Mutu Layanan Sarana dan Prasarana pada Perpustakaan dan Laboratorium di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan
MUTU LAYANAN SARANA DAN PRASARANA PADA
PERPUSTAKAAN DAN LABORATORIUM DI SMK NEGERI 2
KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Triwahyuni
NIM 1110018200033
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
i ABSTRAK
Triwahyuni (1110018200033). Mutu Layanan Sarana dan Prasarana pada perpustakaan dan laboratorium di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan. Skripsi Program Strata Satu (S1), di bawah bimbingan Dr. H. Fathi Ismail, MM. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
Observasi yang dilakukan pengamatan terkait kesediaan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium, serta observasi saat aktivitas di perpustakaan dan KBM di dalam laboratorium. Pihak yang di wawancara adalah kepala sekolah sebagai subjek penelitian, wakil kepala bidang sarana dan prasarana, kepala perpustakaan, kepala lab, kepala program dari tiga jurusan (akuntansi, multimedia, otomotif), tenaga perpustakaan, salah satu guru bidang studi bahasa sebagai sumber data, serta peserta didik sejumlah delapan belas orang di ambil dari kepengurusan OSIS yang aktif kelas XI dan XII dari tiga jurusan yang ada di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan sebagai informan. Studi dokumentasi dilakukan dengan pengambilan gambar secara langsung dan meminta arsip atau berkas-berkas kepada kepala lab, kepala perpustakaan, staf TU bagian sarana dan prasarana dan kurikulum.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium berjalan cukup baik. Karena sudah tersedianya perpustakaan dan lab sebagai wadah untuk peserta didik dalam menambah pengetahuan dan keterampilannya. Adanya pelayanan prima untuk kepuasan kepada peserta didik sebagai pemakai, tetapi dalam penyediaan kebutuhan di perpustakaan dan lab masih belum bisa tepat waktu. Peralatan dan perlengkapan di dalam perpustakaan dan lab juga masih ada yang belum diperbaiki, masih kurangnya pendidikan dan pelatihan untuk para kepala lab di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan.
Dalam hal ini, hendaknya lebih diutamakan lagi melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium sebagai alat penunjang dan pendukung peserta didik saat KBM, sehingga membuat peserta didik merasa nyaman, dan puas serta meningkatnya mutu layanan sarana dan prasarana.
(7)
ii
ABSTRACT
Triwahyuni (1110018200033). Quality Infrastructure Services in Library and Laboratories at SMK Negeri 2 South Tangerang. Skripsi Program Strata One (S1), under the guidance of Dr. H. Fathi Ismail, MM. Program Study of Management Education. Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 2014.
This research aims to find out the quality of infrastructures ervices in library and laboratories at SMK Negeri 2 South Tangerang. The method that used in this research is descriptive qualitative and the data collection techniques that used in this research are observations, interviews, and study documentations.
The observation that conducted related to the availability of infrastructures in Library and laboratories, as well as when the observation activities at the library and learning activities in the laboratory. Parties in the interview is the headmaster as a research subject, vice head of infrastructures, head of library, heads of laboratory, the head of study programs of the three majors (accounting, multimedia, automotive), library staff, one of the language teacher as a source of data, and the eighteen students in the organization OSIS class XI and XII from three study programs at SMK Negeri 2 South Tangerang as an informant. Study documentation was done by the image capture directly and asked for the archives or files to the head of library, heads of the laboratory, staff administrative in infrastructures and curriculum fields.
The results of this research showed that the quality of infrastructures services in library and laboratories is quite well. Because the availability of the library and laboratories as a place for students to increase their knowledge and skills. There are excellent service in order to the student’s satisfaction as a user, but in the provision of library and laboratory needs still not able to be timely. Equipment and tools in the library and laboratories also still not fixed, there is a lack of education and training for the heads of the laboratory at SMK Negeri 2 South Tangerang.
In this case, should more prefer to complete the needs of facilities and infrastructures in library and laboratories as a means of supporting students in learning activities so that make students feel comfortable and satisfied and increased quality of infrastructures services.
(8)
iii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum wr. wb
Alhamdulillah Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat di antaranya nikmat Iman, Islam, dan Ihsan dengan izin-Nya-Lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Mutu Layanan Sarana dan Prasarana pada perpustakaan dan laboratorium di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan”.
Shalawat serta salam penulis curahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta para pengikutnya hingga akhir zaman yang dijadikan sebagai suri tauladan bagi umat manusia menuju jalan yang di ridhai Allah SWT. Dari zaman kegelapan hingga zaman terang menderang, sehingga kita selaku umatnya yang senantiasa taat dan patuh mengikuti ajaran dan sunah beliau.
Dalam menyusun skripsi ini, tidaklah terlepas ucapan terimakasih syukur bahagia yang tiada terhingga sampai kapanpun untuk kedua orangtuaku tercinta Ayahanda (Alm) H. Saripudin Ibunda Hj. Nely Parmi yang selalu mendoa’akanku, mendidikku, dengan penuh keikhlasan, keridhoan dan kesabaran serta kasih sayangnya hingga saat ini, dan selalu memberikan semangat yang penuh makna dalam menuju hidup yang kaya amanah dan keberkahan, semoga Allah SWT senantiasa dan menjaga mereka dalam menuju keridhoan-Nya.
