4. Manfaat TMX
Hoof dalam Tarigan, 2012 mengatakan bahwa komunikasi dan berbagi pengetahuan dalam kolaborasi antar pekerja di dalam perusahaan
akan memberikan efektivitas individu untuk menghasilkan pengetahuan baru. Hal tersebut semakin memperjelas bahwa relasi antar karyawan
memberikan keuntungan bagi kedua pihak, yaitu karyawan sebagai individu dan anggota tim, serta bagi perusahaan. Pernyataan tersebut
didukung pula oleh Cabrera dan Cabrera dalam Tarigan et al., 2012 yang mengatakan bahwa kemampuan dan keahlian individu harus dapat
dibagikan kepada individu lainnya agar mereka dapat memaksimalkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kemajuan perusahaan. Berbagi
pengetahuan antar individual maupun antara departemen di dalam perusahaan merupakan suatu proses yang krusial. Maka dari itu, pada
dasarnya relasi tersebut perlu ditata dengan baik. Beberapa manfaat lain dari team member exchange Puspasari, 2012:
a. Seorang karyawan yang memiliki kualitas team member exchange
tinggi akan secara mandiri meningkatkan motivasinya agar dapat bekerja secara maksimal. Motivasi tersebut juga didapat melalui
interaksi yang terjalin ditambah dengan energi positif yang tercipta di dalam tim. Sebagai hasil, karyawan akan meningkatkan kinerjanya
melebihi tuntutan atau syarat yang diberikan. Dengan adanya relasi rekan kerja dalam sebuah tim, karyawan sebagai individu tentu akan
dapat berkembang seiring dengan peningkatan motivasi yang ia
rasakan. Hal tersebut otomatis akan memberi dampak positif pada perkembangan perusahaan tempat ia bekerja.
b. Interaksi dan proses saling mempengaruhi antar karyawan
memberikan pengaruh pada persepsi mereka akan iklim dalam tim Kotze dalam Puspasari, 2012. Anggota tim yang memiliki kualitas
team member exchange tinggi akan menggunakan kesempatan yang ada untuk bekerjasama dengan anggota lain dalam tim. Pernyataan
tersebut juga diperkuat oleh pendapat Cole dalam Puspasari, 2012 yang mengatakan bahwa interaksi yang terjalin antara anggota tim
dapat mempengaruhi persepsi masing-masing anggota tim akan iklim tim mereka. Seorang karyawan yang mengerjakan tugasnya secara
individual mungkin akan lebih mudah merasa bosan daripada jika ia bekerja bersama tim, karena ketika di dalam tim, anggota-anggotanya
dapat saling memotivasi. Selain itu, stres antar anggota tim bisa lebih berkurang jika ada kontak satu sama lain. Motivasi dalam tim
terbentuk karena setiap anggota terdorong untuk memenuhi tujuan tim itu sendiri. Motivasi tiap anggota juga dapat terdorong karena setiap
anggota akan merasa hasil kerjanya akan bepengaruh bagi kemajuan tim.
c. Team member exchange dapat meningkatkan komitmen afektif
karyawan di sebuah perusahaan Puspasari, 2012. Komitmen afektif terhadap organisasi secara umum merupakan kedekatan emosi,
identifikasi dan keterlibatan dengan organisasi Meyer dan Allen
dalam Puspasari, 2012. Individu yang tergabung dalam sebuah tim dengan team member exchange tinggi akan berinteraksi lebih banyak
dengan rekan kerjanya. Interaksi ini tentu dapat mengarah kepada kelekatan antar anggota tim yang berada di perusahaan. Semakin lekat
hubungan yang terjalin, maka individu akan semakin melihat persamaan yang dimiliki oleh perusahaan. Selain itu, individu akan
bersedia mengeluarkan usaha untuk mencapai tujuan perusahaan Pollack dalam Puspasari, 2012.
d. Team member exchange dapat memotivasi karyawan untuk
memberikan bantuan kepada rekan kerjanya. Seorang karyawan yang memiliki team member exchange tinggi akan bersedia memberikan
saran dan umpan balik mengenai cara kerja yang lebih baik, berkomunikasi, dan bertukar peran saat dibutuhkan. Hal ini diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan oleh Petty, Seers Cashman dan Wech dalam Puspasari, 2012 yang menunjukkan bahwa individu
yang memiliki kualitas team member exchange tinggi dapat mendorong terbentuknya tim yang efektif dan kohesif, selain itu
anggota tim akan merasa puas akan pekerjaannya secara umum. Lebih dari itu, adanya relasi rekan kerja akan membantu tim menyelesaikan
sebuah masalah yang kompleks. Hal tersebut secara tidak langsung akan menghasilkan anggota kelompok yang terintegrasi, unik, relevan,
dan tidak menutup kemungkinan dapat menghasilkan anggota-anggota yang memiliki banyak keahlian. Dengan adanya proses tersebut,
informasi yang mengalir akan lebih bervariasi dan solusi atas masalah yang dialami pun akan segera tercapai.
e. Interactional justice mengacu pada persepsi akan keadilan,
komunikasi interpersonal, dan perlakuan yang diterima dari orang lain dalam organisasi Bias dan Moag dalam Puspasari, 2012. Team
member exchange dengan kualitas tinggi akan membuat karyawan merasa diperlakukan secara adil karena ia mendapat timbal balik
positif atas usahanya di dalam tim. Penelitian yang dilakukan oleh Murphy et al. dalam Puspasari, 2012 menunjukkan bahwa kualitas
team member exchange berhubungan dengan international justice. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur TMX adalah TMX Quality Scale
yang dibuat oleh Seers dan diterjemahkan oleh Damayanie Puspasari, 2012. TMX Quality Scale milik Seers yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia dipilih sebagai instrumen penelitian ini karena dimensi dan itemnya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh tokoh TMX sendiri yaitu Seers.
C. Hubungan