Pengaruh good governance dan pengendalian internal terhadap kinerja organisasi dilihat dari persepsi pegawai.

(1)

xv ABSTRAK

PENGARUH GOOD GOVERNANCE DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA ORGANISASI DILIHAT DARI PERSEPSI

PEGAWAI

Studi Kasus di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman

Sari Apriani Panjaitan NIM : 112114085 Universitas Sanata Dharna

Yogyakarta 2015

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah good governance dan pengendalian internal mempengaruhi kinerja di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman dilihat dari persepsi pegawai. Penelitian ini penting dilakukan karena tuntutan akan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparansi, akuntabilitas dan bebas korupsi, kolusi, nepotisme menjadikan pemerintahan yang lebih baik agar tercapai kinerja organisasi yang unggul, sehingga dalam pengolahannya diperlukan adanya good governance dan pengendalian internal.

Jenis penelitian ini yaitu studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan yaitu regresi linier berganda.

Hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: 1) good governance mempengaruhi kinerja di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman; 2) pengendalian internal mempengaruhi kinerja di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman.


(2)

xvi ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GOOD GOVERNANCE AND INTERNAL CONTROL TO THE ORGANIZATIONAL PERFORMANCE

BASED ON THE PERCEPTION OF EMPLOYEES Case Study at The Department of Industry, Trade and Cooperative

Sleman District Sari Apriani Panjaitan

NIM : 112114085 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

This research aims to find out the effect of good governance and internal control on the organizational performance in the Department of Industry, Trade and Cooperative in Sleman District based on employees’s perception. This research is important because the demand for clean governance, transparency, accountability and free from corruption, collusion, nepotism will create the better governance in order to achieve excellent organizational performance.

This research is a case study. Data was collected by questionnaires. The sampling method used was purposive sampling method. Data was analyzed by multiple linear regression.

The results showed that: 1) good governance influenced the organizational performance in the Department of Industry, Trade and Cooperative Sleman District; 2) internal controls influenced the organizational performance in the Department of Industry, Trade and Cooperative Sleman District.


(3)

PENGARUH GOOD GOVERNANCE DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA ORGANISASI DILIHAT DARI PERSEPSI

PEGAWAI

Studi Kasus di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Sari Apriani Panjaitan NIM : 112114085

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH GOOD GOVERNANCE DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA ORGANISASI DILIHAT DARI PERSEPSI

PEGAWAI

Studi Kasus di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Sari Apriani Panjaitan NIM : 112114085

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

v MOTTO

Mulailah dari apa yang kau ketahui, dan banyak hal yang akan terungkap kemudian. Tetap melakukannya, tak peduli apapun

yang terjadi.

Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu

tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka. ~Thomas A. Edison~

Belajarlah dari kesalahan, tetapi jangan berbuat kesalahan yang sama dua kali. ~Wally Amos~

Yang terpenting dalam Olimpiade bukanlah kemenangan, tetapi keikutsertaan...

Yang terpenting dari kehidupan bukanlah kemenangan

namun bagaimana bertanding dengan baik. ~Charles "Tremendeous" Jones~


(8)

vi

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertandangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: PENGARUH GOOD GOVERNANCE DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA ORGANISASI DILIHAT DARI PERSEPSI PEGAWAI Studi Kasus di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 27 Agustus 2015 adalah hasil karya saya.

Dengan ini, saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Sari Apriani Panjaitan Nomor Mahasiswa : 112114085

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH GOOD GOVERNANCE DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA ORGANISASI DILIHAT DARI PERSEPSI KARYAWAN Studi Kasus di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Univeristas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengola dalam pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal 31 Agustus 2015 Yang menyatakan


(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karuniaNYA, penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat, penyertaan dan bimbinganNYA sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA. selaku pembimbing yang telah membimbing, memberi motivasi, masukan, dan diskusi-diskusi kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

4. Nicko Kornelius Putra., S.E. dan Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Drs. Pustopo, selaku kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. Dengan segenap pegawai Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman Dareah Istimewa Yogyakarta.

6. Bapak R. Panjaitan dan Mama N. Sitorus tercinta yang selalu memberikan cinta, kasih sayang dan dukungan yang begitu luar biasa bagi penulis. Penulis tidak bisa membalas semua kasih sayang yang mereka telah berikan kepada penulis, hanya keberhasilan dan kesuksesan yang bisa penulis berikan kepada mereka.

7. Kekasihku Vinsensius Cici Mone yang telah berbagi ilmu, memberikan dukungan, semangat luar biasa dan motivasi kepada penulis.


(11)

ix

8. Andreas Panjaitan, Pebriani Tobing, Subandri Simbolon, Mariyeti Mone, Mas Yuli yang telah berbagi ilmu dan memberikan motivasi kepada penulis. 9. Teman-teman seperjuangan yang dibimbing oleh pak Supar terkhusus (Nia,

Niko, dan Chaterine Situmorang) yang telah berbagi ilmu.

10. Teman-teman Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma (Sr. Fridolina, Magdalena Kartika, Tiara Pertiwi, Carolina, Veronika Ayu, dan Venansia Anggit) yang telah sharing atau berbagi ilmu yang sangat berharga.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharpkan demi perbaikan skripsi ini Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 31 Agustus 2015


(12)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... ...xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematis Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kinerja Organisasi 1. Pengertian Kinerja Organisasi ... 8

2. Pengukuran kinerja ... 8

3. Karakteristik Indikator Kinerja yang Baik ... 9

4. Tujuan Pengukuran Kinerja di Sektor Publik ... 11

5. Metode Penilaian Kinerja ... 13

B. Good Governance 1. Pengertian Good Governance ... .14

2. Membangun Good Governance ... 15

3. Prinsip-Prinsip Good Governance ... .16

4. Pelaksanaan Good Governance ... .19

C. Pengendalian Internal 1. Pengertian pengendalian Internal ... 19

2. Tujuan Pengendalian Internal ... 21

3. Karakteristik Pengendalian Internal ... 23

4. Keterbatasan Pengendalian Internal ... 23

5. Unsur-Unsur Pengendalian Internal ... 24

D. Perumusan Hipotesis Penelitian ... 26

E. Kerangka Konseptual Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30


(13)

xi

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

D. Jenis Data dan Sumber Data ... 31

E. Teknik pengumpulan Data ... 32

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 32

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 36

H. Teknik Pengujian Normalitas Data ... 37

I. Teknik Pengujian Asumsi Klasik ... 38

J. Teknik Analisis Data ... 40

K. Uji Hipotesis ... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI A. Sejarah ... 42

B. Lokasi ... 44

C. Visi dan Misi ... 44

D. Struktur Organisasi ... 46

E. Tugas Pokok dan Fungsi... 46

F. Sumber Daya Aparatur ... 52

G. Tujuan Strategi ... 53

H. Sasaran ... 54

I. Program ... 55

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Profil Responden ... 57

B. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 59

C. Uji Kualitas Data ... 62

D. Uji Normalitas Data ... 65

E. Uji Asumsi Klasik ... 66

1. Uji Multikolinearitas ... 66

2. Uji Heteroskedastisitas ... 67

3. Uji Autokorelasi ... 68

F. Analisis Uji Regresi Linier Berganda ... 69

G. Uji Hipotesis ... 71

H. Pembahasan ... 72

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Keterbatasan Penelitian ... 76

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(14)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Nilai Ketegori Jawaban Skala Likert ... 35

Tabel 3.2 Jumlah Butir Pernyataan Variabel Penelitian... 36

Tabel 4.1 Pegawai Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Menurut golongan ... 52

Tabel 4.2 Pegawai Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi menurut tingkat pendidikan... ... 52

