Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS siswa Kelas V SD Kanisius Gayam I dengan menggunakan media audio-visual.

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS GAYAM I

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL Diani Tri Ambarwati

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Gayam I Tahun Ajaran 2014/2015. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa menggunakan media audio-visual; (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa; (3) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Gayam I berjumlah 38 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknik non tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa telah dilakukan dengan cara menayangkan video mengenai jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. (2) Penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata jumlah turus siswa dari 4,2 (kurang aktif) menjadi 6,3 (aktif) pada akhir siklus. (3) Penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kelas dari kondisi awal 60,10 menjadi 72,60 dan peningkatan prosentase pencapaian KKM dari kondisi awal 36,84% menjadi 76,31% pada akhir siklus. Kata kunci : Keaktifan, Prestasi Belajar, Media Audio-Visual


(2)

ABSTRACT

IMPROVING ACTIVE PARTICIPANT AND LEARNING

ACHIEVEMENT IN SOCIAL SCIENCES FOR GRADE V STUDENTS OF SD KANISIUS GAYAM I USING AUDIO-VISUAL MEDIA

Diani Tri Ambarwati Sanata Dharma University

2016

The background of this research was the low participation and learning achievement of grade V students of SD Kanisius Gayam I academic year 2014/2015. The purposes of this research are: (1) to describe the efforts in improving students’ active participation and learning achievement using audio-visual media; (2) to increase the students’ active participation in learning; (3) to increase students’ learning achievement.

This was a Classroom Action Research (CAR). The subject of this research was grade V students of SD Kanisius Gayam I that were consisted of 38 students. Data gathering techniques employed were test and non test technique. Data analysis techniques applied were quantitative and qualitative technique.

The result showed that: (1) the efforts in improving students’ active participation and learning achievement were done by presenting a video about business and economics types in Indonesia; (2) The use of audio visual media can increase the students’ active participation. It can be seen from the increase in the average tally number from 4,2 (less active) to 6,3 (active) at the end of the cycle; (3) The use of audio-visual media can increase the students’ learning achievements. It can be seen from the increase in the average score of the class from 60,10% in the initial stage became 72,60% and the increase of the minimum completeness criteria from 36,84% in the initial stage to 76,31% in the end of the cycle.


(3)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS GAYAM I DENGAN

MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Diani Tri Ambarwati NIM: 091134149

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS GAYAM I DENGAN

MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Diani Tri Ambarwati NIM: 091134149

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karya yang sederhana ini dipersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang berkarya begitu luar biasa dalam hidup peneliti.

Kepada orang tua peneliti yang luar biasa, “Bapak Yohanes Suhendra dan Ibu Niken Purwaningsih”. Terima kasih untuk segala kasih sayang, support, pengajaran, kesabaran, dan doa yang tiada putus-putusnya bagi peneliti.

Kakak peneliti, “Maria Ika Dewi Natalia” dan “Hayuning Dwi Wulansari”.

Terimakasih untuk segala bimbingan, nasihat, dukungan, dorongan, doa, dan telah menjadi saudara yang teramat spesial bagi peneliti.

Dosen Pembimbingku “Drs. YB. Adimassana, M.A.”

Terimakasih telah berjerih payah membimbing hingga terselesaikannya skripsi ini.

Teman-teman PGSD FKIP Sanata Dharma angkatan tahun 2009 rekan seperjuangan yang tidak akan terlupakan.


(8)

v MOTTO

“I can do all things through Christ which strengtheneth me”

“Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”

(Filipi 4:13) “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”

(Matius 6:33)

“For nothing is impossible with God”

“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”

(Lukas 1:37)

“Duc in altum ...”

“Bertolaklah ke tempat yang dalam ... ”

(Lukas 5:4)

“Life without limits”

“Hidup tanpa batas”


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 September 2016

Peneliti


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Diani Tri Ambarwati

Nomor Mahasiswa : 091134149

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang berjudul : PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS GAYAM I DENGAN M ENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 9 September 2016 Yang menyatakan,


(11)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS GAYAM I

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL Diani Tri Ambarwati

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Gayam I Tahun Ajaran 2014/2015. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa menggunakan media audio-visual; (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa; (3) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Gayam I berjumlah 38 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknik non tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa telah dilakukan dengan cara menayangkan video mengenai jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. (2) Penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata jumlah turus siswa dari 4,2 (kurang aktif) menjadi 6,3 (aktif) pada akhir siklus. (3) Penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kelas dari kondisi awal 60,10 menjadi 72,60 dan peningkatan prosentase pencapaian KKM dari kondisi awal 36,84% menjadi 76,31% pada akhir siklus.


(12)

ix ABSTRACT

IMPROVING ACTIVE PARTICIPANT AND LEARNING

ACHIEVEMENT IN SOCIAL SCIENCES FOR GRADE V STUDENTS OF SD KANISIUS GAYAM I USING AUDIO-VISUAL MEDIA

Diani Tri Ambarwati Sanata Dharma University

2016

The background of this research was the low participation and learning achievement of grade V students of SD Kanisius Gayam I academic year 2014/2015. The purposes of this research are: (1) to describe the efforts in improving students’ active participation and learning achievement using audio-visual media;(2) to increase the students’ active participation in learning; (3) to increase students’ learning achievement.

This was a Classroom Action Research (CAR). The subject of this research was grade V students of SD Kanisius Gayam I that were consisted of 38 students. Data gathering techniques employed were test and non test technique. Data analysis techniques applied were quantitative and qualitative technique.

The result showed that: (1) the efforts in improving students’ active participation and learning achievement were done by presenting a video about business and economics types in Indonesia; (2) The use of audio visual media can increase the students’ active participation. It can be seen from the increase in the average tally number from 4,2 (less active) to 6,3 (active) at the end of the cycle; (3) The use of audio-visual media can increase the students’ learning achievements. It can be seen from the increase in the average score of the class from 60,10% in the initial stage became 72,60% and the increase of the minimum completeness criteria from 36,84% in the initial stage to 76,31% in the end of the cycle.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS GAYAM I DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena kebaikan, dukungan, dan keterlibatan dari berbagai pihak. Peneliti menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu secara langsung ataupun tidak langsung. Pada kesempatan ini peneliti dengan tulus hati ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S, M. Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Drs, YB. Adimassana M.A. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, motivasi, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.


(14)

xi

5. Segenap dosen Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik, membagi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat sekali bagi peneliti.

6. Bapak/Ibu karyawan yang bertugas di Kesekretariatan PGSD yang telah berperan untuk mendukung demi terselesaikannya skripsi ini.

7. Elisabeth Listriyani, SPd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Gayam I yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 8. Guru kelas dan jajaran guru SD Kanisius Gayam I yang telah telah

memberikan masukan, bantuan, semangat dan dukungan sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

9. Siswa-siswi SD Kanisius Gayam I khususnya kelas V. Terimakasih atas patisipasi dan kerjasama yang baik dan saling mendukung selama penelitian berlangsung.

10.Ayah dan Ibu peneliti tercinta Yohanes Suhendra dan Niken Purwaningsih atas doa, kasih sayang, perhatian, pengorbanan, dukungan material maupun finansial, dan kesabaran yang telah diberikan selama ini. Semoga dengan selesainya skripsi ini menjadi hadiah kecil pertama yang membanggakan yang bisa penulis berikan.

11.Kakak-kakak peneliti tersayang Maria Ika Dewi Natalia dan Hayuning Dwi Wulansari, terimakasih atas doa, semangat, dan dukungan material maupun finansial sehingga peneliti mampu menyelesaikan perkuliahan ini.


(15)

xii

12.Sahabat-sahabat kepompong yang sangat peneliti sayangi. Terimakasih atas doa, semangat, dan bantuan, sehingga terselesaikannya skripsi ini.

13.Yose Tambunan yang telah mendorong dan menyemangati peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung peneliti, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Peneliti menyadari skripsi ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu demi kesempurnaan skripsi ini, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berdaya guna dan memberikan manfaat bagi setiap pembaca.