Selain itu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berkat bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang secara tulus dan ikhlas memberikan bantuannya baik secara moril maupun materil. Maka pada kesempatan ini penulis menghanturkan ucapan terimakasih kepadada:
1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’I, MA., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf;
(9)
iv
2. Bapak Drs. Hasyim Asy’ari, M. Pd., Ketua Prodi Manajemen Pendidikan; 3. Bapak Dr. H. Fathi Ismail, MM., Dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan serta motivasinya untuk menyelesaikan skripsi ini dan selaku dosen penasehat akademik penulis selama studi;
4. Para dosen yang telah memberikan ilmunya dalam mendidik dan membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini; 5. Seluruh staf jurusan, fakultas, perpustakaan tarbiyah, perpustakaan utama,
yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam hal administrasi dan peminjaman buku dari awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini;
6. Bapak Drs. H. Ambiar, M.Pd., Kepala SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan, yang telah menerima penulis dengan baik dan terbuka dalam melakukan penelitian, sehingga penulis dapat dengan mudah memperoleh data-data yang dapat mendukung penulisan skripsi ini;
7. Kepala perpustakaan, kepala laboratorium otomotif, multimedia dan akuntansi, bahasa, wakil kepala sarana dan prasarana, kepala program otomotif, akuntansi dan multimedia, tenaga perpustakaan, toolman otomotif dan salah satu guru bidang studi bahasa Inggris di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan, yang telah meluangkan waktu untuk penulis memperoleh data dalam melakukan penelitian skripsi ini;
8. Bapak Muchlis, S. Sos dan Bapak Yudhi Murdanto, SE selaku bagian Tata Usaha di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan, yang telah membantu memberikan arsip maupun dokumen kepada penulis sebagai pelengkap data dalam penyusunan skripsi ini;
9. Kepengurusan aktif OSIS SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan 2013/2014 kelas XI dan XII yang telah membantu penulis untuk memperoleh informasi dalam melakukan penelitian;
(10)
v
10.Seluruh stakeholder (Keluarga Besar) SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan yang telah menerima dengan baik kehadiran peneliti selama melakukan penelitian;
11.Rahmat Ali Syafar dan Melia Fitri (kakak kandung) serta Fildza Khalisha, (adik kandung), yang selalu mendo’akan dan memberikan motivasi kepada penulis dari awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini;
12.Seluruh saudara yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu namanya, yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini;
13.Para sahabat “Anak Saung” yang selalu, menghibur, mengisi waktu kekosongan di saat kuliah dengan kumpul bersama, bertukar pikiran, dan saling memotivasi;
14.Dwi Stianingsih sahabat yang selalu membantu dan menemani selama proses penyusunan skripsi dan penelitian di SMK Neger 2 Pondok Aren serta tempat saling bertukar pikiran;
15.Para sahabat ku tersayang Sri Purwanti, Aditia Rini Kusuma Wardani, Wulan Sari, dan Alpina Ilham, yang selalu memotivasi dan saling bertukar pikiran selama penyusunan skripsi;
16.Para Teman seperjuangan PPKT di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan atas kerjasama, dan kekompakkanya untuk membantu dan bertukar pikiran; 17.Para teman seperjuangan Manajemen Pendidikan Kelas A Tahun 2010, atas
kerjasama, kekompakkan, dan kekeluargaanya;
18.Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang turut membantu dan momotivasi selama perkuliahan hingga terselesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak mengalami hambatan dan kesulitan, baik yang menyangkut pikiran, tenaga, maupun waktu, semua berkat bantuan, doa dan bimibingan dari berbagai pihak baik moril
(11)
(12)
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK
………
i
KATA PENGANTAR
...
iii
DAFTAR ISI
...
vii
DAFTAR TABEL
...
x
DAFTAR LAMPIRAN
………
xi
DAFTAR ISTILAH
...
xii
DAFTAR SINGKATAN
... xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……… 1B. Identifikasi Masalah……… 5
C. Pembatasan Masalah……… 6
D. Perumusan Masalah………. 6
E. Tujuan Penelitian……… 7
F. Kegunaan Penelitian……… 7
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Mutu
1. Pengertian Mutu……….. 92. Karakteristik Mutu……….. 11
3. Pilar-Pilar Mutu……… 11
4. Peningkatan Mutu……… 13
B.
Layanan
1. Pengertian Pelayanan Prima……… 162. Prinsip-Prinsip Pelayanan Prima………. 17
(13)
viii
C.
Sarana dan Prasarana
1. Pengertian Sarana dan Prasarana………. 21
2. Standarisasi Sarana dan Prasarana………... 22
3. Prinsip-Prinsip Sarana dan Prasarana……… 23
4. Manajemen Sarana dan Prasarana……….. 24
D.
Perpustakaan dan Laboratorium
1. Pengertian Perpustakaan……….. 272. Standarisasi Perpustakaan……… 29
3. Fungsi Perpustakaan………. 38
4. Pengertian Laboratorium………. 40
5. Standarisasi Laboratorium………... 41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………. 49B. Latar Penelitian (Setting)………. 49
C. Metode Penelitian……… 50
D. Prosedur pengumpulan data……… 51
E. Instrumen penelitian……… 52
F. Pengolahan dan Analisis Data………. 56
G. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data……….. 57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi 1. Deskripsi Profil Sekolah a. Sejarah Singkat SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan……… 59b. Visi, Misi, dan Tujuan……….. 59
c. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan………… 61
d. Peserta Didik………. 64
(14)
ix
2. Deskripsi Data……… 67
B. Pembahasan 1. Keandalan (Reliability)………... 72
2. Daya Tangkap (Responsiveness)……… 77
3. Jaminan (Assurance)………... 79
4. Emphaty……….…. 81
5. Bukti Langsung (Tangible)………. 84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan………. 88(15)
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kompetensi Kepala Perpustakaan dan Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah
Tabel 2.2 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Perpustakaan SMK/MAK Table 2.3 Kompetensi Kepala Laboratorium, Teknisi Laboratorium, dan Laboran Tabel 2.4. Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Laboratorium Komputer
SMK/MAK
Tabel 2.5 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Laboratorium Bahasa SMK/MAK
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara untuk Kepala Sekolah
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara untuk Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Kepala Perpustakaan, Kepala Program Studi dari masing-masing bidang yang menggunakan ruang laboratorium, Tenaga Perpustakaan, dan perwakilan dari Tenaga Pendidik yang berhubungan erat dengan penggunaan ruang laboratorium dan ruang perpustakaan.
