bergelombang, melebar,
menyempit maka
telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 nol pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas atau apabila tingkat probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. c. Uji Autokorelasi
Menurut Priyatno 2010: 75, autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residu untuk pengamatan satu dengan
pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi.
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson
. Tes Durbin-Watson dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
adalah sebagai berikut: 1 Bila nilai Durbin-Watson DW terletak antara batas atas atau upper
bound du dan 4-du, maka koefisien autokorelasi = 0, atau tidak
ada autokorelasi. 2 Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah atau lower bound dl,
maka koefisien autokorelasi 0 atau terdapat autokorelasi. 3 Bila nilai DW terletak di antara upper bound du dan lower bound
dl atau nilai DW terletak antara 4-dl, maka tidak dapat ditarik kesimpulan terdapat autokorelasi atau tidak.
J. Teknik Analisis Data
1. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model regresi linier berganda. Menurut Priyatno 2012:
127, regresi linier berganda merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen jumlahnya lebih
dari 1 terhadap variabel dependen. Pengujian ini menggunakan uji regresi
linier dan regresi multiple dengan rumus sebagai berikut:
Persamaan regresi dirumuskan : Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ e Dimana :
Y = Kinerja Organisasi
a = Konstanta Regresi
b1,b2 = Koefisien Regresi X
1
= Good Governance X
2
= Pengendalian Internal e
= Error 2. Koefisien determinasi R
2
Menurut Priyatno 2010: 83, koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar prosentase sumbangan pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai 1, atau pada tabel disebut
adjusted R square , artinya semakin mendekati 1 maka semua variabel
independennya memberikan semua informasi yang diperlukan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
K. Uji Hipotesis
1. Uji F Menurut Priyatno 2012: 137, uji F atau koefisien regresi secara
bersama-sama digunakan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Bagian dari uji F dapat dilihat dari output Anova yang dihasilkan dari uji regresi linier berganda. Analysis of Variance Anova merupakan metode
untuk mengkaji hubungan antara satu variabel dependen yang berbentuk metric
dengan satu atau lebih variabel independen yang berbentuk nonmetric
atau kategorikal Ghozali, 2011 dalam buku Sunjoyo, dkk 2012: 190.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas sebagai berikut: a. Jika probabilitas sig
α maka H diterima.
b. Jika probabilitas sig α maka H
ditolak. 2. Uji t
Menurut Priyatno 2012: 58, uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.
Pengmbilan keputusan berdasarkan signifikansi sebagai berikut: a. Signifikansi 0,05 maka H
diterima. b. Signifikansi 0,05 maka H
ditolak.
42
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah
Era pemerintahan daerah berdasarkan UU No. 5 tahun 1974 sebagian besar urusan perindustrian, perdagangan, dan koperasi masih merupakan urusan
pemerintah pusat dan di daerah dilaksanakan oleh instansi vertikal yang dikenal dengan kantor departemen yang meliputi kantor departemen
perdagangan, kantor departemen perindustrian dan kantor departemen koperasi.
Era percontohan otonomi daerah di kabupaten Sleman dibentuk 22 dinas daerah yang tiga diantaranya dinas yang menangani urusan perindustrian,
perdagangan, dan koperasi, yaitu : 1. Dinas Perindustrian, dibentuk dengan Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun
1995 tentang pembentukan dan organisasi Dinas Perindustrian Kabupaten Sleman.
2. Dinas Perdagangan, dibentuk dengan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 1995 tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Perdagangan Kabupaten
Sleman. 3. Dinas Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, dibentuk dengan
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Kabupaten
Sleman. Era pemerintahan daerah berdasarkan UU No 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, dinas yang menangani urusan perindustrian,