(16)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

HALAMAN MOTTO ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN...xix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Batasan Masalah ...11

1.3 Rumusan Masalah ...11

1.4 Tujuan Penelitian ...12


(17)

xiv

1.6 Batasan Pengertian ...13

BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ...14

2.1.1 Teori-Teori yang Mendukung ...14

2.1.1.1Media Pembelajaran ...14

2.1.1.1.1 Pengertian Media Pembelajaran ...14

2.1.1.1.2 Pemilihan Media Pembelajaran ...15

2.1.1.1.3 Media Audio Visual ...19

2.1.1.2Keaktifan Belajar ...20

2.1.1.2.1 Pengertian Keaktifan Belajar ...20

2.1.1.2.2 Macam-macam Keaktifan Belajar ...21

2.1.1.2.3 Indikator Keaktifan Belajar ...21

2.1.1.3Prestasi Belajar ...24

2.1.1.3.1 Pengertian Belajar ...24

2.1.1.3.2 Pengertian Prestasi Belajar ...25

2.1.1.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...25

2.1.1.4Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ...27

2.1.1.5Penelitian yang Relevan ...28

2.2 Kerangka Berpikir ...34

2.3 Hipotesis Tindakan ...35

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...37

3.2 Setting Penelitian ...40

3.2.1 Tempat Penelitian ...40

3.2.2 Waktu Penelitian ...40

3.2.3 Subyek Penelitian ...40

3.2.4 Obyek Penelitian ...41

3.3 Persiapan ...41

3.4 Rencana Setiap Siklus ...42


(18)

xv

3.4.2 Pelaksanaan Tindakan ...43

3.4.3 Observasi ...43

3.4.4 Refleksi ...44

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...44

3.5.1 Wawancara ...44

3.5.2 Dokumentasi ...45

3.5.3 Observasi ...45

3.6 Instrumen Penelitian ...46

3.6.1 Tes ...48

3.6.2 Non Tes ...50

3.6.2.1Lembar Observasi Keaktifan ...50

3.6.2.2Rubrik Penilaian Kognitif Produk ...51

3.6.2.3Rubrik Penilaian Afektif ...52

3.6.2.4Rubrik Penilaian Psikomotor ...53

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ...53

3.7.1 Validitas ...53

3.7.2 Reliabilitas ...56

3.7.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...58

3.7.3.1Hasil Uji Validitas Isi ...58

3.7.3.1.1 Hasil Validasi Silabus ...59

3.7.3.1.2 Hasil Validasi RPP ...61

3.7.3.2Hasil Uji Validitas Permukaan ...62

3.7.3.3Hasil Uji Validitas Empiris ...64

3.7.3.4Hasil Uji Reliabilitas ...70

3.8 Teknik Analisis Data ...71

3.8.1 Analisis Keaktifan Belajar Siswa ...71

3.8.2 Analisis Prestasi Belajar Siswa ...73

3.9 Indikator Keberhasilan ...74

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...77


(19)

xvi

4.1.1 Proses PTK ...77

4.1.1.1Perencanaan ...78

4.1.1.2Pelaksanaan ...79

4.1.1.3Pengamatan ...81

4.1.1.4Refleksi ...84

4.1.2 Hasil Proses PTK ...84

4.1.2.1Keaktifan ...84

4.1.2.2Prestasi Belajar ...91

4.2 Pembahasan ...95

4.2.1 Keaktifan Siswa ...95

4.2.2 Prestasi Belajar ...98

BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...106

5.2 Keterbatasan ...107

5.3 Saran ...108

DAFTAR REFERENSI ...111


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel III.1 Variabel dan Instrumen Penelitian ...46

Tabel III.2 Kisi-Kisi Soal Evaluasi ...48

Tabel III.3 Koefisien Korelasi Reliabilitas ...57

Tabel III.4 Hasil Validitas Silabus ...60

Tabel III.5 Hasil Validasi RPP ...61

Tabel III.6 Hasil Perhitungan Validitas Empiris Dengan Menggunakan SPSS16 ...66

Tabel III.7 Indikator dan Nomor Soal Tes Sebelum dan Sesudah Validitas ...68

Tabel III.8 Kriteria Reliabilitas ...70

Tabel III.9 Uji Reliabilitas ...71

Tabel III.10 Indikator Keberhasilan Keaktifan dan Prestasi Belajar ...75

Tabel IV.1 Hasil Observasi Keaktifan Pertemuan Pertama ...85

Tabel IV.2 Hasil Observasi Keaktifan Pertemuan Kedua ...87

Tabel IV.3 Hasil Observasi Keaktifan Pertemuan Ketiga ...88

Tabel IV.4 Hasil Observasi Keaktifan Dalam Tiga Kali Pertemuan ...87

Tabel IV.5 Hasil Prestasi Belajar Siswa ...92


(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Kerucut Pengalaman Dale ...16

Gambar II.2 Diagram Antar Hubungan Penelitian yang Relevan...32

Gambar III.1 Siklus PTK Menurut Kemmis & MC Taggart ...38

Gambar IV.1 Grafik Hasil Peningkatan Keaktifan ...91

Gambar IV.2 Grafik Hasil Peningkatan Siswa Yang Lulus KKM ...94

Gambar IV.3 Grafik Peningkatan Nilai Rata-Rata Siswa ...95

Gambar IV.4 Hasil Merangkum Siswa ...97

Gambar IV.5 Hasil Merangkum Siswa ...99

Gambar IV.6 Hasil Merangkum Siswa ...100

Gambar IV.7 Hasil Menyusun Ranking Berlian ...101

Gambar IV.8 Hasil Mengklasifikasi Contoh Usaha dan Kegiatan Ekonomi ...102


(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Surat Penelitian ...113 Lampiran 2. Data Awal ...115 Lampiran 3. Perangkat Pembelajaran ...119 Lampiran 4. Instrumen Validasi Desain Pembelajaran ...171 Lampiran 5. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ...173 Lampiran 6. Data Validitas Soal...179 Lampiran 7. Data Reliabilitas ...187 Lampiran 8. Hasil Pengamatan Keaktifan ...188 Lampiran 9. Hasil Prestasi Belajar Siswa ...198 Lampiran 10. Hasil Kognitif & Kognitif Produk Siswa ...220 Lampiran 11. Foto-Foto Penelitian...233 Lampiran 12. Biodata Peneliti ...235


(23)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Akhir dalam bab ini terdapat pula penjelasan tentang batasan pengertian untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar adalah latihan-latihan yang dilakukan sendiri oleh tiap orang dengan tujuan ia memperoleh kemampuan baru (pengetahuan, pemahaman, pemecahan masalah, ketrampilan, sikap, pola, tingkah laku), menurut Tanlain, 2010:5 dalam Strategi Belajar dan Mengajar. Dalam program pendidikan sekolah kegiatan belajar berlangsung dalam situasi yang diatur oleh guru, yaitu mengenai waktu, tempat, bahan ajar, metode kerja, dan penilaian hasil. Di sini guru bertindak sebagai fasilitator sedangkan siswa sendirilah yang aktif membangun pengetahuannya sehingga potensi diri yang mereka miliki menjadi berkembang dan pengetahuan yang mereka peroleh menjadi bermakna. Dalam hal ini, guru memiliki peranan penting untuk mengendalikan jalannya proses pembelajaran. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyasa (2007:95), yaitu bahwa “menjadi guru yang kreatif, profesional dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan”.


(24)

Pembelajaran dapat dikatakan kondusif jika suasana dan iklim belajar yang tercipta adalah bahwa siswa benar-benar berperan aktif dalam belajar. Menurut Uno (2011:77) “strategi pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang menunggu diisi.” Dari hal ini dapat diartikan bahwa siswa bukanlah gelas kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang pengetahuan atau informasi, tetapi harus diterapkan komunikasi interpersonal dan keterlibatan kelompok dengan siswa lain. Didukung oleh pendapat Huda (2012:4) bahwa: “dengan berinteraksi satu sama lain, siswa akan menerima feedback atas semua aktivitas yang mereka lakukan, mereka akan belajar bagaimana berperilaku dengan baik, dan mereka akan memahami apa yang harus dilakukan dalam kerja kelompok.”