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara untuk Peserta Didik (seluruh pihak yang terlibat dalam struktural OSIS, kelas XI dan XII)
Tabel 4.1 Tenaga Pendidik SMK Negeri 2 Tangerang Selatan Tabel 4.2 Tenaga Kependidikan SMK Negeri 2 Tangerang Selatan Tabel 4.3 Peserta Didik SMK Negeri 2 Tangerang Selatan
Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana SMK Negeri 2 Tangerang Selatan Tabel 4.5 Daftar Nama Narasumber
(16)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Profil Perpustakaan
LAMPIRAN 2 :Laboratorium Otomotif, Laboratorium Bahasa,
Laboratorium Multimedia dan Akuntansi
LAMPIRAN 3 : Daftar Uji Referensi
LAMPIRAN 4 : Instrumen Wawancara dan Lembar Dokumentasi
LAMPIRAN 5 : Hasil Wawancara
LAMPIRAN 6 : Hasil Observasi Sarana dan Prasarana serta
Aktivitas di Perpustakaan dan Laboratorium
LAMPIRAN 7 : Surat Izin Bimbingan
Surat Izin Penelitian
Surat Keterangan Hasil Penelitian
LAMPIRAN 8 : Bukti Dokumentasi Ketika Observasi dan Wawancara
LAMPIRAN 9 :Hasil Dokumentasi Perpustakaan dan Laboratorium
LAMPIRAN 10 :Dokumentasi Gedung Sekolah
(17)
xii
DAFTAR ISTILAH
Ability : Kemampuan
Amplifier : Penguat (Istilah untuk elektronika)
Assist : Saling Membantu
Assurance : Jaminan
Biblia : Buku, Kitab
Bibliotheca : Perpustakaan
Conformance to requiretment : Sesuai yang disyaratkan dan standarkan Credibility dan Transferability : Kepercayaan dan Keteralihan
Customer : Pelanggan
Demand Driven : Kebutuhan Dunia Kerja
Earphone : Penyuara Kuping
Emphaty : Perasaan turut merasakan & memahami orang Excellent Service : Pelayanan Terbaik
External Customer : Pelanggan Luar (Masyarakat&Dunia Industri) Full Customer Satisfaction : Kepuasan Pelanggan Sepenuhnya
Hardware : Perangkat Keras
Headset : Gabungan antara headphone dan mikrofon Intenal Customer : Pelanggan dalam (siswa)
Keyboard : Alat untuk menuliskan perintah
Kindness : Saling Berbaik Hati
Library, Librier, Libri, Libraries : Buku
Listening : Mendengarkan
Maintenance : Pemeliharaan atau Perawatan
Microphone : Alat Mengubah Getaran Suara&getaran listrik
Mid Test : Ujian Tengah Semester
(18)
xiii
Overhead Projector : Jenis Perangkat Keras
Ready For Use : Siap Pakai
Reliability : Keandalan
Respect : Saling Menghormati
Responsiveness : Daya Tangkap
Satisfaction : Kepuasan
Service : Pelayanan
Software : Perangkat Lunak
Speaker : Pengeras Suara
Speaking : Berbicara
Stakeholder : Pihak Berkepentingan
Tangible : Bukti Langsung
Teamwork : Kerjasama
To Administer : Mengatur, Mengarahkan
To Look After : Memelihara
To Serve atau To Conduct : Melayani, Memantau, atau Mengarahkan
Together : Rasa Kebersamaan
Toolman : Orang yang Mengurusi Bagian Alat
Up to Date : Terbaru, Terkini, Terhangat
Update : Memperbaharui
Urgent : Mendesak, Penting
Vocal : Suara
Webcam : Kamera Video Berukuran Relatif Kecil
White Board Electric : Papan Tulis Elektronik Willingness : Saling Mematuhi
(19)
xiv
DAFTAR SINGKATAN
AC : Air Conditioning
AK : Akuntansi
AMK : Alat Mesin Kantor
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara
BK : Bimbingan Konseling
BSNP : Badan Standar Nasional Pendidikan CCTV : Closed Circuit Television
CD : Compact Disc
cm : Sentimeter
CPU : Central Processing Unit
CV : Curiculum Vitae
D2 : Diploma Dua
D4 : Diploma Empat
Diklat : Pendidikan dan Pelatihan Diknas : Pendidikan Nasional Ditjen : Direktoral Jenderal
Dll : Dan lain-lain
Dsb : Dan sebagainya
DU/DI : Dunia Usaha/Dunia Industri DVD : Digital Video Disc
HP : Handphone
HPP : Harga Pokok Produksi
Hubin : Hubungan Industri
HUMAS : Hubungan Masyarakat
(20)
xv
IMTAQ : Iman dan Taqwa
IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi K3 : Kebersihan, Keamanan, Kesehatan KBM : Kegiatan Belajar Mengajar
Kemenag : Kementerian Agama
Kemendikbud : Kementerian Pendidikan dan Budaya KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
lab : Laboratorium
LITBANG : Penelitian dan Pengembangan LKS : Lembar Kerja Siswa
m2 : Meter Persegi
Mendiknas : Menteri Pendidikan Nasional
MM : Multimedia
OB : Office Boy
OSIS : Organisasi Siswa PNS : Pegawai Negeri Sipil
PPKT : Praktek Profesi Keguruan Terpadu Prakerin : Praktek Kerja Industri
S1 : Sarjana
SD : Sekolah Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
SK : Surat Keterangan
SMA/MA : Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
SMK/MAK : Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan SMP : Sekolah Menengah Pertama
SOP : Standar Operational Procedure
SOSBUD : Sosial Budaya
(21)
xvi Tangsel : Tangerang Selatan
TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi TKR : Teknik Kendaraan Ringan
TSM : Teknik Sepeda Motor Tupoksi : Tugas Pokok dan Fungsi
TV : Televisi
UKG : Uji Kompetensi Guru UKK : Ujian Kompetensi Keahlian UPS : Uninterruptible Power Supply VCD : Video Compact Disk
Waka : Wakil Kepala
Wakasek : Wakil Kepala Sekolah Wifi : Wireless Fidelity
(22)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang untuk kelancaran kegiatan operasional di sekolah, maka kepala sekolah sebagai pemimpin harus memperhatikan perkembangan atau kemajuan sarana dan prasarana di sekolah agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Salah satu sarana dan prasarana yang perlu diperhatikan dengan baik terutama oleh kepala sekolah sebagai pemimpin dan bekerja sama dengan para bawahannya untuk meningkatkan mutu layanan adalah perpustakaan dan laboratorium
Perpustakaan dan laboratorium merupakan faktor pendukung atau penunjang kelancaran Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah, karena dengan adanya perpustakaan dapat meningkatkan minat baca peserta didik, mengisi waktu kekosongan disaat guru tidak hadir. Perpustakaan memegang peranan sangat penting dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Karena tugas utama perpustakaan sekolah ialah penunjang kurikulum, bahan pustaka dikaitkan dengan kurikulum sekolah. Tersedianya perpustakaan dapat memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan membaca bahan pustaka yang mengandung ilmu pengetahuan sesuai kurikulum di sekolah maupun ilmu pengetahuan umum lainnya.