Tabel 4.3 Penjabaran Sasaran dan Indikator Sasaran... ... 54

Tabel 5.1 Rincian Penerimaan dan Pembagian Kuesioner... 57

Tabel 5.2 Jenis Kelamin Responden... ... 58

Tabel 5.3 Usia Responden... ... 58

Tabel 5.4 Pendidikan Responden... ... 59

Tabel 5.5 Lama Kerja... ... 59

Tabel 5.6 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... ... 60

Tabel 5.7 Hasil Uji Validitas Good Governance ... ... ...62

Tabel 5.8 Hasil Uji Validitas Pengendalian Intern ... 63

Tabel 5.9 Hasil Uji Validitas Kinerja Organisasi ... 63

Tabel 5.10 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas ... 63

Tabel 5.11 Hasil Uji Reliabilitas... ... 65

Tabel 5.12 Hasil Uji Collinearity Statistic... ... 66

Tabel 5.13 Model Summary (Durbin-Watson) ... 68

Tabel 5.14 Tabel Rangkuman Pengujian ... 69

Tabel 5.15 Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda ... 70


(15)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 29

Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi ... 46

Gambar 5.1 Grafik Normal Probability Plot... ... 65


(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ... 81

Lampiran 2 Tabel Jawaban Responden ... 87

Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Kuesioner ... 91

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Data Kuesioner ... 93

Lampiran 5 Hasil Uji Realibilitas Kuesioner ...106

Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas ...113

Lampiran 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ...114

Lampiran 8 Hasil Uji Autokorelasi ...114

Lampiran 9 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ...115


(17)

xv ABSTRAK

PENGARUH GOOD GOVERNANCE DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA ORGANISASI DILIHAT DARI PERSEPSI

PEGAWAI

Studi Kasus di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman

Sari Apriani Panjaitan NIM : 112114085 Universitas Sanata Dharna

Yogyakarta 2015

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah good governance dan pengendalian internal mempengaruhi kinerja di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman dilihat dari persepsi pegawai. Penelitian ini penting dilakukan karena tuntutan akan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparansi, akuntabilitas dan bebas korupsi, kolusi, nepotisme menjadikan pemerintahan yang lebih baik agar tercapai kinerja organisasi yang unggul, sehingga dalam pengolahannya diperlukan adanya good governance dan pengendalian internal.

Jenis penelitian ini yaitu studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan yaitu regresi linier berganda.

Hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: 1) good governance mempengaruhi kinerja di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman; 2) pengendalian internal mempengaruhi kinerja di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman.


(18)

xvi ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GOOD GOVERNANCE AND INTERNAL CONTROL TO THE ORGANIZATIONAL PERFORMANCE

BASED ON THE PERCEPTION OF EMPLOYEES Case Study at The Department of Industry, Trade and Cooperative

Sleman District Sari Apriani Panjaitan

NIM : 112114085 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

This research aims to find out the effect of good governance and internal control on the organizational performance in the Department of Industry, Trade and Cooperative in Sleman District based on employees’s perception. This research is important because the demand for clean governance, transparency, accountability and free from corruption, collusion, nepotism will create the better governance in order to achieve excellent organizational performance.

This research is a case study. Data was collected by questionnaires. The sampling method used was purposive sampling method. Data was analyzed by multiple linear regression.

The results showed that: 1) good governance influenced the organizational performance in the Department of Industry, Trade and Cooperative Sleman District; 2) internal controls influenced the organizational performance in the Department of Industry, Trade and Cooperative Sleman District.


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perhatian terhadap bagaimana menciptakan kinerja organisasi yang unggul

telah menjadi isu yang menarik bagi para peneliti dan praktik dari tahun ke

tahun. Kinerja organisasi merupakan efektivitas organisasi secara menyeluruh

untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang

berkenaan dengan usaha-usaha yang sistematik dan meningkatkan

kemampuan organisasi secara terus menerus dalam mencapai kebutuhannya

secara efektif.

Kinerja organisasi yang unggul maka akan menjadikan suatu organisasi

tersebut menjadi terstruktur dan lebih tertata sehingga semua yang terlibat

dalam organisasi tersebut bekerja dengan kapasitas maksimalnya dan tidak

terjadi tindak penyelewengan. Supaya dapat berjalan selaras, pemimpin

mampu mengayomi suatu organisasi agar tetap menjunjung tinggi visi misi

menjadi langkah-langkah konkret bersama agar dapat terlaksana.

Tuntutan masyarakat akan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih,

transparansi, akuntabilitas dan bebas korupsi, kolusi, nepotisme seharusnya

menjadi ajang unjuk kejujuran dan profesionalitas suatu organisasi.

Berdasarkan berita di media online diantaranya; www.jakartapress.com,

orang yang seharusnya menjadi panutan rakyat malah banyak yang

tersandung masalah hukum. Terungkapnya kasus penyalahgunaan wewenang

oleh pemerintah membuat esensi kinerja di suatu instansi semakin penting.


(20)

yang lebih baik untuk bangsa dan negara. Transparansi memang menjadi

salah satu solusi tetapi tidaklah cukup. Transparansi, akuntabilitas, dan

partisipasi yang mesti diperjuangkan dalam mengelola sistem pemerintah saat

ini agar menjadi pemerintahan yang lebih baik sehingga good governance

sangat menjadi mutlak diperlukan.

Good governance merupakan tata pemerintahan yang baik.

Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk

mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa

dan negara. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem

pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata, supaya bukan hanya

sekedar ada, namun ada dan dilaksanakan.

Terselenggaranya good governance juga perlu adanya pengendalian

internal yang baik atas pelaksanaan pemerintahan dan pengelolaan keuangan

negara untuk menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan

kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan. Tidak hanya sebuah wacana

perencanaan, namun bentuk pengendaliannya serta dapat mengambil

keputusan yang tepat dalam menghadapi suatu kondisi. Pihak kepala dinas

perlu memikirkan secara matang perencanaan, pengendalian, dan

pengambilan keputusan yang tepat. Kualitas pengendalian internal yang baik

akan mendorong peningkatan kinerja organisasi.

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai good governance,

pengendalian internal, dan kinerja organisasi diantaranya: Sari (2012),


(21)

akuntansi sektor publik serta dampaknya terhadap good governance pada

Satuan Perangkat Daerah (SKPD) Di Kota Medan. Selain itu, Supriadi,dkk

(2014), meneliti mengenai kinerja Dinas Pendapatan Kabupaten Buleleng

berdasarkan perspektif balanced scorecard dan meneliti hubungannya dengan

tiga variabel yaitu sistem pengendalian internal, organizational citizenship

behavior dan good governance baik secara parsial maupun simultan.

Pelaksanaan kegiatan pelayanan daerah kini mengacu pada

Undang-Undang diantaranya Undang-Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Lahirnya otonomi menjadikan

pergeseran sistem pemerintahan yang semula berwujud sentralisasi menjadi

desentralisasi. Konsep desentralisasi untuk lebih mempercepat tercapainya

kesejahteraan masyarakat. Persoalan otonomi daerah kini dapat dikatakan

cukup kompleks dan banyak dimensi, karena tidak hanya menyangkut

persoalan hukum dan pemerintahan saja, tetapi juga terkait aspek ekonomi,

sosial, politik, budaya, pertahanan dan keamanan, dan bidang lainnya.

Penelitian ini menggunakan objek organisasi sektor publik sebagai

penelitian dengan pemikiran bahwa organisasi sektor publik kinerjanya

sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat. Keberhasilan suatu

organisasi dapat mensejahterakan masyarakat merupakan suatu prestasi besar

mencapai kinerja organisasi. Oleh karena itu, pemerintah selalu berupaya

untuk melakukan yang terbaik demi tercapainya kesejahteraan masyarakat


(22)

Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman

mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara.

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman

merupakan tempat bagi para wirausahawan untuk belajar dalam

meningkatkan kualitas usaha, mewujudkan koperasi yang mensejahterakan

masyarakat dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pusat penelitian

ini adalah:

1. Apakah good governance mempengaruhi kinerja di Dinas Perindustrian,

Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman dilihat dari persepsi

pegawai?

2. Apakah pengendalian internal mempengaruhi kinerja di Dinas

Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman dilihat dari

persepsi pegawai?

C. Batasan Masalah

Isu yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu good governance,

pengendalian internal, dan kinerja organisasi. Kinerja dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya; pengendalian internal, good governance,

organizational citizenship behaviour, komitmen organisasi. Kinerja


(23)

penelitian dengan meneliti mengenai good governance dan pengendalian

internal mempengaruhi kinerja organisasi.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah good governance mempengaruhi kinerja di

Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman dilihat

dari persepsi pegawai.