Dalam strategi pembelajaran PAILKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif dan Menarik), konsep pembelajaran aktif bukanlah tujuan dari pembelajaran, tetapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif (Uno & Mohamad 2012:10). Dari teori tersebut terlihat bahwa situasi dan iklim belajar yang kondusif nampak jika guru mampu mengkondisikan suasana kelas dengan penerapan media pembelajaran yang dapat menunjang efektivitas


(25)

proses pembelajaran. Pemahaman guru terhadap situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar diperlukan untuk menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Namun, suasana dan iklim belajar yang kondusif dalam kegiatan pembelajaran belum nampak pada proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD Kanisius Gayam I. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebanyak dua kali, peneliti mengamati proses pembelajaran di kelas pada mata pelajaran IPS dan diperoleh sejumlah data tentang permasalahan yang timbul selama pembelajaran. Observasi yang pertama dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2015. Saat pengamatan tersebut kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas terlihat bahwa guru menjelaskan materi ajar dengan menggunakan strategi pembelajaran secara tradisional. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut guru dan siswa melakukan kegiatan tanya jawab, lalu siswa mencatat informasi yang ditulis guru di papan tulis dan mendengarkan penjelasan guru. Guru dan siswa terlihat menggunakan buku paket anjuran yayasan kanisius sebagai sumber belajar di kelas. Selama observasi peneliti tidak menjumpai adanya penggunaan model pembelajaran inovatif serta media pendukung pembelajaran seperti gambar, video, ataupun alat peraga lainnya saat proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar mengajar tersebut terlihat jelas bahwa guru memberikan pengetahuan secara terus-menerus pada jam pertemuan tersebut kepada siswa tanpa adanya interaksi aktif antara guru dan siswa.

Jumlah siswa kelas V SD Kanisius Gayam I seluruhnya adalah 38 siswa, terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Pada kegiatan tanya jawab,


(26)

terlihat 10 siswa dari 38 siswa sering melakukan tanya jawab kepada guru dan lainnnya hanya diam dan tidak ada yang berusaha bertanya kepada guru/teman. Hanya ada 9 orang siswa dari 38 siswa yang sering mengemukakan pendapat untuk mengoreksi jawaban guru yang salah pada papan tulis ketika kegiatan mencatat hasil diskusi. Saat guru memberi tugas untuk membaca dalam hati terdapat 18 dari 38 siswa yang melaksankan tugas tersebut, sedangkan sisanya sibuk dengan aktivitas yang lain seperti menggambar, bercerita dengan teman lain, bermain karet, dan menjaili teman dengan menggelitiki secara sembunyi. Ketika tanya jawab berlangsung, guru memberikan sebuah pertanyaan mengenai materi kenampakan alam dan buatan pada seorang siswa namun siswa tersebut diam kurang lebih selama 15 detik, lalu guru menyuruh siswa tersebut untuk mencari jawabannya pada buku dengan halaman sekian kemudian siswa membacakan tanpa guru memberi umpan balik sesudahnya. Guru tidak mencoba memancing siswa untuk mencari jawabannya secara mandiri. Hal ataupun masalah yang seharusnya dapat diselesaikan secara mandiri oleh anak tersebut atau bahkan dapat menjadi pembahasan asyik dalam kelas akan tetapi menjadi berlalu begitu saja. Hal-hal serupa terjadi berulang kali, guru memberi pertanyaan kepada siswa dan setelah dua hingga empat siswa menjawab guru menyahut dengan melontarkan jawabannya sendiri tanpa menanggapi jawaban siswa lain. Pada bagian ini terlihat bahwa guru seringkali melontarkan pertanyaan sekaligus dijawab sendiri serta perhatian guru terlihat kurang menyeluruh.

“Jika siswa pasif saja, dalam arti kata hanya mendengarkan tanpa ada gairah untuk mengekspresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, maka meskipun


(27)

komunikasi itu bersifat tatap muka, tetap saja berlangsung komunikasi satu arah” (Munadi 2010:10). Dari pendapat ahli tersebut terlihat bahwa kualitas kemampuan guru menciptakan komunikasi dua arah dengan siswa kelas V di SD Kanisius Gayam I kurang nampak, padahal terdapat siswa yang terlihat aktif menanggapi pernyataan guru dalam pembelajaran. Selanjutnya, siswa yang terlihat pasif pada proses pembelajaran justru terlihat bersemangat ketika mereka bermain dengan mainannya sendiri ataupun mengobrol dengan teman sebangkunya ketika ditinggal oleh guru. Selain itu, dalam observasi pertama terlihat bahwa perhatian guru kurang merata ke seluruh siswa karena guru terpaku di depan kelas saat proses pembelajaran dan terlihat pula guru bertanya kepada siswa namun tidak mendapat umpan balik (feed back) dari siswa tersebut.

Peneliti melakukan observasi lanjutan pada tanggal 3 Oktober 2015. Seperti yang terjadi pada observasi pertama, guru menjelaskan materi secara lisan selama proses pembelajaran, guru terpaku menjelaskan di depan kelas kemudian menuliskan materi pelajaran di papan tulis dan perhatian guru cenderung tidak merata kepada seluruh siswa dalam kelas. Selain itu, sebanyak 13 siswa dari 38 siswa sering melakukan tanya jawab kepada guru dan atau siswa lain, sedangkan sisanya terlihat diam dan ada pula yang mengobrol dengan teman sebangkunya. Tidak ada kegiatan berdiskusi dalam pembelajaran kali ini, siswa melakukan tanya jawab dengan guru lalu mencatat kemudian dilanjutkan dengan pemberian pekerjaan rumah. Pada pembelajaran ini terlihat bahwa keterlibatan siswa terhadap aktivitas pembelajaran sangat kurang serta minimnya interaksi antara siswa dengan siswa lain saat proses pembelajaran berlangsung.


(28)

Hasil kedua observasi tersebut menunjukkan bahwa rata-rata jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan tanya jawab kepada guru dan atau teman sebanyak 3,71. Sedangkan siswa yang mengemukakan pendapat dalam berdiskusi sebanyak 3,47, dan jumlah siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sebanyak 5,58. Data yang diperoleh dari kedua observasi menunjukkan beberapa kesamaan diantaranya adalah dalam hal interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang cenderung mengacu pada strategi pembelajaran tradisional dan tidak terlihat adanya model pembelajaran yang inovatif, menyenangkan maupun menarik pada kegiatan belajar mengajar sehingga siswa terlihat pasif dan suasana kelas terlihat sangat sunyi.

Penelitian berlanjut dengan pengumpulan informasi dari kegiatan wawancara (interview) dengan guru atau wali kelas V pada tanggal 3 Oktober 2015“Apakah ibu memanfaatkan media atau alat peraga pada kegiatan belajar mengajar?”, kemudian guru menjawab, “Wah, jarang mbak. Saya tidak punya banyak waktu untuk membuat alat peraga atau media. Saya terlalu sibuk mengurusi administrasi sekolah yang sangat banyak dan sangat melelahkan. Belum lagi sekarang saya diminta yayasan untuk membuat buku, saya stress mbak. Ya sudah, sekarang seperti biasa saya menjelaskan materi dan anak-anak mencatat dan

terkadang anak diajak untuk berdiskusi dalam kelompok”. Berdasarkan informasi dari guru tersebut memperkuat adanya masalah dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V. Kurangnya menggunakan media pembelajaran inovatif menyebabkan siswa kelas V mengalami kesulitan dalam memahami materi IPS. Informasi yang diperoleh juga menunjukkan keterbatasan waktu bagi guru dalam menciptakan


(29)

media sehingga hal yang dilakukan guru adalah penyampaian materi secara tradisional (teacher centered). Beberapa masalah yang nampak ini memberi pengaruh pada kualitas pembelajaran yang relatif belum efektif sehingga ditakutkan akan menurunkan tingkat keaktifan belajar siswa.

Data selanjutnya yang diperoleh peneliti adalah hasil dokumentasi tentang nilai-nilai ulangan harian IPS kelas V SD Kanisius Gayam I menunjukkan prestasi belajar siswa yang rendah. Hal ini dapat diketahui berdasarkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPS kelas V adalah 67, sedangkan data menunjukkan 16 (42,10%) dari 38 siswa lulus KKM pada ulangan harian 1 semester 1 tahun ajaran 2014/2015. Data selanjutnya yang diperoleh peneliti adalah 12 dari 38 siswa (31,58%) lulus KKM pada Ujian Tengah Semester (UTS) tahun ajaran 2014/2015. Beberapa dokumentasi pada mata pelajaran IPS tersebut menunjukkan rata-rata tingkat pemahaman siswa yang dapat dikatakan rendah karena persentase siswa yang lulus KKM adalah 36,84%.