Laboratorium adalah ruangan khusus yang digunakan untuk mempraktekkan hasil teori yang didapat selama kegiatan pembelajaran di ruang kelas. Biasanya laboratorium ini berisi alat-alat atau perangkat yang digunakan untuk kegiatan praktek. Tersedianya ruang laboratorium di sekolah dapat membuat peserta didik menjadi lebih cepat memahami pelajaran tersebut, karena langsung terjun mempraktekkan teori yang di dapat. Selain itu dengan adanya kegiatan praktek di sekolah maka dapat memotivasi peserta didik untuk mencoba kembali teori
(23)
yang di dapatkannya di rumah, jika alat atau perangkat yang digunakan peserta didik tersedia di rumah ataupun mudah ditemukan di pasaran dan harganya pun masih terjangkau oleh peserta didik.
Sarana dan prasarana pada perpustakaan perlu direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu terhadap benda-benda pendidikan, agar senantiasa siap pakai (ready for use) dalam proses belajar mengajar, sehingga proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kepala sekolah harus lebih memperhatikan kembali dalam hal layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium karena menjadi faktor penunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar secara efektif dan tercapainya tujuan pendidikan.
Layanan dalam perpustakaan dan laboratorium sekolah intinya adalah untuk menciptakan kondisi perpustakaan dan laboratorium sekolah sedemikian rupa, sehingga perpustakaan dan laboratorium sekolah menjadi tempat penunjang untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Sebab, dengan kondisi perpustakaan dan laboratorium yang baik dalam artian lengkap, nyaman, dan strategis, maka siswa akan merasa semangat untuk mengunjungi perpustakaan dan praktek di laboratorium. Sehingga akan memunculkan daya kreatif siswa yang lebih baik, dan memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi mengembangkan dan mendalami pengetahauan atau teori yang diperolehnya di kelas untuk di praktekkan. Di terimanya layanan yang baik dan merasa puas peserta didik dalam menggunakan fasilitas perpustakaan dan laboratorium, dengan itu maka mutu dalam layanan tersebut dapat menjadi meningkat.
Mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya, dalam hal ini untuk meningkatkan mutu layanan harus berfokus pada pelanggan, karena dengan meningkatnya kepuasaan pelanggan maka mutu layanannya pun akan baik. Mutu pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia sangat penting maknanya bagi pembangunan nasional. Bahkan dapat dikatakan masa
(24)
3
depan bangsa terletak pada keberadaan pendidikan yang berkualitas pada masa kini, pendidikan yang berkualitas hanya akan muncul apabila terdapat lembaga pendidikan yang berkualitas. Karena itu meningkatnya mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium merupakan titik strategi dalam upaya untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas.
Menurut Muhaimin dalam dasar ajaran Islam, sebagaimana dikutip oleh
Mulyadi “mutu merupakan realisasi dari ajaran ihsan, yakni berbuat baik kepada
semua pihak disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepada manusia dengan aneka nikmat-Nya, dan dilarang berbuat kerusakan dalam bentuk apapun”.1 Sebagaimana yang tersebut dalam Al-Qur’an surat al Qashash (28): 77 “:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kau melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan”.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan kita harus berbuat baik atas yang telah dianugerahkan oleh Allah, dan berbuat baiklah kepada orang lain. Jika dikaitkan dalam meningkatkan mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium, maka seorang pemimpin yaitu kepala sekolah
1Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Mengembangkan Budaya Mutu, (Jakarta: Badan LITBANG dan DIKLAT Kementerian Agama RI, 2010), h. 37-38
(25)
harus berbuat baik kepada peserta didik sebagai pemakai utama perpustakaan dan laboratorium untuk memberikan layanan prima agar peserta didik merasa puas dan termotivasi untuk mengunjungi perpustakaan, meningkatnya minat baca siswa, dan semangat untuk belajar. Janganlah kepala sekolah hanya menikmati kenikmatan kebahagiaan dalam menempati jabatannya tanpa melakukan kebaikan.
Sebagaimana seseorang harus bekerja secara optimal dan komitmen terhadap proses dan hasil kerja yang bermutu atau sebaik mungkin, selaras dengan ajaran ihsan. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat an-Nahl (16): 90:2
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran”.
Dan seseorang harus bekerja secara efisien dan efektif atau mempunyai daya guna yang setinggi-tingginya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat al Sajadah (32): 7:3
………
“Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya.…”
Terwujudnya mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium dengan memberikan layanan prima kepada peserta didik sebagai
2Ibid., h. 40-41.
(26)
5
pemakai utama dalam lingkup sekolah di dunia pendidikan. Dalam berlangsungnya kegiatan sekolah, unsur manusia merupakan unsur yang sangat penting, karena bermutunya layanan sarana dan prasarana dan kelancaran jalannya pelaksanaan program sekolah sangat ditentukan oleh manusia-manusia yang menjalankannya terutama kepala sekolah sebagai pemimpin yang bekerja sama dengan para stakeholder lainnya yang diberi tanggungjawab terkait dalam sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium..
Berdasarkan hasil observasi awal, penulis masih melihat beberapa kelemahan yang terjadi yaitu masih rendahnya kerjasama antarsesama stakeholder dan atasan, kurang cepatnya menanggapi kebutuhan perpustakaan dan laboratorium, masih lemahnya komunikasi antara kepala sekolah dengan peserta didik terkait perkembangan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium, kurangnya pemberian jaminan pelatihan kepada stakeholder yang diberi tanggungjawab untuk diberikan pelatihan dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keahlian. Dengan ini penulis akan berusaha memaparkan: “Mutu Layanan Sarana dan Prasarana pada Perpustakaan
dan Laboratorium di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di identifikasikan berbagai permasalahan antara lain:
1. Kurang cepat dalam merespon kebutuhan-kebutuhan pada perpustakaan dan laboratorium;
2. Kurang efektifnya dalam meningkatkan mutu layanan perpustakaan dan laboratorium;
3. Kurangnya mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium;
(27)
4. Masih kurangnya peserta didik yang mengunjungi perpustakaan dan masih kurang termotivasinya peserta didik belajar di laboratorium;
5. Kurangnya dalam mempromosikan kepada peserta didik mengenai pentingnya perpustakaan dan laboratorium sebagai penunjang kelancaran proses belajar;
6. Terbatasnya kesiapan anggaran dalam meningkatkan mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium;
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, untuk mempermudah dan mengarahkan penelitian ini, maka fokus penelitian dapat dibatasi dengan “Mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan”.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana meningkatkan mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan?”
E.