2. Untuk mengetahui apakah pengendalian internal mempengaruhi kinerja di

Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman dilihat

dari persepsi pegawai.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Untuk menambah koleksi kepustakaan supaya dapat berguna serta

memperlancar kegiatan akademik kemahasiswaan.

2. Bagi Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman.

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja organisasi, serta sebagai sarana untuk mengambil


(24)

3. Bagi Penulis

Dengan mengadakan penelitian ini, penulis memperoleh kesempatan untuk

menambah pengalaman dan mengembangkan pengetahuan yang didapat

dibangku kuliah, serta melatih kemampuan untuk melakukan penelitian.

F. Sistematis Penelitian

Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisikan teori-teori yang ada hubungannya dengan kinerja

organisasi, teori-teori yang digunakan berhubungan dengan

penelitian mengenai good governance dan pengendalian internal

khususnya organisasi sektor publik.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,

subjek dan objek penelitian, populasi dan sampel penelitian, data

penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, instrumen

penelitian, dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Organisasi

Bab ini menguraikan mengenai sejarah organisasi, visi dan misi


(25)

fungsi organisasi, sumber daya aparatur organisasi, tujuan strategi

organisasi, sasaran organisasi, dan program-program organisasi.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini akan dilakukan analisis data yang diperoleh dari hasil

penelitian lapangan serta pembahasannya.

Bab VI Penutup

Bab terakhir ini akan disajikan kesimpulan dari hasil analisis dan

pembahasan, keterbatasan dalam penelitian dan saran berguna bagi


(26)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja Organisasi

1. Pengertian Kinerja Organisasi

Menurut Chaizi (2004: 107), kinerja organisasi sebagai efektivitas

organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan

dari setiap kelompok yang berkenaan dengan usaha-usaha yang sistematik

dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus mencapai

kebutuhannya secara efektif.

2. Pengukuran Kinerja

Menurut Mahmudi (2010: 7), pengukuran kinerja meliputi aktivitas

penetapan serangkaian ukuran atau indikator kinerja yang memberikan

informasi sehingga memungkinkan bagi unit kerja sektor publik untuk

memonitor kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap

masyarakat. Pengukuran kinerja organisasi sektor publik menjadi sangat

penting karena pengukuran kinerja memiliki kaitan yang erat dengan

akuntabilitas publik. Selain itu, Dwiyanto, dkk. (2002: 48),

mengemukakan ukuran dari tingkat kinerja suatu organisasi publik sebagai

berikut: produktivitas, kualitas layanan, responsivitas dan akuntabilitas.

Menurut Mahmudi (2010: 6), pengukuran kinerja paling tidak

harus mencakup tiga variabel penting yang harus dipertimbangkan, yaitu:

proses, output, dan outcome. Faktor lain yang perlu diperhitungkan dalam


(27)

sumber daya baik dana maupun tenaga, lokasi, fasilitas yang dimiliki,

integritas seluruh karyawan dan integritas kepemimpinan. Kondisi kedua

yaitu; lingkungan eksternal, ada beberapa sektor yang peka secara

strategik, artinya bisa menciptakan peluang, atau sebaliknya merupakan

ancaman.

3. Karakteristik Indikator Kinerja yang Baik

Menurut Mahmudi (2010: 157), pengembangan indikator kinerja

harus diperhatikan berbagai aspek agar indikator kinerja yang dihasilkan

tidak memberikan gambaran kinerja yang terdistorsi. Sistem pengukuran

kinerja yang efektif dan tidak terdistorsi diperoleh melalui desain

indikator kinerja yang baik. Beberapa syarat indikator kinerja yang baik

antara lain;

a. Konsistensi;

Indikator kinerja yang dikembangkan harus memenuhi prinsip

konsistensi, yaitu indikator tersebut harus konsisten antar waktu dan

juga konsisten antar unit. Indikator kinerja yang tidak konsisten

menyebabkan indikator tersebut tidak dapat diandalkan dan akibatnya

gambaran kinerja yang dihasilkan bias dan menyesatkan dalam

pengambilan keputusan.

b. Dapat diperbandingkan;

Syarat keterbandingan ini sangat penting karena pengukuran


(28)

indikator kinerja digunakan untuk membandingkan kinerja relatif

terhadap waktu atau terhadap unit kerja lain.

c. Jelas;

Indikator kinerja harus jelas dan sederhana agar mudah dipahami.

Indikator kinerja yang rumit dan tidak jelas akan menyulitkan dalam

implementasi.

d. Dapat dikontrol;

Indikator kinerja yang dikembangkan harus dapat digunakan oleh

manajemen untuk alat pengendalian. Apabila manajer tidak memiliki

kemampuan untuk mengendalikan indikator kinerja yang dibuat,

maka manajer tidak akan dapat mengendalikan kinerja yang menjadi

tanggung jawabnya.

e. Kontinjensi;

Kinerja bukan merupakan sesuatu yang independen, tetapi sangat

dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti struktur organisasi, gaya

manajemen, ketidakpastian dan kompleksitas lingkungan eksternal.

f. Komprehensif;

Indikator kinerja harus komprehensif dan dapat merefleksikan

semua aspek yang akan diukur, termasuk aspek perilaku.

g. Fokus;

Indikator kinerja harus berfokus pada sesuatu yang diukur. Untuk

menghasilkan indikator kinerja yang fokus perlu dibuat Indikator


(29)

memberikan gambaran komprehensif mengenai kinerja suatu

program, aktivitas, atau organisasi. Sebelum disusun IKK perlu

disusun Faktor Keberhasilan Kritis (FKK). FKK menjadi faktor kunci

keberhasilan organisasi. FKK bersifat kualitatif oleh karena itu, perlu

dikuantitatifkan agar dapat diukur. FKK dan IKK memungkinkan bagi

manajer berfokus pada kesuksesan organisasi dan memonitor tingkat

pencapaian tujuan organisasi.

h. Relevan;

Indikator kinerja harus relevan dengan sesuatu yang diukur.

Indikator kinerja harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi.

i. Realistis;

Indikator harus bersifat realistis. Target yang ditetapkan harus

didasarkan pada harapan yang realistis sehingga memungkinkan untuk

dicapai.

4. Tujuan Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Menurut Mahmudi (2010: 14), tujuan dilakukan penilaian kinerja

di sektor publik antara lain;

a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi;

Pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik digunakan untuk

mengetahui ketercapaian tujuan organisasi. Penilaian kinerja berfungsi

sebagai tonggak yang menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan dan

juga menunjukkan apakah organisasi berjalan sesuai arah atau


(30)

b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai;

Pengukuran kinerja merupakan sarana untuk pembelajaran pegawai

tentang bagaimana seharusnya mereka bertindak, memberikan dasar

dalam perubahan perilaku, sikap, skill, atau pengetahuan kerja yang

harus dimiliki pegawai untuk mencapai hasil kerja terbaik.

c. Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya;

Pengukuran kinerja dilakukan sebagai sarana pembelajaran untuk

perbaikan kinerja dimasa yang akan datang. Penerapan sistem

pengukuran kinerja dalam jangka panjang bertujuan untuk membentuk

budaya berprestasi di dalam organisasi.

d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan

keputusan pemberian penghargaan (reward) dan hukuman

(punishment);

Pengukuran kinerja bertujuan memberikan dasar sistematik bagi

manajer untuk memberikan reward, misalnya kenaikan gaji, tunjangan,

dan promosi, atau punishment misalnya pemutusan kerja, penundaan

promosi, dan teguran. Sistem manajemen kinerja modern diperlukan

untuk mendukung sistem gaji berdasarkan kinerja atau disebut juga

pembayaran yang berorientasi hasil.

e. Memotivasi pegawai;

Pengukuran kinerja bertujuan meningkatkan motivasi pegawai.


(31)

manajemen kompensasi, maka pegawai yang berkinerja tinggi akan

memperoleh reward.

f. Menciptakan akuntabilitas publik;

Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong

terciptanya akuntabilitas publik. Pengukuran kinerja menunjukkan

seberapa besar kinerja manajerial dicapai, seberapa bagus kinerja

finansial organisasi, dan kinerja lainnya menjadi dasar penilaian

akuntabilitas.