Berdasarkan data-data di atas terlihat bahwa proses pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD Kanisius Gayam I masih bersifat teacher centered serta pengetahuan dan pemahaman guru tentang pembelajaran inovatif masih terbatas. Hal ini menyebabkan guru cenderung melakukan ceramah selama proses pembelajaran, tidak ada penggunaan media pembelajaran yang inovatif, pembelajaran yang dilakukan pasif antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dan terkesan monoton, guru tidak memberdayakan keterlibatan siswa secara maksimal, guru tidak mampu mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan, perhatian siswa teralihkan kepada hal-hal yang lebih


(30)

menarik daripada gurunya, dan tingkat ketercapaian hasil belajar siswa yang rendah.

Sejumlah materi pembelajaran akan terasa abstrak jika diberikan begitu saja kepada siswa tanpa adanya perantara atau alat penyampai materi tersebut. Menurut Munadi (2010:7-8), “ media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien”. Jika ditinjau dari konsep pendidikan tersebut, maka penggunaan media pembelajaran akan efektif dan efisien selama mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa. Beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPS yang terdapat pada siswa kelas V SD Kanisius Gayam I menunjukkan bahwa dibutuhkan kemampuan menciptakan media pembelajaran yang menarik untuk menumbuhkan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga terjadi interaksi yang baik antara guru, siswa dan materi ajar. Jika guru mampu menggunakan media-media pembelajaran yang inovatif ke dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) IPS, maka siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan dan berperan aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa akan meningkat diikuti dengan peningkatan pemahaman terhadap materi ajar sehingga diharapkan prestasi belajar mereka juga meningkat.

Jika melihat kembali konsep pembelajaran efektif pada strategi pembelajaran PAILKEM, maka media pembelajaran merupakan sarana yang efektif untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di kelas. Beberapa kemungkinan


(31)

penggunaan media pembelajaran untuk mata pelajaran IPS pada kelas V SD Kanisius Gayam I berdasarkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran diantaranya adalah media audio dan visual. Berdasarkan objek kajian (materi ajar) IPS yang mengangkat mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia, peneliti memilih menggunakan media audio-visual untuk mengatasi permasalahan belajar IPS. Berkaitan dengan objek kajian dan tujuan pembelajaran IPS, Arsyad (2007:2) menjelaskan bahwa “media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar”. Lebih lanjut Sudjana & Rivai (dalam Arsyad, 2007:24) menjelaskan “manfaat penerapan media pada pembelajaran yaitu bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran”. Diteguhkan oleh Usman (2003 : 20-31) bahwa “dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan siswa yakni : (1) melibatkan siswa secara aktif; (2) menarik minat dan perhatian siswa; (3) membangkitkan motivasi siswa; (4) prinsip individualisme; (5) alat peraga atau media dalam pembelajaran”. Selain memenuhi lima variabel diatas, guru juga diharapkan mampu menerapkan strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan proses pembelajaran IPS. Usman (2003:47) juga berpendapat bahwa “manfaat media diantaranya adalah menarik minat peserta didik, membuat pelajaran lebih menetap dan tidak mudah dilupakan, dan memberi pelajaran yang nyata. Penggunaan media pembelajaran diharapkan mempunyai pengaruh yang baik untuk meningkatkan proses kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan media, ketidakjelasan bahan ajar yang akan


(32)

disampaikan dapat diperjelas. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikonkretkan, dan apa yang belum jelas tentang materi yang disampaikan oleh pendidik dapat diperjelas oleh media”.

Pemilihan media audio-visual oleh peneliti diperkuat oleh pendapat Ahmad (2000:12) mengenai “keunggulan media audio-visual adalah (a) memberikan dasar pengalaman konkret bagi pemikiran dengan pengertian-pengertian abstrak; (b) mempertinggi perhatian anak; (c) memberikan realitas sehingga mendorong adanya self activity; (d) memberikan hasil yang permanen; (e) memperbanyak perbendaharaan bahasa anak yang benar-benar dipahami”. Selain dilihat dari manfaat media audio-visual, peneliti menggunakan media audio-visual juga dikarenakan guru belum menggunakan media audio-visual dalam pembelajaran. Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh penelitian Rinata (2011) dan Risana (2010) membuktikan bahwa penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran. Penelitian oleh Anisa (2010) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar pada Mata Pelajaran IPS. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Figaritis (2011) membuktikan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan media visual. Keempat penelitian tersebut dapat dijadikan landasan yang relatif kuat bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan media audio-visual dalam mengupayakan peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS kelas V SD Kanisius Gayam I.

Berdasarkan semua data yang telah didapatkan oleh peneliti maka peneliti memilih media audio-visual untuk diterapkan pada pembelajaran kelas V SD


(33)

Kanisius Gayam I dalam mata pelajaran IPS untuk meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa. Dengan demikian, peneliti memperoleh judul penelitian “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Gayam I dengan Menggunakan Media Audio-Visual”.

1.2 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPS kelas V semester I dengan kompetensi dasar mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia dalam penggunaan media audio-visual untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimana upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Gayam I pada mata pelajaran IPS menggunakan media audio-visual?

1.3.2 Apakah penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Kanisius Gayam I pada mata pelajaran IPS? 1.3.3 Apakah penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan prestasi


(34)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan peneliti melakukan penelitian ini sebagai berikut:

1.4.1 Untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Gayam I pada mata pelajaran IPS menggunakan media audio-visual.

1.4.2 Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Kanisius Gayam I pada mata pelajaran IPS menggunakan media audio-visual.

1.4.3 Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Gayam I pada mata pelajaran IPS menggunakan media audio-visual.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang peneliti harapkan bagi beberapa pihak dari melakukan penelitian ini sebagai berikut:

1.5.1 Bagi peneliti, merupakan pengalaman berharga dalam menggunakan media audio-visual dalam pembelajaran IPS, sehingga diharapkan dapat menerapkannya untuk materi pokok lain yang sesuai.

1.5.2 Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru pembelajaran inovatif dengan menggunakan media audio-visual untuk materi pokok yang lain, mata pelajaran yang lain dan jenjang pendidikan yang lain.

1.5.3 Bagi siswa, proses penelitian ini diharapkan dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna setelah melakukan pembelajaran menggunakan media audio-visual sehingga meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Gayam I pada mata pelajaran IPS.


(35)

1.5.4 Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang perubahan positif pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual di Sekolah Dasar, sehingga mampu meningkatkan mutu para pendidik, peserta didik, serta sekolah.

1.6 Batasan Pengertian

Agar tidak menimbulkan kesalah pahaman dalam mengartikan istilah yang keliru, maka peneliti memberikan batasan-batasan pengertian mengenai hal penting dalam penelitian seperti di bawah ini:

1.6.1 Media audio visual

Media audio-visual adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan ataupun materi ajar yang berupa gambar dan suara yang dipadukan menjadi satu.

1.6.2 Keaktifan belajar

Keaktifan belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan siswa baik secara fisik maupun non fisik untuk diri sendiri dan harus muncul dari dalam diri sendiri untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

1.6.3 Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan atau kemampuan belajar yang meliputi aspek kognitif (berpikir), afektif (merasa) dan psikomotorik (berbuat) yang ditunjukkan dengan nilai atau tes atau angka nilai sesuai dengan bobot kemampuannya.


(36)

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab II pada skripsi ini berisi tentang penjelasan kajian pustaka. Berikut ini penjelasan tiap sub bab dalam bab II.

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka yaitu meliputi teori-teori yang mendukung dan penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan yang mendasari pelaksanaan penelitian.

2.1.1 Teori-Teori Yang Mendukung

Dalam skripsi ini peneliti menuliskan teori-teori yang mendukung berdasarkan penelitian. Yaitu mengenai media pembelajaran, keaktifan, dan prestasi belajar.