Tujuan Penelitian
Untuk memperjelas sasaran yang akan dicari melalui penelitian ini adalah sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menemukan gambaran terhadap mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium yang dirasakan oleh perserta didik di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan;
(28)
7
2. Untuk menemukan hambatan selama perkembangan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan;
3. Untuk mengkaji terkait meningkatkan mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan.
F.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai kajian ilmiah maupun bentuk aplikasi langsung dalam hal meningkatan mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium. Adapun hasil penelitan ini berharap akan berguna antara lain:
1. Bagi diri sendiri
Menambah pengalaman selama melakukan penelitian dan menambah wawasan mengenai peningkatan mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium.
2. Bagi sekolah
Memberikan masukan khususnya dalam meningkatkan mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium guna terjadinya peningkatan layanan yang lebih bermutu dan citra sekolah menjadi lebih baik.
3. Bagi Universitas
Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi para mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah dan menambah kepustakaan bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).
(29)
Sebagai tambahan pengetahuan serta bahan perbandingan bagi peneliti yang berkenaan dengan masalah kepemimpinan terhadap mutu layanan sarana dan prasarana pada perpustakaan dan laboratorium.
(30)
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Mutu
1. Pengertian Mutu
Sudarwan Danim, sebagaimana dikutip oleh Euis Karwati & Donni Juni Priansa mengemukakan “Mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang dan jasa. Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan jasa itu bermakna dapat di lihat dan tidak dapat di lihat, tetapi dapat di rasakan”.1
Menurut Juran, sebagaimana dikutip oleh Suryadi mengemukakan mutu adalah Kesesuaian dengan tujuan dan manfaatnya. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa mutu didefinisikan sebagai M-Kecil dan M-Besar. M-Kecil adalah mutu dalam arti sempit, berkenaan dengan kinerja bagian sekolah, dan tidak dikaitkan dengan kebutuhan semua jenis pelanggan. M-Besar adalah mutu dalam arti luas, berkenaan dengan seluruh kegiatan sekolah yang dikaitkan dengan kebutuhan semua jenis pelanggan.2
Goetsch dan Davis, sebagaimana dikutip oleh Engkoswara & Aan Komariah mengemukakan ”Mutu merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi dan melebihi harapan”.3
Dalam pandangan Ariani, sebagaimana
dikutip oleh Suryadi mengemukakan ”Mutu memerlukan suatu proses
perbaikan yang terus-menerus yang dapat diukur baik secara individual, sekolah, korporasi, dan tujuan kinerja Nasional”.4
1Euis Karwati & Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah, (Bandung: ALFABETA, 2013), Cet. I, h. 15.
2Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah Kosep dan Aplikasi, (Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa, 2009), h. 23.
3Engkoswara & Aan Komariah, AdministrasiPendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2012), Cet. III, h. 304.
(31)
”Mutu adalah kemampuan (ability) yang dimiliki oleh suatu produk atau jasa (services) yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan kepuasan (satisfaction) pelanggan (customers) yang dalam pendidikan dikelompokkan menjadi dua, yaitu internal customer (siswa sebagai pembelajar) dan external customer (masyarakat dan dunia industri).”5
Menurut Crosby, sebagaimana dikutip oleh Abdul Hadis & Nurhayati
mengemukakan “Mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan”. Menurut Deming, sebagaimana dikutip oleh Abdul Hadis & Nurhayati mengemukakan “Mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan
kepuasan bagi konsumen”.6
Dari beberapa pengertian di atas, penulis sependapat dengan Sudarwan Danim, sebagaimana dikutip oleh Euis Karwati & Donni Juni Priansa bahwa mutu adalah keunggulan sebuah produk atau hasil kerja, baik berupa barang dan jasa pada suatu proses atau kegiatan yang dijalankannya guna tercapainya tujuan yang diharapkan, sehingga hasilnya memuaskan untuk si penerima barang dan jasa maupun penyalur atau pemberi barang dan jasa tersebut.
Penjelasan mutu lainnya yang telah dijelaskan di atas, memiliki maksud yang sama yaitu mutu berkaitan dengan kepuasan pelanggan dari barang dan jasa yang diberikan, karena mutu mengarah kepada sesuatu yang terbaik, bagus, dan terpercaya. Maka dengan mutu yang lebih tinggi memungkinkan meningkatnya kepuasan yang diterima oleh pelanggan. Dalam konteks pendidikan, mutu mengacu pada proses dan hasil pendidikan untuk
5Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 2.
6Abdul Hadis&Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2012), Cet. II, h. 85.
(32)
11
memuaskan siswa sebagai pembelajar, masyarakat (orang tua) dan dunia industri.
2. Karakteristik Mutu
Mutu dalam pendidikan memiliki karakteristik yang khas, karena pendidikan bukanlah industri. Dalam pendidikan, produk pendidikan itu bukanlah barang (goods) tetapi layanan (services). User (pelanggan) pendidikan ada yang bersifat internal dan eksternal. Guru dan peserta didik adalah pemakai jasa pendidikan yang bersifat internal. Sedangkan orang tua, masyarakat dan dunia kerja adalah pemakai eksternal jasa pendidikan. Pemakai itu perlu mendapat perhatian karena mutu dalam pendidikan harus memenuhi kebutuhan, harapan, dan keinginan semua pemakai (stakeholders). Dalam hal ini pemakai yang menjadi fokus utama pendidikan adalah peserta didik. Peserta didik yang menjadi alasan utama di selenggarakan pendidikan, dan peserta didik pula yang menyebabkan keberadaan lembaga maupun sistem pendidikan.7
Karakteristik mutu terdiri dari barang dan jasa, orang yang menggunakan disebut pelanggan, baik dari internal maupun eksternal. Di dunia pendidikan yang menjadi fokus utama memakai barang dan jasa serta menilai bermutu atau tidak yaitu peserta didik, karena peserta didik alasan utama diselenggarakan pendidikan. Faktor pendukungnya yaitu orang tua, masyarakat, dan dunia kerja.