5. Metode Penilaian Kinerja

Menurut Griffin (2004: 432), dua kategori dasar dari metode

penilaian yang sering digunakan dalam organisasi yaitu metode objektif

dan metode pertimbangan. Metode objektif menyangkut dengan sejauh

mana seseorang bisa bekerja dan menunjukkan bukti kemampuan bekerja

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, sedangkan metode pertimbangan

merupakan metode penilaian berdasarkan nilai rangking yang dimiliki

oleh seorang karyawan, jika memiliki nilai rangking yang tinggi maka

artinya memiliki kualitas kinerja yang bagus. Wirawan (2009: 105),

penilaian kinerja dilakukan secara formatif dan sumatif. Penilaian kinerja

secara formatif merupakan penilaian kinerja ketika karyawan sedang

melakukan tugas, sedangkan penilaian kinerja dilakukan secara sumatif

dilakukan pada akhir periode penilaian. Selain itu, Fahmi (2010: 67),

penilaian kinerja karyawan dapat dilakukan dengan pengumpulan data,


(32)

B. Good Governance

1. Pengertian Good Governance

Menurut Mulyawan (2009: 6), istilah good governance berasal dari

bahasa latin yaitu Gubernanre yang kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa inggris yang artinya Govern yang berarti Steer (menyetir,

mengendalikan), direct (mengarahkan) atau rule (memerintah).

Penggunaan utama istilah ini yaitu to rule with authority atau memerintah

dengan kewenangan. Pengertian good governance diatas dapat diartikan

sebagai suatu pemahaman atau pijakan dari akuntabilitas kinerja instansi

pemerintahan.

Pengertian good governance menurut Mardiasmo (1998: 18) dalam

skripsi Mulyawan (2009: 7), merupakan suatu konsep pendekatan yang

berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh pemerintah yang

baik. Bank Dunia dikutip oleh Wahab (2002: 34), good governance

merupakan suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen

pembangunan yang solid dan bertanggungjawab sejalan dengan

demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan

investasi yang langkah dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun

adminstrative, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan

political framework bagi tumbuhnya aktivitas organisasi kewiraswastaan.

Selain itu, Effendi (1996: 47) dalam skripsi Mulyawan (2009: 7) memuat

Bank Dunia juga mensinonimkan good governance sebagai hubungan


(33)

Menurut dokumen United Nation Development Program (UNDP)

dalam skripsi Mulyawan (2009: 8), tata pemerintahan merupakan

penggunaan wewenang ekonomi politik dan administrasi guna mengelola

unsur-unsur negara pada semua tingkat. Tata pemerintah mencakup

seluruh mekanisme, proses lembaga-lembaga serta warga dan

kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan-kepentingan mereka.

Menurut Suprasto (2006: 2), good governance dapat diartikan

sebagai pelayanan publik yang efisien. Pemerintah yang bertanggungjawab

(accountable) pada publiknya diharapkan akan mendorong terciptanya

transparansi, akuntabilitas, serta keterlibatan masyarakat dalam pembuatan

keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga

perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya.

2. Membangun Good Governance

Menurut Yuda (2013: 3), membangun good governance berarti

mengubah cara kerja state, membuat pemerintah accountable, dan

membangun pelaku-pelaku di luar negara untuk ikut berperan membuat

sistem baru yang bermanfaat secara umum. Tidak ada satu tujuan

pembangunan yang dapat diwujudkan dengan baik hanya dengan

mengubah karakteristik dan cara kerja institusi negara dan pemerintah.

Good governance juga harus menjangkau berbagai tingkat wilayah politik

oleh karena itu, membangun good governance merupakan proyek sosial


(34)

3. Prinsip-Prinsip Good Governance

Menurut United Nation Development Program (UNDP) dalam

Mardiasmo (2004: 18), karakteristik pelaksanaan good governance antara

lain:

a. Participation

Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara

langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang

dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar

kebebasan berasosiasi dan berbicara serta partisipasi secara konstruktif.

b. Rule of law

Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan haruslah

keadilan ditegakkan dan dipatuhi secara utuh (impartially), terutama

tentang aturan hukum tentang hak asasi manusia.

c. Transparency

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh

informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara

langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.

d. Responsiveness (Daya Tanggap)

Lembaga – lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani stakeholders.

e. Consensus of orientation (Berorientasi Konsensus). Berorientasi pada


(35)

f. Equity (Keadilan)

Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk

memperoleh kesejahteraan dan keadilan.

g. Efficiency and effectiveness (Efektivitas dan efisiensi).

Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna

(efisien) dan berhasil guna (efektif).

h. Accountability (Akuntabilitas).

Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang

dilakukan.

i. Strategic vision (Bervisi Strategis).

Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi

jauh kedepan.

j. Saling keterkaitan.

Saling keterkaitan satu sama lain merupakan ciri kesepuluh good

governance diatas.

Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development

(OECD) dalam penelitian Jubaedah (2007: 51), menyebutkan

prinsip-prinsip dasar good governance, yaitu transparansi, kemandirian,

akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran. Berikut ini penjelasan

dari masing-masing prinsip-prinsip dasar good governance:

a. Transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan


(36)

diterapkan melalui pengembangan sistem akuntansi yang berbasiskan

standar akuntansi dan best practise, pengembangan teknologi

informasi dan manajemen informasi serta pengembangan enterprise

risk management.

b. Kemandirian, berkaitan dengan keadaan suatu instansi dikelola secara

profesional tanpa bentukan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari

pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip instansi yang kuat.

c. Akuntabilitas, menyangkut mengenai kejelasan fungsi, pelaksanaan

dan pertanggungjawaban organisasi sehingga instansi terlaksana

secara efektif. Prinsip ini diterapkan melalui ketetapan waktu dan cara

penyiapan laporan keuangan, pengembangan komite audit dan resiko,

pengembangan dan perumusan peran serta fungsi internal audit.

d. Pertanggungjawaban, merupakan kesesuaian di dalam pengelolaan

instansi terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

prinsip-prinsip instansi. Prinsip ini diwujudkan melalui kesadaran

terhadap tanggungjawab sebagai akibat adanya kewenangan,

penghindaran penyalahgunaan kekuasaan, profesional, senantiasa

menjunjung etika serta memelihara lingkungan organisasi yang sehat.

e. Kewajaran, yaitu prinsip yang berhubungan dengan keadilan dan

kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul

berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang


(37)

diwujudkan dalam bentuk pembuatan peraturan-peraturan yang

melindungi kepentingan minoritas, kebijakan-kebijakan yang

melindungi instansi dari perbuatan orang yang tidak baik.

4. Pelaksanaan Good Governance

Menurut (Yuda 2013: 4), pelaksanaan kepemerintahan yang baik,

pada dasarnya menuntut keterlibatan seluruh komponen pemangku

kepentingan, baik di lingkungan birokrasi maupun di lingkungan

masyarakat. Pelaksanaan pemerintahan yang baik merupakan pemerintah

yang dekat dengan masyarakat dan dalam memberikan pelayanan harus

sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Esensi kepemerintahan yang baik

(good governance) dicirikan dengan terselenggaranya pelayanan publik

yang baik, hal ini sejalan dengan esensi kebijakan desentralisasi dan

otonomi daerah yang ditujukan untuk memberikan keleluasaan kepada

daerah mengatur dan mengurus masyarakat setempat, dan meningkatkan

pelayanan publik.

C. Pengendalian Internal

1. Pengertian Pengendalian Internal

The American Institure of Certifies Public Accountaants (AICPA)

pada tahun 1949 termuat dalam jurnal yang dimuat oleh Simangunsong

(2014: 51), mendefinisikan sistem pengendalian internal sebagai berikut:

“internal control comprise the plan of organization and all of

coordinate methofs and measures adopted with a business to safeguard its assets, chek accucacy and reliability of accounting data,


(38)

promote operational efficiency and encourage to prescribed

managerial policies”.

(Pengendalian internal terdiri dari semua rencana organisasi dan

semua cara serta peraturan yang diberlakukan dalam suatu organisasi

yang digunakan untuk menjaga aset, mengukur keakuratan dan

kewajaran data, meningkatkan efisiensi dalam operasional serta

membantu mencegah penyimpangan dari kebijakan manajerial).