2.1.1.1 Media Pembelajaran

2.1.1.1.1 Pengertian Media Pembelajaran

Anitah (2009:5) mengungkapkan bahwa “segala sesuatu yang membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran dapat dikatakan sebagai media pembelajaran”. Didukung oleh Danim (1995:7) bahwa media pembelajaran adalah alat perantara untuk menyalurkan pesan ataupun materi pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Lalu Gagne (dalam Dimyati & Mudjiono, 2006:14) mengemukakan bahwa media adalah “berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. Lebih lanjut, dijelaskan oleh Arsyad (2007:4) bahwa “segala bentuk media


(37)

informasi yang membawa pesan-pesan atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media tersebut disebut media pembelajaran”. Jadi, dari para ahli tersebut peneliti merangkum pengertian media pembelajaran menjadi segala sesuatu yang mampu menyampaikan isi pesan berupa materi ajar dari pengirim pesan kepada penerima pesan untuk suatu tujuan pembelajaran.

2.1.1.1.2 Pemilihan Media Pembelajaran

Menurut Yamin (2009:186) penggunaan dan pemilihan media harus mempertimbangkan empat hal, meliputi 1) tujuan/indikator yang hendak dicapai; 2) kesesuaian media dengan materi yang dibahas; 3) tersedia sarana dan prasarana penunjang, dan 4) karakteristik siswa. Lebih lanjut, menurut Kustandi (2011:86) pemilihan media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yang mengacu pada tiga ranah kognitif, tepat untuk mendukung isi pembelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi, praktis dan luwes dalam berbagai kondisi, serta guru harus terampil dalam menggunakannya agar siswa tidak kebingungan dalam menerima materi pembelajaran yang disajikan menggunakan media.

Pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh banyak peneliti, para peneliti menggunakan kerucut pengalaman Dale sebagai landasan teoriya. “Dale mengklasifikasikan pengalaman dalam usaha memanfaatkan media dalam proses pembelajaran dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Tingkat pengalaman dalam kerucut tersebut berdasarkan seberapa banyak indera yang terlibat di dalamnya” (Munadi, 2010:18). Lalu Arsyad (2007:9-11) mengatakan bahwa “perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar


(38)

sangat menonjol perbedaannya. Dale memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13% dan melalui indera lainnya sekitar 12%”. Kerucut Pengalaman Dale dapat dilihat pada gambar II.1.

Gambar II.1 Kerucut Pengalaman Dale

Pastore (dalam Munadi, 2010:19) menjelaskan lebih rinci kerucut pengalaman Dale berkaitan dengan gambar II.1 di atas bahwa pengalaman belajar siswa semakin ke atas semakin abstrak. Sekitar 90% diperoleh dari pengalaman langsung dan benda tiruan/pengamatan, 70% diperoleh dari dramatisasi dan karyawisata, 50% diperoleh dari televisi dan gambar hidup pameran, 30% gambar diam, rekaman radio dan lambang visual dan 30% diperoleh dari lambang kata. Berkaitan dengan pendapat tersebut, Rohani (2004:163) merangkumkan bahwa siswa dapat belajar dengan: 1) mengalami secara langsung, dengan melakukannya atau berbuat (pada tahap pengalaman langsung sampai dengan pengalaman


(39)

karyawisata), 2) mengamati orang lain melakukannya (pada tahap pengalaman televisi sampai pengalaman gambar diam dan rekaman radio), dan 3) membaca (pada tahap pengalaman lambang visual dan lambang kata). Lebih lanjut, Rohani (2004:163) menjelaskan bahwa:

“pengalaman yang konkret perlu untuk setiap tingkat di atasnya. Setiap ide atau teori betapa pun abstraknya berasal dari alam konkret. Sebaliknya terlampau banyak pengalaman langsung, mungkin dapat menghambat ketercapaian pengertian yang lebih abstrak. Karena itu, kedua-duanya (yang konkret dan yang abstrak) harus berjalan. Tidak selalu yang abstrak itu lebih sulit dari yang konkret. Malah kadang yang konkret bisa mengacaukan dari yang abstrak. Peta/bagan sering lebih mudah daripada mengamati realitas sendiri. Makin tinggi ke arah puncak kerucut makin abstrak, tetapi tidak selalu tambah/lebih sulit”.

Peneliti dapat merangkum dari pendapat ahli tersebut bahwa siswa dapat memperoleh pengalaman barunya dengan mudah jika pengalaman belajarnya dilakukan oleh pengalamannya sendiri. Dan akan terjadi bila dengan proses mengamati secara langsung contoh-contoh media yang digunakan oleh guru. Hasil penelitian yang dilakukan Dale menunjukkan bahwa 75% pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera penglihatan, melalui indera dengar sekitar 13% dan melalui indera lainnya sekitar 12%.

Peneliti menggunakan media audio visual berdasarkan tingkatan pengalaman pada tahap pengalaman gambar hidup pameran dan televisi dengan pertimbangan bahwa perkembangan kognitif siswa SD kelas V yaitu tahap


(40)

operasional konkret. Hal tersebut mengakibatkan dibutuhkannya media maupun pengalaman belajar yang nyata (konkret). Gambar hidup pameran yang digunakan berupa penyajian video presentasi dari kumpulan foto yang sesuai dengan isi materi ajar, sedangkan televisi yang digunakan berupa rekaman aktivitas konkret yang sesuai dengan isi materi ajar. Berkaitan dengan pendapat Rohani kedua jenis media tersebut menunjukkan persamaan jenis tahapan pengalaman belajar yang diterima siswa, yakni sama-sama mengamati orang yang sedang melakukan. Pada dua pengalaman tersebut terdapat perbedaan pula, siswa memperoleh pengalaman yang konkret pada pengalaman televisi tetapi dalam pengalaman gambar pameran hidup siswa memperoleh pengalaman yang abstrak.

Peneliti menggunakan dua jenis media tersebut dikarenakan melihat tahap perkembangan kognitif siswa kelas V yang mampu melakukan pengklasifikasian maupun menghubungkan data-data berupa gambar ke dalam kondisi konkret. Hal ini dilakukan dengan mengaitkan hal-hal dan atau benda-benda nyata berbentuk gambar dalam sebuah video peresentasi (abstrak), serta mengelompokkan suatu hal dari proses pengamatan video (konkret) pada pembelajaran. Selain itu peneliti juga melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk memilih media pembelajaran tersebut. Peneliti memilih menggunakan media audio visual ini didukung dengan teori Dale yang dijelaskan oleh Arsyad (2007:10-11) bahwa:

“kerucut pengalaman Edgar Dale menunjukkan bahwa pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi yang terkandung dalam pengalaman itu karena melibatkan indera penglihatan,


(41)

pendengaran, perasaan, penciuman dan peraba. Hal ini dikenal dengan learning by doing.”

Terlihat jelas dari beberapa teori tersebut bahwa perkembangan kognitif siswa akan menciptakan pengetahuan baru yang diperoleh melalui pengalaman belajar sesuai tahap kognitifnya. Pengalaman belajar siswa pada tahap operasional konkret akan menjadi lebih baik ketika disertai dengan media audio-visual dalam proses pembelajarannya, khususnya IPS dalam penelitian ini. Siswa akan lebih mudah memaknai materi pelajaran yang disampaikan guru dengan bantuan media audio visual. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih luas dengan adanya pengalaman langsung yang melibatkan indera penglihatan dan pendengaran untuk melakukan kegiatan siswa dalam menyusun media audio visual. 2.1.1.1.3 Media audio visual

Nugraha ( 2005:7) berpendapat bahwa, “ada berbagai jenis media antara lain media audio, media visual, media audio visual, dan multimedia”. Media audio visual merupakan gabungan dari media yang mampu menampilkan suara dan gambar. Contohnya seperti televisi, gambar bersuara, dan film. Lebih dalam, menurut Rinanto (1982) audio visual adalah suatu media yang terdiri dari media visual yang disinkronkan dengan media audio, yang sangat memungkinkan terjalinnya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di dalam proses belajar mengajar. Jadi media audio visual merupakan media untuk menyampaikan pesan ataupun materi ajar yang berupa gambar dan suara yang dipadukan menjadi satu. Pada penelitian ini peneliti menggunakan media audio-visual berupa video


(42)

mengenai jenis-jenis ekonomi dan berbagai macam kegiatan ekonomi yang ada di Indonesia, meliputi kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.