3. Pilar-Pilar Mutu
Menurut Tjiptono, sebagaimana dikutip oleh Daryanto&Ismanto
Setyobudi “pilar-pilar mutu yaitu: berfokus pada pelanggan, obsesi terhadap
(33)
mutu, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim,
perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan”.8 Pada umumnya sekolah yang bermutu berpegang pada pilar-pilar mutu sebagai berikut:
a. Fokus pada kostumer
Sekolah memiliki kostumer internal dan eksternal. Kostumer internal adalah orang tua, siswa, guru, administrator, staf dan dewan sekolah yang berada di dalam sistem pendidikan. Kostumer eksternal adalah masyarakat, perusahaan, keluarga, militer, dan perguruan tinggi yang berada di luar organisasi, namun memanfaatkan output proses pendidikan.
b. Keterlibatan total
Mutu bukan hanya tanggung jawab dewan sekolah atau pengawas. Mutu merupakan tanggung jawab semua pihak. Mutu menuntut setiap orang yang memberi kontribusi bagi upaya mutu.
c. Pengukuran
Sekolah tidak dapat memenuhi standar mutu yang ditetapkan masyarakat, sekalipun ada sarana untuk mengukur kemajuan berdasarkan pencapaian standar tersebut.
d. Pendidikan sebagai sistem
Pendidikan sebagai sistem memiliki sejumlah komponen, seperti siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana, media, sumber belajar, orang tua, dan lingkungan. Di antara komponen-komponen tersebut terjalin hubungan yang berkesinambungan dan keterpaduan dalam pelaksanaan sistem.
8Daryanto&Ismanto Setyobudi, Konsumen dan Pelayanan Prima, (Yogyakarta; Gava Media, 2014), Cet. I, h. 126-127.
(34)
13
e. Perbaikan berkelanjutan
Para professional pendidikan harus secara konstan menemukan cara untuk menangani masalah yang muncul, mereka harus memperbaiki proses yang dikembangkannya dan membuat perbaikan yang diperlukan.9
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pilar-pilar mutu merupakan prinsip-prinsip yang harus dipegang untuk mewujudkan sesuatu yang bermutu. Dalam dunia pendidikan yaitu sekolah yang bermutu harus berfokus kepada pelanggan, keterlibatan total/kerjasama tim, perbaikan berkelanjutan, pendidikan dan pelatihan. Pilar-pilar tersebut hendaknya diterapkan oleh sekolah agar pelanggan yang memakai barang dan jasa merasa puas, dan pendidikan di sekolah tersebut menjadi bermutu.
4. Peningkatan Mutu
Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai, dan faktor-faktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni aspek mutu hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut. Peningkatan mutu sekolah secara umum dapat diambil bersamaan dengan strategi membangun akuntabilitas pendidikan dengan pola kepemimpinan.10
Ada 10 hal yang dapat dilakukan untuk peningkatan mutu yaitu: (1) setiap orang bekerja untuk pelanggan; (2) mengenali pelanggan secara akrab; (3) membangun mutu dalam produk atau jasa; (4) mengembangkan gairah fokus pelanggan; (5) melatih staf; (6) memberdayakan karyawan; (7) terus menerus mengukur; (8) memberikan pengakuan dan imbalan; (9) mencari cara-cara baru; (10) membuat menjadi lebih baik.11
9Nana Syaodih Sukmadinata, dkk. Pengendalian Mutu Sekolah Menengah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), Cet. II, h. 12-13.
10Priansa, op, cit., h. 60.
(35)
Peningkatan mutu pendidikan merupakan titik strategi dalam upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas. Peningkatan mutu pendidikan ini bertumpu pada lembaga itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik, pemberdayaan semua komponen lembaga pendidikan untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat.12
Menurut Fattah (1999:25), sebagaimana dikutip oleh Engkoswara & Aan Komariah menjelaskan bahwa meningkatkan mutu pendidikan difokuskan pada tiga faktor yaitu: (1) kecukupan sumber-sumber pendidikan dalam arti tenaga kependidikan, biaya, sarana belajar; (2) mutu proses belajar yang mendorong siswa belajar efektif; dan (3) mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai.13
Upaya peningkatan mutu dalam bidang pendidikan difokuskan kepada mutu proses pendidikan, inti dari proses pendidikan adalah pembelajaran peserta didik. Proses pembelajaran ini mencakup sejumlah unsur utama yang mendasar yang membentuk mutu pembelajaran. Unsur-unsur tersebut adalah tujuan pembelajaran, isi kurikulum, guru, sarana dan prasarana, dana, manajemen dan evaluasi. Tujuan utama dalam peningkatan mutu adalah ketepatan dan kejelasannya.14
“Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan media pembelajaran, serta perbaikan
sarana dan prasarana pendidikan”.15
Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia dan mempengaruhi semua pihak yang terlibat
12E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. XI, h. 217.
13Komariah, op, cit., h. 313. 14Priansa, op. cit., h. 51.
15E. Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), Cet. I, h. 158.
(36)
15
dalam kegiatan pendidikan di sekolah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan sekolah.16
Dari penjelas di atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam peningkatan mutu sekolah maupun perkembangan teknologi mengharuskan sekolah secara terus-menerus mencari altenatif perbaikan serius dalam praktik pengajaran dan penciptaan sumber belajar. Peningkatan mutu terutama ditujukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang paling efektif, tepat dan berdaya guna serta mampu meningkatkan keterampilan belajar sepanjang hayat pada anak didiknya.
Dalam usaha meningkatkan mutu sekolahnya, seorang kepala sekolah dapat memperbaiki dan mengembangkan fasilitas sekolah, meningkatkan mutu guru-guru dan seluruh staf sekolah, adanya keterbukaan guru-guru dalam bersikap, kreatif dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Semua ini hanya terjadi apabila mereka berada dalam suatu suasana kerja yang menyenangkan, aman dan menantang.
Peningkatan mutu dapat dilakukan dengan adanya pemberian pelayanan penyelenggaraan pendidikannya, ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana, kuantitas dan kualitas tenaga kependidikan, siswanya berprestasi akademik, terciptanya kepuasaan dan kepercayaan orang tua pada sistem pendidikan, dan kemampuan kompetensi lulusan dapat di pakai dalam kehidupannya dan dunia bisnis.
Pelimpahan wewenang, inisiatif dan rasa tanggung jawab, guru dan staf lainnya dapat lebih terdorong untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik, dukungan sumber daya juga dapat digerakkan, visi, misi dan tujuan sekolah sangat penting bagi strategi manajemen, serta pemberian jasa layanan pendidikan di sekolah dapat meningkatkan mutu dan memuaskan pelanggan.