Dasar pemikiran mengenai pengendalian internal telah disusun

dalam suatu rerangka dasar pengendalian internal COSO (COSO Intenal

Control Framework). Sistem pengendalian menurut the Commitee of

Sponsoring Organization (COSO) didefinisikan sebagai berikut:

internal control is broadly defined as process, effected by an entity’s

board of director, management, and other personel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectiveness of operation in following categories: (1) effectiviness and efficiency of operaion; (2) reability of financial reporting; (3) compliance with applicable law and regulation”.

(“Pengendalian internal merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh satu lingkungan dari direktur, manajemen, dan personil lainnya

yang dirancang guna memberikan jaminan yang layak atas pencapaian

berbagai tujuan organisasi dengan kategori; (1) efektivitas dan

efisiensi operasi; (2) kehandalan laporan keuangan; dan (3) ketaatan

terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku”.)

Menurut Moeller (2009: 24), suatu entitas dapat dikatakan memiliki

pengendalian internal yang baik apabila (1) dapat mencapai misi yang


(39)

dapat diandalkan, (3) mematuhi kebijakan perusahaan dan aturan yang

berlaku, (4) menggunakan sumber daya secara efisien dan ekonomis, dan

(5) menyediakan untuk pengamanan aset yang sesuai. Setiap anggota dari

suatu entitas atau perusahaan, memiliki tanggungjawab terhadap

pengendalian internal di setiap bagian dan untuk melaksanakan

pengendalian internal secara efektif.

Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan

komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain untuk

memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan

sebagai berikut ini; a) keandalan pelaporan keuangan, b) efektivitas dan

efisiensi operasi, dan c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang

berlaku (IAI, 2004). Pengendalian internal menurut Arens dan Loebbecke

(2008) dalam skripsi Nova (2013: 10), merupakan suatu proses yang

dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen dan personel satuan usaha

lainnya yang dirancang untuk mendapatkan keyakinan yang memadai

tentang pencapaian tujuan.

2. Tujuan Pengendalian Internal

Pengendalian internal menurut Comitte of Sponsorin Organization

of the Traedway Comission dimuat oleh Ningsih (2013: 1), merupakan

suatu proses yang dilakukan oleh dewan komisaris, manajemen, dan

personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai terkait


(40)

a. Keandalan pelaporan keuangan;

Pengendalian internal yang ada membuat manajemen memiliki

tanggung jawab untuk menyiapkan laporan keuangan untuk pihak

internal maupun eksternal organisasi.

b. Kepatuhan terhadap hukum dan aturan yang berlaku;

Pengendalian internal ini bertujuan agar organisasi melakukan

kegiatannya sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku.

c. Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional perusahaan.

Pengendalian internal dalam suatu organisasi dapat menjadi

instrumen agar pengguna sumber daya dapat dimanfaatkan secara

efisien dan efektif dalam operasi perusahaan.

Menurut Mulyadi (2002: 178), tujuan dari pengendalian internal

terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Menjaga kekayaan perusahaan

1) Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi

yang telah ditetapkan,

2) Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat

dibandingkan dengan kekayaan yang sesungguhnya.

b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

1) Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah

ditetapkan,

2) Pencatatan transaksi yang terjadi tercatat dengan benar di dalam


(41)

Menurut Mardi (2011: 59), tujuan pengendalian internal sebagai berikut:

a. Menjaga keamanan harta milik perusahaan.

b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi.

c. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.

d. Membantu menjaga kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.

3. Karakteristik Pengendalian Internal

Menurut Yuda (2013: 4), karakteristik yang baik akan mendukung

terciptanya pengendalian internal yang efektif. Rencana organisasi, sistem

otoritas dan prosedur pencatatan yang tepat, praktek yang sehat serta

kualitas pengamat yang cocok harus terintegrasi dengan baik dalam

pelaksanaan tugasnya. Kelancaran pekerjaan akan memudahkan

pengendalian internal terlaksana dalam mencapai tujuan.

4. Keterbatasan Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi (2002: 181), keterbatasan yang terdapat dalam

pengendalian internal dapat mengakibatkan tujuan dari pengendalian

internal tidak akan tercapai. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain:

a. Kesalahan dalam pertimbangan

b. Gangguan

c. Kolusi

d. Pengabaian oleh manajemen


(42)

5. Unsur- Unsur Pengendalian Internal

Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway

Commission (COSO) memperkenalkan adanya lima komponen

pengendalian internal dalam Boynton (2002: 5), yang meliputi

pengendalian internal (control environment), penilaian resiko (risk

assessment), prosedur pengendalian (control procedure), pemantauan

(monitoring), serta informasi dan komunikasi (information and

communication).

Berikut penjelasan lima komponen pengendalian internal:

a. Lingkungan pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para

manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang

ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap lingkungan pengendalian yaitu filosofi manajemen

(manajemen tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama

dalam perseroan) dan gaya operasi manajemen (manajemen yang

progresif atau yang konservatif), struktur organisasi (terpusat atau

terdesentralisasi) serta praktik kepersonaliaan. Lingkungan

pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan

unsur-unsur pengendalian internal yang lain.

b. Penilaian resiko (Risk Assestment)

Setiap organisasi memiliki resiko, dalam kondisi apapun yang


(43)

yang berkaitan dengan bisnis maupun non bisnis. Suatu resiko yang

telah diidentifikasi dapat dianalisis dan dievaluasi sehingga dapat

diperkirakan intensitas dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk

meminimalkan resiko yang muncul.

c. Prosedur pengendalian (Control Procedure)

Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandardisasi proses

kerja sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan

mencegah atau mendeteksi terjadinya kesalahan dan ketidakberesan.

Prosedur pengendalian meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Personil yang kompeten, mutasi tugas, dan cuti wajib.

2) Pelimpahan tanggung jawab.

3) Pemisahan tanggungjawab untuk kegiatan terkait.

4) Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan asset, dan operasional.

d. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan merupakan proses penilaian kinerja pengendalian

internal sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan baik pada tahap

desain maupun pengoperasian pengendalian untuk menentukan

apakah pengendalian internal beroperasi sebagaimana yang

diharapkan dan untuk menentukan apakah pengendalian internal

tersebut memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.

e. Informasi dan komunikasi (Information and Communication)

Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting


(44)

pengendalian, penilaian resiko, prosedur pengendalian, dan

monitoring diperlukan oleh manajemen operasional dan menjamin

ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang

berlaku pada perusahaan. Informasi juga diperlukan dari pihak

eksternal. Manajemen juga dapat menggunakan informasi jenis ini

untuk menilai standar eksternal. Hukum, peristiwa, dan kondisi yang

berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal.

E. Perumusan Hipotesis Penelitian

Menurut Jogiyanto (2013: 56), hipotesis merupakan dugaan yang akan

diuji kebenarannya dengan fakta yang ada.

1. Pengaruh good governance terhadap kinerja organisasi

Good governance diartikan sebagai tata kelola yang baik pada

suatu usaha yang dilandasi oleh etika profesional dalam

berusaha/berkarya. Menurut Organisation for Economic Co-operation and

Development (OECD), prinsip-prinsip dasar good governance, yaitu

transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan

kewajaran.

Penelitian terkait dengan good governance dan kinerja organisasi

dilakukan oleh Taufik, dkk (2013), meneliti mengenai pengaruh

pemahaman prinsip-prinsip good governnace, pengendalian internal, dan

komitmen organisasi terhadap kinerja sektor publik pada pemerintah


(45)

prinsip-prinsip good governance, pengendalian internal dan komitmen

organisasi berpengaruh terhadap kinerja sektor publik baik secara

langsung maupun tidak langsung.

2. Pengaruh pengendalian internal terhadap kinerja organisasi.

Pengendalian internal merupakan suatu proses yang dipengaruhi

untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi

dapat di capai melalui: efisiensi dan efektivitas operasi, penyajian laporan

keuangan yang dapat dipercaya, ketaatan terhadap undang-undang dan

aturan berlaku. Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway

Commission (COSO) memperkenalkan lima komponen pengendalian

internal, yang meliputi pengendalian internal, penilaian resiko, prosedur

pengendalian, pemantauan, serta informasi dan komunikasi.