2.1.1.2 Keaktifan Belajar

2.1.1.2.1 Pengertian Keaktifan Belajar

Mulyono (2001 : 26 ) mengatakan bahwa keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan- kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Ketika siswa pasif dan hanya menerima informasi dari guru saja, akan cenderung cepat melupakan materi yang telah diberikan oleh guru. Dikokohkan oleh Dimyati & Mudjiono (2006:44), “Belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri. John Dewey 1916 (dalam Davies, 1973:31) misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah”. Selanjutnya Dimyati & Mudjiono (2006:44-45), mengatakan bahwa “menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi seperti dikatakan Gage & Berliner (Dalam Dimyati & Mudjiono, 2006: 45). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu”.

Berdasarkan data yang diperoleh dari para ahli tersebut menunjukkan bahwa makna keaktifan belajar yaitu segala sesuatu yang dilakukan siswa baik secara fisik


(43)

maupun non fisik untuk diri sendiri dan harus muncul dari dalam diri sendiri untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

2.1.1.2.2 Macam-Macam Keaktifan Belajar

Menurut Dimyati & Mudjiono (2006:45) “dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain”. Dua macam keaktifan tersebut menunjukkan bahwa keaktifan itu beranekaragam, meliputi banyak aspek pembelajaran dan dari aspek-aspek tersebut dapat saling terkait sehingga melibatkan siswa dalam proses belajar secara maksimal. Sehingga pada penelitian yang dilakukan, peneliti menilai keaktifan belajar siswa secara langsung melalui proses pembelajaran. Penilaian keaktifan belajar siswa dilihat pada aktivitas siswa secara fisik dari kegiatan siswa dalam pengerjaan tugas, sedangkan aktivitas secara psikis terlihat dari kemampuan siswa dalam mencapai prestasi belajar.

2.1.1.2.3 Indikator Keaktifan Belajar

Menurut Dimyati & Mudjiono (2006:45) indikator keaktifan mencakup di antaranya: mencatat atau sekedar mendengarkan pemberitahuan, memperhatikan hal-hal yang dijelaskan guru, mencatat tugas yang diberikan dan mengerjakan tugas rumah, berdiskusi dalam kelompok, melibatkan diri dalam proses tanya jawab, serta


(44)

terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran. Sedangkan menurut Hariyanto (2011:239-240) peran guru dan siswa dalam pembelajaran PAKEM tentang indikator keaktifan siswa meliputi kesiapan diri untuk menghadapi pembelajaran, mengemukakan gagasan dan melakukan penilaian. Kesiapan diri untuk menghadapi pembelajaran terletak pada tata tertib di kelas dan mencatat hal-hal penting yang dijelaskan guru. Mengemukakan gagasan dapat dikatakan suatu kegiatan aktif ketika siswa mampu mempertanyakan kembali gagasan, mengemukakan gagasan secara spontan dan menyanggah gagasan.

Ditambahkan oleh Sudjana (2010:61) bahwa keaktifan para siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari beberapa hal yaitu: dalam kegiatan belajar mengajar siswa seharusnya turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya dan terlibat dalam pemecahan masalah, siswa juga harus mampu bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Selain itu siswa juga dituntut untuk berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya. Dalam kegiatan belajar siswa mampu melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, kemudian menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya selama diskusi kelompok, siswa juga dituntut untuk melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, dan mendapat kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan pendapat tiga ahli tersebut peneliti merangkum tiga indikator keaktifan belajar siswa yang mampu menunjukkan keaktifan dalam proses


(45)

pembelajaran berdasarkan macam atau jenis aktivitas belajar, yaitu meliputi: (1) Bertanya jawab kepada guru dan atau teman tentang materi pembelajaran IPS saat proses pembelajaran. Hal ini ditandai dengan melihat indikator lain yang meliputi: melibatkan diri dalam proses tanya jawab dimana siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Selain itu, siswa mampu bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (2) Mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok. Hal ini dapat ditandai dengan melihat indikator lain yang meliputi: berdiskusi dalam kelompok dan mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok. Mengemukakan pendapat dapat dikatakan suatu kegiatan aktif ketika siswa mampu mempertanyakan kembali pendapat, mengemukakan pendapat secara spontan dan menyanggah pendapat, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (3) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat ditandai dengan melihat indikator lain yang meliputi: Dalam proses belajar siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya dan berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya.

Beberapa indikator tidak peneliti gunakan dalam lembar observasi keaktifan karena tidak mampu menunjukkan suatu kegiatan aktif ketika dilihat secara langsung. Beberapa indikator tersebut meliputi: mencatat atau sekedar mendengarkan pemberitahuan, memperhatikan hal-hal yang dijelaskan guru, mencatat tugas yang diberikan dan mengerjakan tugas rumah, kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya, menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil


(46)

yang diperolehnya, terlibat dalam pemecahan masalah, dan melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

Indikator lain yang juga tidak peneliti gunakan adalah menyimpulkan pembelajaran karena kegiatan tersebut tidak terlihat selama proses pembelajaran, tetapi ada di akhir pembelajaran. Lebih lanjut lagi peneliti tidak menggunakan indikator kesiapan diri untuk menghadapi pembelajaran karena kegiatan tersebut tidak mampu menunjukkan keaktifan siswa melainkan minat siswa terhadap pembelajaran.

2.1.1.3 Prestasi Belajar 2.1.1.3.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:23). Selain itu menurut Hilgard (dalam Tanlain, 2006:20) belajar adalah proses di dalamnya terbentuk tingkah laku melalui praktik atau latihan. Didukung oleh Gagne (dalam Dimyanti dan Mudjiono, 2006:10) belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Dalam belajar terjadi interaksi antara kondisi internal dan proses kognitif siswa yang berinteraksi dengan stimulus yang berasal dari lingkungan. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar yang merupakan kapabilitas siswa, hasil belajar itu berupa informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif.

Atas dasar pendapat ahli tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar dilakukan seseorang demi memperoleh kepandaian dan keterampilan


(47)

melalui latihan sehingga menghasilkan suatu pengalaman yang berkomponen kondisi eksternal, kondisi internal serta hasil belajar, dimana setiap komponen tersebut saling berinteraksi.

2.1.1.3.2 Pengertian Prestasi Belajar

Winkel (2004:167) mengatakan bahwa, “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Menurut Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa, dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek, yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor. Lebih jelas dalam KBBI (2005:700) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya yang ditunjukkan dengan nilai atau tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar berdasarkan tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan atau kemampuan belajar yang meliputi aspek kognitif (berpikir), afektif (merasa) dan psikomotorik (berbuat) yang ditunjukkan dengan nilai atau tes atau angka nilai sesuai dengan bobot kemampuannya.

2.1.1.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Sukmadinata (2003:162) menjelaskan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua, yakni faktor dari dalam individu (internal) dan faktor dari lingkungan (eksternal). Lebih dalam Sukmadinata menjelaskan faktor-faktor dalam individu tersebut meliputi: (a) Aspek jasmani; (b) Aspek rohani menyangkut


(48)

kondisi psikis, kemampuan intelektual, sosial, psikomotorik, serta kondisi afektif dan kognitif dari individu; (c) Kondisi intelektual menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan; (d) Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik guru, teman, orang tuanya, maupun orang-orang lainnya. Selanjutnya mengenai faktor-faktor lingkungan yang dijelaskan oleh Sukmadinata yaitu: (a) Keluarga meliputi keadaan rumah dan ruang tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah tenang atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan di sekitar rumah; (b) Sekolah meliputi lingkungan sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, dan media belajar; (c) Masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi muda.

