10
BAB II LANDASAN TEORI
A. WORK FAMILY CONFLICT
1. Definisi Work Family Conflict
Konflik akan terjadi ketika seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan
individu yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan dalam peran di keluarga Yang et al., 2000. Menurut Greenhaus dan Beutell dalam Asra,
2013 Work Family Conflict adalah bentuk dari konflik peran antara tuntutan peran dalam pekerjaan dan keluarga yang tidak dapat dipenuhi
secara bersamaan dalam beberapa hal. Frone, Rusell Cooper 2002 menjelaskan lebih lanjut bahwa konflik pekerjaan keluarga adalah konflik
peran yang terjadi ketika seseorang dituntut untuk melakukan pekerjaan di kantor, namun disisi lain orang tersebut diharuskan menyelesaikan
masalah dalam keluarga pada saat melakukan pekerjaan di kantor, sehingga urusan dalam keluarga mengganggu pekerjaan yang sebagian
besar waktu pada saat bekerja digunakan untuk menyelesaikan urusan keluarga.
Definisi yang berbeda dijelaskan oleh Baltes dan Heydens-Gahir dalam Spector, 2008 pada tahun 2003 yang mendefinisikan Work Family
Conflict sebagai bentuk peran ekstra yang muncul diantara urusan pekerjaan dengan urusan keluarga, seperti merawat anak yang sakit akan
menghalangi seseorang untuk datang ke kantor. Riggio 2008 mengatakan hal yang kurang lebih sama mengenai Work Family Conflict, yaitu konflik
yang muncul pada saat seseorang berusaha untuk menyeimbangkan peran dan kebutuhan dalam pekerjaan dengan keluarga atau kehidupan diluar
pekerjaan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Work
Family Conflict merupakan suatu konflik yang muncul akibat individu memiliki keterbatasan kemampuan untuk memenuhi peran dalam
pekerjaan dan peran dalam keluarga.
2. Aspek - Aspek Work Family Conflict
Menurut Baltes Heydens-Gahir dalam Soeharto, 2010 terdapat tiga aspek tentang Work Family Conflict yaitu:
a. Time – based demands
Konflik yang terjadi akibat keterbatasan waktu yang dimiliki oleh seseorang karena dipergunakan sepenuhnya untuk melakukan
pekerjaan, sehingga waktu untuk bersama dengan keluarga sangat terbatas dan begitu sebaliknya. Time
– based demands juga merupakan sebuah tantangan untuk menyeimbangkan tuntutan waktu
untuk melakukan pekerjaan dengan melakukan aktifitas keluarga Sopiah, 2008. Konflik Time
– based demands berkaitan dengan jumlah jam kerja, lembur, tingkat kehadiran, ketidakteraturan shift, dan
kontrol jadwal jam kerja
b. Strain – based demands
Konflik yang terjadi akibat tanggung jawab yang dituntut dari organisasi
melebihi kapasitas
kemampuan seseorang
dalam melaksanakan tugas tanggung jawab pekerjaan, sehingga kebutuhan
dan keinginan keluarga menjadi dikesampingkan Kusendi, 2013. Konflik ini memiliki gejala tekanan seperti ketegangan, kecemasan,
kelelahan, karakter peran kerja, kehadiran anak baru, dan ketersediaan dukungan sosial dari anggota keluarga
c. Behaviour – based
Konflik yang terjadi akibat seseorang mengalami kesulitan dalam perubahan perilaku dari satu peran ke peran yang lainnya. Konflik ini
juga berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian antar pekerjaan dan keluarga
Triaryati, 2002. Misalnya, stereotip manajerial yang menekan agresivitas, kepercayaan diri, kestabilan emosi, dan objektivitas.
Seperti contoh misalkan seorang karyawan yang di tempat kerjanya
memiliki struktur organisasi yang kaku dan tidak fleksibel dalam pelaksanaan tugasnya. Dalam konteks ini, kebiasaan yang menjadi
perilaku sewaktu di kantor dapat terbawa formal, kaku dan ada jarak dalam menjalin hubungan antar individu di lingkungan keluarga
Kusendi, 2013.
3. Dampak Work Family Conflict