Penelitian terkait dengan pengendalian internal dan kinerja

organisasi dilakukan oleh Supriadi, dkk (2014), meneliti mengenai kinerja

Dinas Pendapatan Kabupaten Buleleng berdasarkan perspektif balanced

scorecard dan meneliti hubungan dengan tiga variabel yaitu sistem

pengendalian internal, organizational citizenship behavior dan good

governace baik secara parsial maupun simultan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara simultan, sistem pengendalian internal,

organizational citizenship behavior, dan good governance berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja Dinas Pendapatan Kabupaten

Buleleng berdasarkan perspektif balanced scorecard. Organizational


(46)

terhadap kinerja Dinas Pendapatan Kabupaten Buleleng berdasarkan

perspektif balanced sorecard. Sistem pengendalian internal dan good

governance memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja

Dinas Pendapatan Kabupaten Buleleng berdasarkan perspektif balanced

sorecard.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diusulkan hipotesis sebagai

berikut:

H1 : Good governance mempengaruhi kinerja di Dinas Perindustrian,

Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman dilihat dari persepsi

pegawai.

H2 : Pengendalian internal mempengaruhi kinerja di Dinas Perindustrian,

Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman dilihat dari persepsi

pegawai.

E. Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang digunakan sebagai acuan dalam melihat relasi teori dengan berbagai faktor yang diduga sebagai persoalan

mendasar maka perlu dibangun sebuah model konseptual. Model ini didasari

pada tinjauan pustaka dan penelitian sebelumnya yang terkait.

Kerangka konseptual yang coba dibangun sebagai berikut:

1. Variabel X1 yang mewakili good governance. Terdapat prinsip-prinsip


(47)

transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan

kewajaran.

2. Variabel X2 yang mewakili pengendalian internal. Terdapat lima komponen

pengendalian internal antara lain pengendalian internal (control

environment), penilaian resiko (risk assessment), prosedur pengendalian

(control procedure), pemantauan (monitoring), serta informasi dan

komunikasi (information and communication).

3. Variabel Y mewakili kinerja organisasi yang dimaksud dalam penelitian ini

merupakan efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi

kebutuhan tertentu yang dipengaruhi oleh good governance dan


(48)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini

dengan menggunakan studi kasus di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan

Koperasi Kabupaten Sleman. Data yang diperoleh kemudian diolah dan

dianalisis, sehingga kesimpulan yang ditarik hanya berlaku pada Dinas

Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman dan tidak

berlaku pada dinas lainnya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan

Koperasi Kabupaten Sleman.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 9 Januari sampai 9 April 2015.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini meliputi pegawai kantor Dinas Perindustrian,

Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman sebanyak 61 pegawai. Teknik


(49)

sampling dengan pertimbangan dan batasan tertentu sehingga sampel yang

dipilih relevan dengan tujuan penelitian.

Berdasarkan metode tersebut maka kriteria penentuan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pegawai Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten

Sleman dengan minimal masa kerja 1 tahun dan tingkat pendidikan

minimal SMA.

2. Pegawai di tiap bidang Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi

Kabupaten Sleman meliputi kepala dinas, kepala bidang, kepala seksi dan

2 staf masing-masing sub bagian.

D. Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

kuantitatif yang berupa nilai atau skor atas jawaban yang diberikan oleh

responden terhadap pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuesioner.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari


(50)

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini untuk memperoleh data atau informasi,

keterangan-keterangan yang diperlukan penulis menggunakan metode pengumpulan data

primer yaitu kuesioner. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dilakukan

dengan cara pemberian daftar pernyataan secara tertutup kepada responden

yang dilengkapi dengan berbagai alternatif jawaban. Kuesioner dalam

penelitian ini dibagikan kepada 44 pegawai dinas dengan kriteria minimal

pegawai yang masa kerja 1 tahun dan tingkat pendidikan minimal SMA serta

pegawai di tiap bidang Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi

Kabupaten Sleman meliputi kepala dinas, kepala bidang, kepala seksi dan 2

staf masing-masing sub bagian.

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini dibedakan menjadi:

a. Variabel dependen (Y), merupakan variabel tergantung yang

keberadaannya dipengaruhi variabel lainnya yang dalam penelitian ini

yaitu variabel kinerja organisasi.

b. Variabel independen (X), merupakan variabel bebas yang

mempengaruhi variabel dependen yang terdiri dari good governance

(X1) dan pengendalian internal (X2).

2. Definisi Operasional Variabel


(51)

a. Good Governance

Good governance didefinisikan dengan menggunakan definisi oleh

Bank Dunia dikutip Wahab (2002: 34), yang menyebutkan good

governance merupakan suatu konsep dalam penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan

dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi

dan investasi yang langkah dan pencegahan korupsi baik secara politik

maupun adminstrative, menjalankan disiplin anggaran serta

penciptaan legal dan political framework bagi tumbuhnya aktivitas

organisasi yang baik.

b. Pengendalian Internal

Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh

dewan komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain

untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga

golongan tujuan sebagai berikut ini; a) keandalan pelaporan keuangan,

b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan c) kepatuhan terhadap hukum

dan peraturan yang berlaku (IAI, 2004).

c. Kinerja Organisasi

Kinerja menurut Wibowo (2008), berkaitan dengan masalah

pengelolaan semua daya dalam organisasi yang menjadi masukan,

proses pelaksanaan kinerja, keluaran atau hasil kinerja, dan manfaat

atau dampak dari suatu kinerja. Chaizi (2004: 107), kinerja organisasi


(52)

kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan

dengan usaha-usaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan

organisasi secara terus menerus mencapai kebutuhannya secara

efektif.

Instrumen kuesioner digunakan untuk dapat mengukur variabel yang

diteliti. Instrumen kuesioner untuk mengukur tentang good governance

menggunakan instrumen Jubaedah (2007), diukur dengan menggunakan

lima prinsip yang disebutkan oleh Organisation for Economic

Co-operation and Development (OECD), yaitu 1) transparansi, adalah

keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan

keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan

mengenai organisasi; 2) kemandirian, adalah organisasi dikelola secara

profesional tanpa ada kepentingan dari pejabat tertentu; 3) akuntabilitas,

menyangkut kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

organisasi sehingga pengelolaan organisasi terlaksana secara efektif; 4)

pertanggungjawaban, kesesuaian di dalam pengelolaan organisasi

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan 5) kewajaran,

yaitu berhubungan dengan kesetaraan dan kewajaran dalam memenuhi

hak-hak stakeholder. Instrumen kuesioner untuk pengukuran

pengendalian internal menggunakan instrumen Mahmudah (2014),

pernyataan yang diajukan meliputi lima komponen yang saling


(53)

resiko, prosedur pengendalian pemantauan, serta informasi dan

komunikasi.

Instrumen untuk pengukuran kinerja organisasi, terkait dengan

pegawai tingkat atas, menengah, dan bawah, menggunakan instrumen

kinerja organisasi yang disusun berdasarkan konsep kinerja organisasi

yang dikemukan oleh Wibowo (2008). Kinerja organisasi dalam hal ini

merupakan hasil kerja pegawai di Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan

Koperasi Kabupaten Sleman dilihat dari persepsi pegawai.

Skala pengukuran digunakan sebagai acuan untuk menentukan

panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur

yang dalam penelitian ini adalah kuesioner bila digunakan dalam

pengkuran akan menghasilkan data kuantitatif. Skala pengukuran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, yaitu skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi responden

tentang variabel penelitian yang ada sebagai fenomena sosial.