Dilihat dari pendapat tokoh di atas faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu dari dalam (intern) siswa itu sendiri dan faktor yang berasal dari pengaruh di luar siswa (ekstern). Sehubungan dengan hal tersebut agar siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang seoptimal munkin, maka siswa perlu meningkatkan kecerdasan yang ada dalam dirinya. Demikian pula halnya dengan faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ini dapat mendorong dan menghambat siswa dalam proses belajar. Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat memberi dukungan siswa di dalam belajar. Di antara ketiga lingkungan tersebut, lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang terpenting dan memiliki fungsi


(49)

sebagai linkungan kedua yang mendukung dalam mendidik siswa, setelah lingkungan keluarga.

2.1.1.4 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Somantri (dalam Sapriyana 2009 : 11) mengemukakan bahwa, “pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan”. Sedangkan dalam penjelasan UU Sikdinas pasal 37 (dalam Supriya 2009:45) tertulis bahwa IPS dimaksud untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Dilihat dari teori-teori di atas IPS mempelajari tentang kehidupan manusia dengan lingkungan sekitar. Pengertian di atas tampak jelas bahwa IPS terdiri dari himpunan pengetahuan tentang kehidupan sosial dan berdasar pada realita kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. IPS menghimpun semua materi yang berhubungan secara langsung dengan masalah penyusunan dan pengembangan pribadi manusia sebagai anggota masyarakat dari berbagai sudut ilmu sosial dan humaniora.

Pada penelitian ini peneleti meneliti materi IPS pada Standar Kompetensi (SK) Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional, pada masa Hindu, Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam, suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Dan pada Kompetensi Dasar (KD) 1.5 yaitu mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia.


(50)

2.1.1.5 Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini dijelaskan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dapat memberi kontribusi bagi penyusunan proposal penelitian ini. Hasil penelitian yang relevan ini bersumber dari beberapa penelitian yang membahas tentang peningkatan keaktifan, peningkatan prestasi belajar, dan penggunaan media pembelajaran audio-visual. Beberapa penelitian tersebut antara lain:

Rinanta (2011) meneliti peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi kelas X di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta menggunakan media audio-visual. Terjadi peningkatan dan hasil belajar dalam penelitian tersebut. Bukti-bukti yang menunjukkan peningkatan keaktifan dan hasil belajar geografi setelah menggunakan media audio visual adalah sebagai berikut: (1) jumlah siswa aktif dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan antara lain; jumlah siswa yang memperhatikan penjelasan melalui audio visual meningkat dari 66,7% menjadi 100% pada siklus 3, mencatat penjelasan materi dari media audio visual 66,7% menjadi 100%, menjawab pertanyaan dari guru secara spontan dari 33,3% menjadi 83,3%, mengajukan pertanyaan dari 33,3% menjadi 66,7%, menanggapi respons siswa lain dari 50% menjadi 83,3%, menjawab dengan ditunjuk dari 0% menjadi 83,3%, memperhatikan penjelasan guru dari 83,3% menjadi 100%, melaksanakan tugas dari 100% menjadi 100%, (2) rata-rata nilai meningkat dari 61,67 menjadi 92,5. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran geografi dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa kelas X Madrasah


(51)

Aliyah Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta. Dari penelitian ini ada kesamaan penggunaan media audio visual dan peningkatan keaktifan. Perbedaan dalam penelitian tersebut adalah pada peningkatan hasil belajar sedangkan peneliti ingin meneliti peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS.

Anisa (2010) meneliti peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS mengenai perkembangan teknologi dengan menggunakan media puzzle. Dari penelitan tersebut pada kelas IVA SD Negeri 1 lembang Bandung diperoleh hasil sebagai berikut (1) Data yang diperoleh, menunjukan bahwa pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar untuk memahami perkembangan teknologi. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 4,7 dari kondisi awalnya 3,9. Hal ini menggambarkan bahwa pemahaman siswa dalam menyerap materi pelajaran menunjukan nilai “lebih dari cukup”. (2) Data yang diperoleh, menunjukan bahwa pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar untuk memahami perkembangan teknologi adanya peningkatan dari siklus I. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II sebesar 7,2 dari kondisi awalnya 3,9. Hal ini menggambarkan bahwa pemahaman siswa dalam menyerap materi pelajaran menunjukan nilai “lebih dari cukup”. (3) Data yang diperoleh, menunjukan bahwa pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar untuk memahami perkembangan teknologi adanya peningkatan dari siklus II. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus III sebesar 8,5 dari kondisi awalnya 3,9. Ini menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan menunjukan nilai “baik”. Hasil Rata-rata dari setiap siklus I, II dan III menampakkan adanya peningkatan hasil belajar. Dari penelitian tersebut terdapat kesamaan pada peningkatan hasil belajar atau prestasi belajar dan mata


(52)

pelajaran yang diteliti. Lalu perbedaan terletak pada penggunaan media yaitu media pembelajaran puzzle dan materi pelajaran mengenai teknologi, sedangkan penulis menggunakan media pembelajaran audio-visual terhadap materi pelajaran kegiatan ekonomi di Indonesia.

Figaritis ( 2012) meneliti tentang peningkatan hasil belajar IPS pada kelas II menggunakan media visual pada kelas V SD N Karangtengah 3 Blitar. Berdasarkan observasi pembelajaran tersebut, diperoleh nilai yang sangat rendah, dari 25 siswa hanya 8 siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM. Hal ini dikarenakan guru menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media saat kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian dengan menerapkan media visual menunjukkan adanya peningkatan dalam aktivitas siswa. Dalam siklus yang ke II yang merupakan siklus terakhir, nilai rata – rata hasil belajar siswa secara klasikal adalah 72. Persentase ketuntasan klasikal satu kelas adalah sebesar 84% atau sebanyak 21 siswa telah tuntas belajar. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan media visual dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Ada persamaan dalam penelitian tersebut yaitu sama – sama meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa, sedangkan perbedaannya peneliti menggunakan media visual dan penulis menggunakan media audio visual dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Risana (2010) meneliti tentang peningkatan keaktifan dan kemampuan membaca puisi dengan media audio-visual pada siswa kelas VII C SMP N 3


(53)

Pracimantoro tahun ajaran 2010/2011. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Pracimantoro yang berjumlah 31 siswa. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan mulai dari survei awal, siklus I, siklus II, dan siklus III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi dari 58% menjadi 80%; (b) meningkatnya minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran dari 45% menjadi 83%; dan (c) meningkatnya keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi dari 48% menjadi 77%. Peningkatan kualitas hasil dapat dilihat dari skor atau nilai pekerjaan siswa pada tiap siklusnya.Pada siklus I, kualitas pembacaan puisi siswa yang sudah memenuhi standar kelulusan sebesar 48%.Pada siklus II, terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya menjadi 74% terhadap nilai kelulusan siswa.Pada siklus III, persentase kelulusan siswa sudah menjadi 77%. Dari penelitian ini ada kesamaan penggunaan media audio visual dan peningkatan keaktifan.Perbedaan dalam penelitian tersebut adalah pada peningkatan kemampuan membaca puisi sedangkan penulis meneliti peningkatan prestasi belajar.

Melihat data penelitian yang relevan tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas tentang keaktifan dan prestasi belajar pada Mata Pelajaran IPS sudah banyak dilakukan. Empat penelitian yang relevan ini dapat dijadikan landasan bagi terlaksananya penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini masih relevan untuk diteliti meskipun sudah banyak peneliti lain yang meneliti keaktifan dan prestasi belajar, namun penelitian ini bisa jadi pelengkap dari


(54)

penelitian-penelitian yang sudah ada. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi alternatif peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPS.

Jika dijelaskan dalam bentuk diagram, maka akan terlihat hubungan yang saling terkait antara penelitian satu sama lain. Hubungan keterkaitan ini dapat dilihat pada gambar II.2.

