3. Dampak Work Family Conflict
Menurut Zulkarnain dalam Via, 2014, Work Family Conflict dapat menimbulkan efek yang negatif seperti memicu ketegangan darah yang
meningkat, kecemasan yang berlebihan, kelelahan, mudah marah, dan stres yang berlebih. Dampak lain yang berhubungan dengan pekerjaan
adalah rendahnya kepuasan kerja, meningkatnya absensi, menurunnya motivasi kerja, dan dapat mengakibatkan turnover.
Menurut Frone dalam Soeharto, 2010 Work Family Conflict memiliki dampak positif seperti membuat seseorang lebih bahagia, psikis yang
sehat, meningkatnya kualitas hidup, mempermudah dalam menjalankan peran dalam pekerjaan keluarga. Dampak positif akan terjadi ketika peran
dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga saling memberikan kontribusi positif dan keuntungan. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa Work
Family Conflict memiliki dampak negatif ataupun positif bagi seseorang.
B. STRES KERJA
1. Pengertian Stres
Menurut Anoraga 1992 stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di
lingkungan yang dirasakan menggangu dan mengakibatkan dirinya akan terancam. Kreitner 2014 juga menjelaskan bahwa stres adalah sebuah
respon adaptif yang dipengaruhi karakteristik individu dan atau proses psikologi, yang merupakan akibat dari tindakan eksternal, situasi, atau
kejadian yang membebani tuntutan fisik dan psikologis pada diri seseorang.
Definisi berbeda dikemukakan oleh Looker 2005 yang mengatakan bahwa stres adalah sebuah keadaan yang dialami seseorang ketika terdapat
ketidaksesuaian antara tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Stres dapat ditentukan dari cara seseorang mempersepsikan
tuntutan dan dari cara mengatasi tuntutan tersebut. Atkinson 2010 juga mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan yang terjadi jika seseorang
bertemu dengan peristiwa yang dirasakannya sebagai suatu hal yang membahayakan bagi kesejahteraan fisik dan psikologinya.
Dapat disimpulkan bahwa stres merupakan respon yang dihasilkan dari suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis individu
karena dihadapkan dengan kondisi eksternal dan internal yang menyebabkan individu tersebut merasa terancam, merasa tertantang serta
merasakan bahaya.
2. Stres Kerja
Stres kerja akan muncul bila terdapat kesenjangan antara kemampuan individu dengan tuntutan
– tuntutan dari pekerjaannya. Cooper dalam Rice, 1999 menjelaskan bahwa stres kerja sebagai ketidakmampuan
individu dalam memahami atau menghadapi tekanan, dimana tingkat stres yang dirasakan akan berbeda
– beda dan bereaksi sesuai dengan perubahan di lingkungan sekitarnya atau dalam keadaan tertentu.
Berbeda halnya dengan Wijono 2010 yang berpendapat bahwa stres kerja adalah suatu kondisi dari hasil penghayatan subjektif pada individu
yang berupa interaksi antara individu dengan lingkungan kerja, sehingga mengancam dan memberi tekanan psikologis, fisiologis, serta sikap
individu. Senada dengan hal tersebut, Soesmalijah Soewondo dalam Suwatno, 2011 menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi di
mana terdapat satu atau beberapa faktor ditempat kerja yang berinteraksi dengan pekerjaan, sehingga mengganggu kondisi fisiologis dan perilaku.
Kavaganh, Hurst, dan Rose 1990 menyatakan stres sebagai hal yang berbeda, lebih menekankan pada persepsi individu. Kavaganh, Hurst, dan
Rose menyatakan bahwa stres kerja merupakan suatu ketidakseimbangan persepsi individu tersebut terhadap kemampuannya untuk melakukan
tindakan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
stres kerja merupakan respon yang berasal dari kondisi tidak nyaman dari proses internal individu yang berpotensi merusak dan dapat dilihat dari
reaksi – reaksi fisik, psikologis, maupun perilaku yang dianggap
membahayakan dan membebani.
3. Gejala - Gejala Stres Kerja