Kuesioner penelitian akan disusun dengan menggunakan skala likert

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Nilai Kategori Jawaban Skala Likert

Kategori Jawaban Skor Positif

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber: Sugiyono, 2010

Berikut ini merupakan jumlah butir pertanyaan pada masing-masing


(54)

Tabel 3.2 Jumlah Butir Pernyataan Variabel Penelitian

Variabel Aspek Jumlah Pernyataan Good Governance a. Transparansi b. Kemandirian c. Akuntabilitas d. Pertanggungjawaban e. Kewajaran 6 5 5 5 4 Pengendalian Internal a. lingkungan pengendalian,

b. penelitian resiko, prosedur c. pengendalian, pemantauana d. informasi e. komunikasi 10 Kinerja Organisasi

a. masukan,

b. proses pelaksanaan kinerja,

c. keluaran atau hasil kinerja,

d. manfaat atau dampak

10

Total 45

Sumber: Data diolah

G. Teknik Pengujian Instrumen

Menurut Siregar (2013: 46), instrumen penelitian adalah suatu alat yang

dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasikan

informasi yang diperoleh dari para responden yang dilakukan dengan

menggunakan pola ukur yang sama. Instrumen penelitian yang baik, paling

tidak memenuhi kriteria antara lain:

1. Validitas.

Menurut Yusuf (2013: 235), validitas menunjukkan tingkat sejauh

mana suatu alat pengukur mengukur apa yang ingin diukur. Teknik yang


(55)

yaitu teknik product moment dari Karl Pearson (validitas isi atau content

validity). Teknik product moment correlation yaitu setiap skor tiap item

dikorelasikan dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari

keseluruhan item. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka data dapat

dikatakan valid.

2. Reliabilitas

Menurut Yusuf (2013: 242), reliabilitas adalah suatu ukuran

konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen penelitian terhadap

individu yang sama, dan diberikan dalam waktu yang berbeda (Ghozali,

2006). Pengujian reliabilitas menggunakan cronbach alpha. Suatu alat

dikatakan handal jika nilai cronbach alpha > 0,60. Perhitungan validitas

dan reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan bantuan program

SPSS 16.00.

H. Teknik Pengujian Normalitas Data

Pengujian normalitas digunakan untuk menguji apakah sampel

terdistribusi dengan normal atau tidak, juga untuk menghindari bias. Dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji P-Plot Normality, yaitu

dengan menetapkan derajat keyakinan (α=0,05) dengan kriteria pengujiannya jika sebaran data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi berdistribusi normal, sedangkan jika sebaran

data jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka


(56)

I. Teknik Pengujian Asumsi Klasik

Model penelitian yang digunakan untuk dapat melakukan estimasi,

dilakukan terlebih dahulu pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasik

yaitu:

a. Uji Multikolinearitas

Priyatno (2010: 8), mengemukakan bahwa uji multikolinearitas

digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linier antar

variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi

dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pengujian

multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan Variance Inflation

Factor (VIF). Menurut Santoso (2004), Apabila VIF lebih kecil dari 0,01

atau lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas. Sebaliknya tidak

terjadi multikolinearitas antar variabel jika nilai VIF berada pada kisaran

0,10 sampai 10.

b. Uji Heteroskedastisitas

Priyatno (2010: 83), mengemukakan bahwa uji heteroskedastisitas

digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian

dari residual pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam

model regresi adalah tidak adanya heterokedastisitas.

Untuk menguji adanya gejala heteroskedastisitas ini dilakukan

melalui metode scatter plot, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada scatter plot. Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik


(57)

(bergelombang, melebar, menyempit) maka telah terjadi

heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heteroskedastisitas atau apabila tingkat probabilitas lebih besar

dari tingkat signifikansi α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Menurut Priyatno (2010: 75), autokorelasi adalah keadaan dimana

terjadinya korelasi dari residu untuk pengamatan satu dengan

pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu. Model

regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi.

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji

Durbin-Watson. Tes Durbin-Watson dalam penelitian ini dilakukan

dengan bantuan SPSS. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi

adalah sebagai berikut:

1) Bila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara batas atas atau upper

bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi = 0, atau tidak

ada autokorelasi.

2) Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah atau lower bound (dl),

maka koefisien autokorelasi > 0 atau terdapat autokorelasi.

3) Bila nilai DW terletak di antara upper bound (du) dan lower bound

(dl) atau nilai DW terletak antara (4-dl), maka tidak dapat ditarik


(58)

J. Teknik Analisis Data

1. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan model regresi linier berganda. Menurut Priyatno (2012:

127), regresi linier berganda merupakan suatu alat ukur yang digunakan

untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen (jumlahnya lebih

dari 1) terhadap variabel dependen. Pengujian ini menggunakan uji regresi

linier dan regresi multiple dengan rumus sebagai berikut:

Persamaan regresi dirumuskan :

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Dimana :

Y = Kinerja Organisasi

a = Konstanta Regresi

b1,b2 = Koefisien Regresi

X1 = Good Governance

X2 = Pengendalian Internal

e = Error

2. Koefisien determinasi (R2)

Menurut Priyatno (2010: 83), koefisien determinasi digunakan untuk

mengetahui seberapa besar prosentase sumbangan pengaruh variabel

independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara 0 sampai 1, atau pada tabel disebut


(59)

independennya memberikan semua informasi yang diperlukan untuk

memprediksi variasi variabel dependen.

K. Uji Hipotesis

1. Uji F

Menurut Priyatno (2012: 137), uji F atau koefisien regresi secara

bersama-sama digunakan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama

variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Bagian dari uji F dapat dilihat dari output Anova yang dihasilkan dari uji

regresi linier berganda. Analysis of Variance (Anova) merupakan metode

untuk mengkaji hubungan antara satu variabel dependen yang berbentuk

metric dengan satu atau lebih variabel independen yang berbentuk

nonmetric atau kategorikal (Ghozali, 2011) dalam buku Sunjoyo, dkk

(2012: 190).

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas sebagai berikut:

a. Jika probabilitas (sig) > α maka H0 diterima.

b. Jika probabilitas (sig) < α maka H0 ditolak.

2. Uji t

Menurut Priyatno (2012: 58), uji t digunakan untuk menguji pengaruh

variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.

Pengmbilan keputusan berdasarkan signifikansi sebagai berikut:

a. Signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.


(60)

42 BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah

Era pemerintahan daerah berdasarkan UU No. 5 tahun 1974 sebagian besar

urusan perindustrian, perdagangan, dan koperasi masih merupakan urusan

pemerintah pusat dan di daerah dilaksanakan oleh instansi vertikal yang

dikenal dengan kantor departemen yang meliputi kantor departemen

perdagangan, kantor departemen perindustrian dan kantor departemen

koperasi.

Era percontohan otonomi daerah di kabupaten Sleman dibentuk 22 dinas

daerah yang tiga diantaranya dinas yang menangani urusan perindustrian,

perdagangan, dan koperasi, yaitu :

1. Dinas Perindustrian, dibentuk dengan Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun

1995 tentang pembentukan dan organisasi Dinas Perindustrian Kabupaten

Sleman.

2. Dinas Perdagangan, dibentuk dengan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun

1995 tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Perdagangan Kabupaten

Sleman.

3. Dinas Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, dibentuk dengan

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pembentukan dan

Organisasi Dinas Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Kabupaten

Sleman.

Era pemerintahan daerah berdasarkan UU No 22 tahun 1999 tentang


(61)

perdagangan, dan koperasi telah mengalami sekali perubahan yaitu pada

awalnya dibentuk Dinas Perekonomian dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Sleman Nomor 12 Tahun 2000 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Pemerintah Kabupaten Sleman, dimana dinas ini mengurusi bidang

perdagangan, perindustrian, koperasi dan pengusaha kecil, serta pariwisata.

Selama masa perkembangannya diubah menjadi Dinas Perdagangan,

Perindustrian, Koperasi, dan Penanaman Modal (P2KPM) yang dibentuk

dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2003 tentang

Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12

Tahun 2000 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten

Sleman, dan Keputusan Bupati Sleman Nomor 28/Kep.KDH/A/2003 tentang

Struktur Organisasi, Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja

Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan Penanaman Modal.

Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan Penanaman Modal

(P2KPM) yang dibentuk dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor

12 Tahun 2003 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Kabupaten

Sleman Nomor 12 Tahun 2000 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Pemerintah Kabupaten Sleman, kemudian dalam perkembangannya adanya

perubahan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan yang terakhir diubah

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, maka pada tahun 2009

Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan Penanaman Modal


(62)

yang dibentuk dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun

2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman.

B. Lokasi

Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman

terletak di Jl. Parasarnya Nomor 8, Tridadi, Sleman.

C. Visi dan Misi

Visi

” Terwujudnya pelaku usaha yang mandiri dan profesional ” Misi

1. Meningkatkan kualitas pelayanan urusan perindustrian, perdagangan dan

koperasi.

