto berfungsi untuk
menyampaikan pesan melalui gambar yang menyangkut penglihatan. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol
komunikasi visual. Selain itu media gambar atau foto mempunyai tujuan untuk menarik perhatian, memperjelas materi, mengilustrasikan
fakta atau informasi yang mungkin akan cepat jika diilustrasikan dengan gambar.
Kelebihan media ini ialah sebagai berikut. 1
Sifatnya konkret, lebih realistis dibanding dengan media verbal. 2
Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, baik untuk usia muda maupun tua.
3 Murah harganya dan tidak memerlukan peralatan khusus dalam
penyampainnya. Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut.
1 Gambar atau foto hanya menekankan persepsi indera mata.
2 Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
4. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
Menurut Suradisastra 1991:5-7 hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia selalu hidup bersama dengan sesamanya.
Dalam hidupnya itu mereka harus mampu mengatasi rintangan-rintangan yang mungkin timbul dari sekelilingnya maupun dari akibat hidup
bersama. Begitulah IPS melihat manusia dari berbagai sudut pandang. IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama sesamanya di lingkungannya
sendiri, dengan tetangganya, yang dekat sampai jauh. Bagaimana mereka bergerak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pun ditinjau pula.
Dengan berpusat pada pembahasan tentang manusia IPS memperkenalkan kepada siswa bahwa manusia dalam hidup bersama
dituntut rasa tanggung jawab sosial. Mereka akan menyadari bahwa dalam hidup bersama ini ada kalanya mereka menghadapi berbagai masalah,
diantaranya telah disinggung ialah masalah sosial. Dari uraian di atas
tampak bahwa IPS merupakan kajian yang luas tentang manusia dan dunianya. Hal ini dapat membawa dampak bagi siswa yang dihadapkan
dengan IPS. Hal demikian selanjutnya dapat membawa dampak ikutan nurturant effect yang baik: perluasan wawasan tentang manusia.
Sedangkan dampak lain ialah bahwa dengan luasnya kajian tentang manusia itu dapat menimbulkan kesulitan pada mereka yang
menggelutinya. Singkatnya yang menjadi bahan kajian atau bahan belajar dalam IPS adalah keseluruhan tentang manusia.
B. Hasil Penelitian yang Relevan