(37)
Peningkatan mutu pendidikan lainnya adalah komitmen pada perubahan, jika semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas, dan kualitas layanan pendidikan. Mutu pendidikan dapat ditingkatkan jika administrator, guru, staf, pengawas, dan pimpinan kantor Diknas mengembangkan sikap yang terpusat pada kepemimpinan, teamwork, dan akuntabilitas. Selain itu untuk peningkatan mutu perlu adanya sistem pengukuran, dengan menggunakan sistem pengukuran memungkinkan profesional pendidikan dapat memperlihatkan dan mendokumentasikan nilai tambah dari pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan, baik terhadap siswa, orang tua maupun masyarakat.
B. Layanan
1. Pengertian Pelayanan Prima
“Pelayanan prima merupakan terjemahan istilah “Excellent Service” yang secara harfiah berarti terbaik atau sangat baik, disebut sangat baik atau terbaik karena sesuai dengan standar yang berlaku atau dimiliki instansi
pemberi pelayanan”.17
Pelayanan prima dalam arti singkatan, yaitu: “Pantas” (Biaya hemat,
Mutu hebat, Waktu tepat (BMW); “Empati” (penuh perhatian); “Langsung” (cepat); “Akurat” (tepat); “Yakin” (dipercaya); “Aman”; “Nyaman”; “Alatnya” (lengkap dan modern); “Nyata” (bukan sekedar janji); “Perkataan” (sopan); “Rahasia” (terjamin); “Informasi (dikuasai, lengkap, dan mutakhir); “Mudah”, dan “Akuntabel”
(Bertanggung jawab).18
“
Pelayanan prima adalah pelayanan dengan standar kualitas yang tinggi dan selalu mengikuti perkembangan kebutuhan yang tinggi, dan
17Setyobudi, op. cit., 107.
18Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006, Cet. I, h. 1.
(38)
17
perkembangan kebutuhan pelanggan setiap saat, secara konsisten dan akurat
(handal)”.19
“
Pelayanan prima adalah pelayanan terbaik yang diberikan perusahaan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan, baik pelanggan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan”.20
Dari beberapa pengertian di atas penulis simpulkan bahwa pelayanan prima adalah pelayanan yang diberikan kepada pengguna barang atau jasa minimal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan guna memberikan pelayanan yang terbaik, sehingga orang dilayani merasa puas, senang, dan terpenuhi harapannya.
Layanan prima sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, agar peserta didik di sekolah merasa puas dengan layanan yang di dapatkannya dan memperlancar proses pembelajaran secara optimal. Dalam pemberian layanan jangan setengah-setengah, tetapi harus tuntas agar peserta didik sebagai pihak yang dilayani merasa puas dan dapat meningkatkan kepercayaan terhadap sekolah, karena layanan prima merupakan salah satu upaya yang menumbuhkan kepercayaan pelanggan, oleh karena itu untuk mencapai kepuasan dari pelanggan, perlu dekat dengan pelanggan.
2. Prinsip-Prinsip Pelayanan Prima
“Lima prinsip pelayanan prima yaitu; (a) mengutamakan pelanggan; (b) sistem yang efektif; (c) melayani dengan hati; (d) perbaikan yang berkelanjutan; (e) memberdayakan pelanggan”.21
Adapun prinsip pelayanan prima yang lainnya adalah: a) Melayani berdasarkan penampilan yang sopan dan serasi; b)Melayani dengan berfikiran positif, sehat, dan logis; c) Melayani dengan sikap menghargai;
d)Mendengarkan dan memahami sungguh-sungguh kebutuhan pelanggan;
19Nina Rahmayanty, Manajemen Pelayanan Prima, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 18. 20Setyobudi, op. cit., h. 1.
(39)
e) Mengamati dan menghargai perilaku pelanggan; f) Mencurahkan perhatian penuh kepada pelanggan; g)Mencatat setiap pesanan pelanggan;
h)Mencatat kebutuhan pelanggan;
i) Menegaskan kembali kebutuhan pelanggan; j) Mewujudkan kebutuhan pelanggan;
k)Menyatakan terima kasih dengan harapan pelanggan mau kembali.22
Suatu layanan mempunyai prinsip-prinsip yang sama atau berdekatan, prinsip-prinsip itu antara lain: (a) sesuai atau untuk kebutuhan masyarakat yang dilayani; (b) di usahakan berlangsung cepat, tepat, mudah dan sederhana; (c) diciptakan kesan yang menarik dan menyenangkan atau memuaskan pemakai/penerima layanan.23
Dari beberapa pengertian di atas, penulis setuju dengan pendapat Daryanto & Ismanto Setyobudi yang menerapkan lima prinsip pelayanan prima. Prinsip ini perlu di terapkan dalam memberikan layanan agar pelanggan mendapatkan kepuasaan, sehingga meningkatnya pelanggan yang merasa nyaman dan puas terhadap layanan yang diberikan. Lima prinsip ini secara umum sama dengan prinsip-prinsip lain yang telah dijelaskan di atas, yang membedakan prinsip ini lebih ringkas tetapi mengandung penuh makna.
3. Peningkatan Mutu Layanan
Ada lima dimensi layanan yang harus di wujudkan untuk meningkatkan mutu layanan sehingga pelanggan puas, yakni:
a. Keandalan (Reliability)
Kemampuan memberikan layanan sesuai dengan yang di janjikan secara tepat waktu, akurat dan memuaskan.
22Ibid., h. 119-120.
23Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Sagung Seto, 2006), Cet. II, h. 190.
(40)
19
b. Daya tangkap (Responsiveness)
Kemampuan para tenaga kependidikan untuk membantu para peserta didik dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
c. Jaminan (Assurance)
Jaminan mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, respect terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para tenaga kependidikan, bebas dari bahaya resiko atau keraguan-keraguan.
d. Emphaty
Kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, memahami kebutuhan peserta didik, dan memberi perhatian penuh kepada peserta didik.
e. Bukti Langsung (Tangible)
Iklim sekolah yang kondusif, meliputi: fasilitas fisik, perlengkapan, tenaga kependidikan, dan sarana komunikasi.24
Ada tujuh langkah pendekatan untuk meningkatkan mutu layanan yaitu komitmen manajemen puncak; kenali pelanggan anda secara dekat; mengembangkan standar kinerja pelanggan; angkat, latih, dan beri imbalan staf yang baik; berikan imbalan pada prestasi mutu layanan; tetaplah dekat dengan pelanggan; menciptakan perbaikan berkesinambungan.25
Beberapa upaya layanan prima yang diberikan untuk peningkatan mutu layanan:
a. Disiplin kehadiran guru; b. Sikap ramah guru;
c. Sikap ramah dan layanan yang cepat dari para tenaga kependidikan;
d. Memberi penghargaan/pujian yang wajar kepada peserta didik yang berprestasi;
24Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, op, cit., h. 227-228. 25Gerson, op, cit., h. 13-17.
