Kinerja Organisasi TINJAUAN PUSTAKA
indikator kinerja digunakan untuk membandingkan kinerja relatif terhadap waktu atau terhadap unit kerja lain.
c. Jelas; Indikator kinerja harus jelas dan sederhana agar mudah dipahami.
Indikator kinerja yang rumit dan tidak jelas akan menyulitkan dalam implementasi.
d. Dapat dikontrol; Indikator kinerja yang dikembangkan harus dapat digunakan oleh
manajemen untuk alat pengendalian. Apabila manajer tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan indikator kinerja yang dibuat,
maka manajer tidak akan dapat mengendalikan kinerja yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Kontinjensi; Kinerja bukan merupakan sesuatu yang independen, tetapi sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti struktur organisasi, gaya manajemen, ketidakpastian dan kompleksitas lingkungan eksternal.
f. Komprehensif;
Indikator kinerja harus komprehensif dan dapat merefleksikan semua aspek yang akan diukur, termasuk aspek perilaku.
g. Fokus; Indikator kinerja harus berfokus pada sesuatu yang diukur. Untuk
menghasilkan indikator kinerja yang fokus perlu dibuat Indikator Kinerja Kunci IKK. IKK merupakan indikator level tinggi yang
memberikan gambaran komprehensif mengenai kinerja suatu program, aktivitas, atau organisasi. Sebelum disusun IKK perlu
disusun Faktor Keberhasilan Kritis FKK. FKK menjadi faktor kunci keberhasilan organisasi. FKK bersifat kualitatif oleh karena itu, perlu
dikuantitatifkan agar dapat diukur. FKK dan IKK memungkinkan bagi manajer berfokus pada kesuksesan organisasi dan memonitor tingkat
pencapaian tujuan organisasi. h. Relevan;
Indikator kinerja harus relevan dengan sesuatu yang diukur. Indikator kinerja harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi.
i. Realistis;
Indikator harus bersifat realistis. Target yang ditetapkan harus didasarkan pada harapan yang realistis sehingga memungkinkan untuk
dicapai. 4. Tujuan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Menurut Mahmudi 2010: 14, tujuan dilakukan penilaian kinerja di sektor publik antara lain;
a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi; Pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik digunakan untuk
mengetahui ketercapaian tujuan organisasi. Penilaian kinerja berfungsi sebagai tonggak yang menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan dan
juga menunjukkan apakah organisasi berjalan sesuai arah atau menyimpang dari tujuan yang diterapkan.
b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai; Pengukuran kinerja merupakan sarana untuk pembelajaran pegawai
tentang bagaimana seharusnya mereka bertindak, memberikan dasar dalam perubahan perilaku, sikap, skill, atau pengetahuan kerja yang
harus dimiliki pegawai untuk mencapai hasil kerja terbaik. c. Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya;
Pengukuran kinerja dilakukan sebagai sarana pembelajaran untuk perbaikan kinerja dimasa yang akan datang. Penerapan sistem
pengukuran kinerja dalam jangka panjang bertujuan untuk membentuk budaya berprestasi di dalam organisasi.
d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan
pemberian penghargaan
reward dan
hukuman punishment;
Pengukuran kinerja bertujuan memberikan dasar sistematik bagi manajer untuk memberikan reward, misalnya kenaikan gaji, tunjangan,
dan promosi, atau punishment misalnya pemutusan kerja, penundaan promosi, dan teguran. Sistem manajemen kinerja modern diperlukan
untuk mendukung sistem gaji berdasarkan kinerja atau disebut juga pembayaran yang berorientasi hasil.
e. Memotivasi pegawai; Pengukuran kinerja bertujuan meningkatkan motivasi pegawai.
Dengan adanya pengukuran kinerja yang dihubungkan dengan
manajemen kompensasi, maka pegawai yang berkinerja tinggi akan memperoleh reward.
f. Menciptakan akuntabilitas publik; Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong
terciptanya akuntabilitas publik. Pengukuran kinerja menunjukkan seberapa besar kinerja manajerial dicapai, seberapa bagus kinerja
finansial organisasi, dan kinerja lainnya menjadi dasar penilaian akuntabilitas.
5. Metode Penilaian Kinerja Menurut Griffin 2004: 432, dua kategori dasar dari metode
penilaian yang sering digunakan dalam organisasi yaitu metode objektif dan metode pertimbangan. Metode objektif menyangkut dengan sejauh
mana seseorang bisa bekerja dan menunjukkan bukti kemampuan bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, sedangkan metode pertimbangan
merupakan metode penilaian berdasarkan nilai rangking yang dimiliki oleh seorang karyawan, jika memiliki nilai rangking yang tinggi maka
artinya memiliki kualitas kinerja yang bagus. Wirawan 2009: 105, penilaian kinerja dilakukan secara formatif dan sumatif. Penilaian kinerja
secara formatif merupakan penilaian kinerja ketika karyawan sedang melakukan tugas, sedangkan penilaian kinerja dilakukan secara sumatif
dilakukan pada akhir periode penilaian. Selain itu, Fahmi 2010: 67, penilaian kinerja karyawan dapat dilakukan dengan pengumpulan data,
yaitu salah satunya dengan melakukan observasi.