2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif bagi berlangsungnya investasi,

distribusi barang dan jasa.

3. Mewujudkan usaha ekonomi produktif yang berdaya saing, tangguh dan

berwawasan lingkungan yang bertumpu pada sumberdaya yang

berkualitas.

4. Mewujudkan penumbuhan, peningkatan, dan pengembangan koperasi

menuju koperasi yang berkualitas dan berdaya saing.

Berikut penjelasan pernyataan visi dan misi Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman;


(63)

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang dimiliki Dinas

Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi dan melihat latar belakang

serta mencermati fenomena-fenomena yang berkembang serta

tuntutan-tuntutan pelayanan masyarakat, ditetapkan visi Dinas Perindustrian,

Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman adalah “Terwujudnya pelaku usaha yang mandiri dan profesional”. Pernyataan visi Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman

sepenuhnya mengacu pada konsep pernyataan visi pemerintah Kabupaten

Sleman, RPJM dan RPJP. Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa

Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi adalah Perangkat

Daerah dan bagian integral atau unsur dari pemerintah Kabupaten

Sleman.

2. Pernyataan Misi

Terwujudnya visi yang telah dikemukakan pada bagian

sebelumnya merupakan tantangan dan acuan yang harus dihadapi dan

dipegang oleh segenap aparat yang bertugas di Dinas Perindustrian,

Perdagangan, dan Koperasi. Kemudian untuk mencapai visi tersebut, telah

ditetapkan misi yang merupakan kumpulan pernyataan yang harus

dilaksanakan guna mewujudkan eksistensi visi.

Pada tahun 2012 dilakukan review atas Renstra Dinas Perindustrian,

Perdagangan, dan Koperasi Tahun 2011-2015. Berdasarkan review

tersebut misi, tujuan, dan sasaran Renstra telah dirumuskan kembali


(64)

a. Mewujudkan iklim yang kondusif bagi berlangsungnya investasi,

usaha serta distribusi barang dan jasa.

b. Mewujudkan usaha ekonomi produktif yang berdaya saing, tangguh

dan berwawasan lingkungan.

D. Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman

Sumber: Arsip Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kab. Sleman 2015

E. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan peraturan daerah kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009


(65)

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi memiliki tugas pokok dan fungsi

sebagai berikut:

a. Tugas pokok:

Melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang

perindustrian, perdagangan dan koperasi dan usaha kecil dan menengah.

b. Fungsi:

1) Perumusan Kebijakan teknis bidang perindustrian, perdagangan,

koperasi dan usaha kecil dan menengah.

2) Pelaksanaan tugas bidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan

usaha kecil dan menengah.

3) Penyelenggaraan pelayanan umum bidang perindustrian,

perdagangan, koperasi dan usaha kecil dan menengah.

4) Pembinaan dan pengembangan bidang perindustrian, perdagangan,

koperasi dan usaha kecil dan menengah, dan

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Susunan organisasi Dinas Perindustrian Kabupaten Sleman berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 dan Peraturan Bupati Sleman Nomor

23 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas

Tugas pokok: menyelenggarankan perumusan, penetapan, memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan tugas


(66)

2. Sekretaris

a. Tugas:

Sekretariat mempunyai tugas menyelenggarakan urusan umum,

kepegawaian, keuangan, perencanaan, evaluasi, dan

mengoordinasikan pelaksanaan tugas satuan organisasi.

b. Fungsi:

1) Penyusunan rencana kerja sekretariat.

2) Perumusan kebijakan teknis kesekretariatan.

3) Penyelenggaraan urusan umum.

4) Penyelenggaraan urusan kepegawaian.

5) Penyelenggaraan urusan keuangan.

6) Penyelenggaraan urusan perencanaan dan evaluasi.

7) Pengkoordinasian penyelenggaraan tugas satuan organisasi

8) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana kerja

Sekretariat.

Sekretariat terdiri dari:

a. Sub bagian umum dan kepegawaian.

b. Sub bagian keuangan.

c. Sub bagian perencanaan dan evaluasi.

3. Bidang Perindustrian

a. Tugas:

Menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan produksi dan usaha


(1)

Lampiran 9

Hasil Analisis Regresi Berganda

Correlations Kinerja Organisasi Good Governance Pengendalian Internal Pearson Correlation Kinerja Organisasi 1.000 .396 .388

Good Governance .396 1.000 .157 Pengendalian

Internal .388 .157 1.000 Sig. (1-tailed) Kinerja Organisasi . .008 .010 Good Governance .008 . .180 Pengendalian

Internal .010 .180 . N Kinerja Organisasi 36 36 36 Good Governance 36 36 36 Pengendalian

Internal 36 36 36

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Kinerja Organisasi 39.1111 5.91259 36 Good Governance 104.5833 9.14448 36 Pengendalian

Internal 36.6111 7.60555 36

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Pengendalian Internal,

Good Governancea . Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F

Change df1 df2 Sig. F Change 1 .515a .266 .221 5.21778 .266 5.971 2 33 .006 a. Predictors: (Constant), Pengendalian Internal, Good Governance


(2)

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Pengendalian Internal,

Good Governancea . Enter b. Dependent Variable: Kinerja

Organisasi

ANOVAb

Model Sum of Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression 325.122 2 162.561 5.971 .006a

Residual 898.434 33 27.225 Total 1223.556 35

a. Predictors: (Constant), Pengendalian Internal, Good Governance b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 6.363 10.477 .607 .548

Good

Governance .222 .098 .344 2.276 .029 .975 1.025 Pengendalian

Internal .260 .117 .334 2.211 .034 .975 1.025

Coefficient Correlationsa

Model

Pengendalian

Internal Good Governance 1 Correlations Pengendalian Internal 1.000 -.157

Good Governance -.157 1.000 Covariances Pengendalian Internal .014 -.002 Good Governance -.002 .010 a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi


(3)

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimen

sion Eigenvalue

Condition Index Variance Proportions (Constant) Good Governance Pengendalian Internal 1 1 2.970 1.000 .00 .00 .00

2 .026 10.589 .04 .05 .99 3 .004 28.394 .96 .95 .00 a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi

Casewise Diagnosticsa

Case Numb

er Std. Residual

Kinerja Organisasi

Predicted

Value Residual 25 -3.153 23.00 39.4522 -16.45216 a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 33.3000 46.0134 39.1111 3.04782 36 Std. Predicted Value -1.907 2.265 .000 1.000 36 Standard Error of

Predicted Value .886 2.538 1.429 .482 36 Adjusted Predicted Value 33.3458 45.1706 38.9840 3.13768 36 Residual -16.45216 10.58949 .00000 5.06651 36 Std. Residual -3.153 2.030 .000 .971 36 Stud. Residual -3.208 2.248 .011 1.019 36 Deleted Residual -17.02962 12.99564 .12714 5.59564 36 Stud. Deleted Residual -3.808 2.406 -.001 1.096 36 Mahal. Distance .036 7.307 1.944 1.999 36 Cook's Distance .000 .383 .036 .079 36 Centered Leverage Value .001 .209 .056 .057 36 a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Peranan Audit Internal Dan Budaya Organisasi Terhadap Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Pada Pt. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan

10 91 134

Komunikasi Organisasi dan Kinerja Pegawai (Studi Korelasional mengenai Pengaruh Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir)

4 105 194

Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi pada Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat)

11 98 106

Implikasi Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Terhadap Efektivitas Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai).

13 180 165

Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai

0 44 109

Pengaruh Budaya Paternalistik Dan Komitmen Organisasi terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Manajerial Pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara

1 31 108

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, BUDAYA ORGANISASI, PENGENDALIAN INTERNAL DAN PENERAPAN GOOD GOVERNMENT GOVERNNACE TERHADAP KINERJA ORGANISASI

0 3 80

Analisis Pengaruh Penerapan Good Governance dan Pengendalian Internal Organisasi terhadap Kinerja Organisasi pada Pemerintah Kota Balikpapan

0 3 12

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, GOOD GOVERNANCE, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI BIDANG KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG.

2 9 240

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, PENGENDALIAN INTERNAL DAN PENERAPAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) SUNGAILIAT

1 4 17