Keaktifan Prestasi

Keaktifan dan Prestasi (penelitian ini)

Gambar II.2 Diagram Antar Hubungan Penelitian yang Relevan Pemanfaatan Media

Pembelajaran Audio Visual Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar

Geografi Kelas X di Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta

Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas

V SD Kanisius Gayam I dengan Penggunaan Media Audio-Visual

oleh Diani Tri Ambarwati

Peningkatan Hasil Belajar IPS pada Kelas II dengan Menggunakan Media Visual di SD N Karangtengah 3 Kota

Blitar

Peningkatan Keaktifan dan Kemampuan Membaca Puisi

dengan Media Audio Visual Pada siswa Kelas VII C SMP

Negeri 3 Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri tahun

ajaran 2010/2011 Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa dalam Pembelajaran IPS Mengenai Perkembangan

Teknologi dengan Menggunakan Media Puzzle


(55)

Gambar II.2 tersebut menunjukkan hubungan keterkaitan antar penelitian dengan menggunakan jenis-jenis media pada mata pelajaran IPS. Terdapat dua penelitian yang menggunakan media audio-visual pada pembelajaran. Dua penelitian (Rinata, 2011; Risana (2010) membuktikan bahwa penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran. Penelitian oleh Anisa (2010) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Figaritis (2011) membuktikan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan media visual. Keempat penelitian tersebut dapat dijadikan landasan yang relatif kuat bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan media audio-visual dalam mengupayakan peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS. Peneliti memperoleh informasi bahwa permasalahan yang terjadi pada pembelajaran mata pelajaran IPS kelas V SD Kanisius Gayam I dapat diatasi dengan penggunaan media audio-visual untuk menyampaikan isi materi ajar. Pertimbangan penggunaan media visual tersebut adalah kajian materi IPS, karakteristik siswa kelas V serta sarana dan prasarana pendukung yang ada di SD Kanisius Gayam I. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Gayam I dengan Menggunakan Media Audio-Visual.


(56)

2.2 Kerangka Berpikir

Tingkat prestasi siswa pada mata pelajaran IPS sebagian besar masih tergolong rendah berdasarkan dokumentasi dan wawancara peneliti. Peneliti juga mendapati cara belajar siswa yang pasif selama melakukan observasi di kelas. Hal ini dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilakukan berpusat pada guru, sehingga nampak suatu kondisi dimana siswa cenderung tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan materi dan saat pemberian tugas. Penggunaan media pembelajaran inovatif pun tidak nampak, media yang digunakan guru ketika peneliti melakukan observasi di kelas adalah papan tulis dan buku paket IPS anjuran sekolah/yayasan kanisius. Sehingga kondisi yang tercipta adalah sebagian besar siswa sibuk dengan aktivitas yang lain seperti menggambar, bercerita dengan teman, bermain karet, dan menjahili teman dengan menggelitiki secara sembunyi. Kegiatan pembelajaran sebaiknya dirancang sebaik mungkin agar keterlibatan siswa dalam pembelajaran maksimal. Media pembelajaran sangat dibutuhkan karena merupakan segala sesuatu yang mampu menyampaikan isi pesan berupa materi ajar dari pengirim pesan kepada penerima pesan untuk suatu tujuan pembelajaran.

Media pembelajaran bermacam-macam jenisnya, salah satunya adalah media audio-visual. Yakni media yang digunakan untuk menyampaikan pesan ataupun materi ajar yang berupa gambar dan suara yang dipadukan menjadi satu. Sehingga pada proses penyampaian materi IPS mengenai jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia kiranya pas disajikan dengan media audio-visual. Disamping itu sarana dan prasarana yang dibutuhkan pun memadai, sehingga pada


(57)

proses penyajian materi tersebut peneliti menayangkan beberapa gambar hidup serta video konkret mengenai kegiatan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Dari video tersebut siswa dapat melihat secara jelas kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi pada beberapa kejadian nyata pelaku kegiatan ekonomi. Saat siswa mengamati kegiatan pada video tersebut maka peran indera penglihat dan pendengar berjalan dengan baik untuk menangkap informasi. Pengalaman langsung melalui pengamatan ini memberikan kesan utuh dan bermakna, sehingga menciptakan pengetahuan baru. Pandangan siswa pun tertuju pada video dan fokus terhadap materi tersebut. Kondisi seperti ini akan menciptakan rasa penasaran yang tinggi pada siswa, sehingga akan merangsang siswa untuk bertanya mengenai isi video dan materi yang saling berkaitan sebagai bentuk konfirmasi mereka. Aktivitas lain yang dapat dimunculkan dari penyajian video ini yakni pemberian tugas melalui pengamatan, serta pengerjaan tugas secara berdiskusi menurut materi yang telah disampaikan melalui video tadi.

Pada setiap aktivitas tersebut diadakan proses penilaian untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar. Dalam penilaian tersebut dibutuhkan aspek perkembangan yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sehingga peneliti yakin bahwa penggunaan media audio-visual pada mata pelajaran IPS kelas V SD Kanisius Gayam I meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar.

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan media pembelajaran yang dipakai peneliti, maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut:


(58)

2.3.1 Upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Kanisius Gayam I menggunakan media audio-visual dilakukan dengan cara menayangkan video mengenai jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia.

2.3.2 Penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Kanisius Gayam I.

2.3.3 Pengunaan media audio-visual dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Kanisius Gayam I.

Jadi, penggunaan media audio-visual pada mata pelajaran IPS kelas V SD Kanisius Gayam I meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar.


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab III pada skripsi ini berisi tentang penjelasan jenis penelitian, setting penelitian (berisi tempat, subjek, dan objek penelitian), rencana tiap siklus, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, teknik analisis data. Berikut ini penjelasan tiap sub bab dalam bab III.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK dilakukan atas dasar upaya meningkatkan hasil belajar, yaitu lebih baik dari sebelumnya. PTK ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran. Selain itu ide yang diterapkan dalam penelitian ini harus inovatif dan guru sangat yakin bahwa hasilnya akan lebih baik dari biasanya. Namun menurut Arikunto (2010:3) PTK merupakan suatau pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Ditambahkan oleh Purwadi (dalam Sukidin dan Basrowi, 2007:10), PTK adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam arti luas.

PTK secara umum dilakukan melalui empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Peneliti pada penelitian ini menggunakan siklus yang diterapkan oleh Kemmis & Taggart (dalam Arikunto, 2010:16-20). Di


(60)

bawah ini merupakan gambar III.1 mengenai tahap-tahap yang akan dilakukan dalam pelaksanaan penelitian.

Gambar III.1: Siklus PTK Menurut Kemmis & MC Taggart

Adapun penjelasan gambar untuk masing-masing tahap yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, lalu membuat instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan dilaksanakan.

Pelaksanaan

Siklus I

Refleksi

Refleksi

Pengamatan

Siklus II

Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan

Perencanaan


(61)

b. Pelaksanaan (acting)

Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan penerapan isi rancangan, yaitu melakukan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Ketika mengajukan laporan penelitiannya, peneliti tidak melaporkan seperti apa perencanaan yang dibuat karena langsung melaporkan pelaksanaan. Oleh karena itu, bentuk isi dan laporannya harus sudah lengkap menggambarkan semua kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan hingga penyelesaian.

c. Pengamatan (observing)

Tahap ketiga, yaitu pengamatan yang dilakukan oleh observer. Pengamatan dilaksanakan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Ketika guru sedang melakukan tindakan tentu tidak sempat menganalisis peristiwa yang sedang terjadi. Oleh karena itu peneliti meminta bantuan pada teman sebagai observer untuk mengamati proses pembelajaran ketika guru melakukan tindakan. Peneliti juga mencatat apa yang sedang terjadi dalam proses penelitian agar memperoleh data yang akurat untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada siklus ini.

d. Refleksi (reflecting)

Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Tahap ini guru dan peneliti berdiskusi membahas apakah tujuan penelitian sudah tercapai atau belum. Guru dan peneliti akan


(1)

(2)

231 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

233

FOTO-FOTO PROSES PEMBELAJARAN


(5)

(6)

235

BIODATA PENELITI

Skripsi ini disusun oleh Diani Tri Ambarwati, lahir di Sleman pada tanggal 17 Februari 1991. Bertempat tinggal di Sumber, Rt02/Rw11, Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55295. Putri pasangan Bapak Yohanes Suhendra dan Ibu Niken Purwaningsih, anak ketiga dari tiga bersaudara. Telah menempuh pendidikan semenjak sekolah dasar di SD N Gamol selesai pada tahun 2003, kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP Stella Duce II Yogyakarta selesai pada tahun 2006, lalu melanjutkan ke sekolah menengah atas di SMA Santa Maria dan lulus pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi Universitas Sanata Dharma pada Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Tahun 2009.