(41)
e. Memberi teguran/hukuman yang wajar dan tanpa menyinggung perasaan terhadap peserta didik yang melakukan pelanggaran; f. Memberi layanan tambahan bagi peserta didik yang memerlukan
tambahan belajar;
g. Bersikap ramah dan kooperatif dengan masyarakat dan orang tua; h. Membantu peserta didik secara optimal dalam menghadapi dan
memecahkan berbagai masalah;
i. Menjaga keharmonisan dengan instansi terkait baik atasan maupun lainnya;
j. Melakukan perbaikan secara berkesinambungan dengan memperbaiki layanan yang kurang memuaskan.26
Dimensi pelayanan prima Gaspersz, sebagaimana dikutip oleh Daryanto&Ismanto Setyobudi menyatakan bahwa ada beberapa dimensi yang harus diperhatikan untuk meningkatkan mutu layanan yaitu: ketetapan waktu layanan, akurasi layanan berkaitan dengan reliabilitas layanan, kesopanan dan keramahan dalam pelayanan, tanggung jawab, kelengkapan berkaitan dengan sarana, kemudahan mendapatkan pelayanan, variasi model layanan seperti inovasi, pelayanan pribadi berkaitan dengan penanganan permintaan khusus, kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, dan atribut pendukung layanan lainnya seperti kebersihan.27
Dari beberapa penjelasan di atas, penulis setuju dengan pedapat E. Mulyasa, dalam buku menjadi kepala sekolah profesional, karena dengan menggunakan dimensi-dimensi yang terkelompokkan lebih jelas terkait pada peningkatkan mutu layanan, tetapi bahwasannya secara keseluruhan dari penjelasan peningkatan mutu layanan di atas itu sama. Pada penggunaan dimensi-dimensi ini hanya lebih terkelompokkan.
Dalam konteks pendidikan bahwa langkah yang harus di siapkan untuk meraih mutu dalam layanan pendidikan di sekolah, di mulai dari proses persiapan, perencanaan dan pelaksanaan. Mutu terletak pada produk (lulusan) dan pelayanan jasa pendidikan. Kepuasan pelanggan baik internal
26Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, op, cit., h. 36. 27Setyobudi, op. cit., h. 128-129.
(42)
21
maupun eksternal menjadi tumpuan kepala sekolah. Tanggung jawab dibagi kepada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah.
Tenaga pendidik mendidik demi meraih harapan peserta didik. Siapkan peserta didik memasuki sekolah bermutu, bantu peserta didik menjadi manusia berguna, ini suatu tindakan yang bijak. Sebaliknya bukan membiarkan peserta didik tumbuh tanpa arah meskipun berada dalam payung sekolah. Tanpa arah dan pegangan nilai maka hal ini adalah suatu kekejaman dan kesesatan untuk peserta didik dalam menghambat peningkatan mutu sekolah, sedangkan tenaga kependidikan membantu kepala sekolah yang lebih terfokus ke dalam bagian administrasi.
C.
Sarana dan Prasarana
1. Pengertian Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang di perlukan dalam proses
pembelajaran baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien.28 Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar.
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapaun yang dimaksud prasarana pendidikan adalah fasilitas secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sekaligus lapangan olahraga, kompenen tersebut merupakan sarana pendidikan.29
28Daryanto&Mohammad Farid, Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Yogyakarta: GAVA MEDIA, 2013), Cet I. h. 103.
29E, Mulyasa, ManajemenBerbasisSekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. VII, h. 49.
(43)
Sarana dan prasarana adalah semua benda bergerak maupun yang tidak bergerak yang di perlukan untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung.30
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan merupakan sumber belajar bagi komunitas sekolah,
khususnya guru dan murid. “Sumber belajar atau sumber pembelajaran”
baik benda bergerak ataupun tidak bergerak dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga di peroleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang di perlukan. Sarana dan prasarana juga dijadikan sebagai faktor keberhasilan sekolah, maka hal ini perlu pendayagunaan semua perlengkapan sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien.
2. Standarisasi Sarana dan Prasarana
Dalam pasal 42 secara tegas disebutkan bahwa:
a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku, dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjag proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
b. Setiap satuan pendidkan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang di perlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.31
30Soetjipto&Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. IV, h. 170. 31Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
(44)
23
“Standar prasarana untuk SMK/MAK sekurang-kurangnya di kelompokkan menjadi tiga kelompok ruang, yaitu: ruang pembelajaran umum, ruang penunjang, dan ruang pembelajaran khusus.”32
Kepala sekolah sebagai pemimpin dan penentu keberhasilan sekolah, sangat perlu memperhatikan standarisasi yang telah di jelaskan di atas, dalam pengadaaan sarana dan prasarana karena sarana dan prasarana merupakan sebuah fasilitas baik benda bergerak ataupun tidak bergerak yang digunakan sebagai faktor penunjang segala aktivitas di sekolah. Jika kurangnya sarana dan prasarana yang disediakan di sekolah, maka akan menjadi penghambat kelancaran aktivitas yang dilakukan di sekolah dan kurang berjalan secara efektif dan efisien.
3. Prinsip – Prinsip Sarana dan Prasarana
Ada beberapa prinsip yang perlu di perhatikan dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Prinsip-prinsip yang di maksud adalah:
a. Prinsip pencapaian tujuan
Sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus selalu dalam kondisi siap pakai apabila akan didayagunakan oleh personel sekolah dalam rangka pencapaian tujuan proses pembelajaran di sekolah.
b. Prinsip efesiensi
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan sarana dan prasarana pendidikan yang baik dengan harga yang relatif murah. Demikian juga pemakaiannya harus dengan hati-hati sehingga mengurangi pemborosan, untuk itu perlengkapan
32Barnawi & M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012, Cet. I, h. 85.
(45)
sekolah hendaknya di lengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaannya.
c. Prinsip adminstratif
Manajemen sarana dan prasana pendidikan di sekolah harus selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, intruksi, dan petunjuk teknis yang diberlakukan oleh pihak yang berwenang.
d. Prinsip kejelasan tanggung jawab
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus di delegasikan kepada personel sekolah yang mampu bertanggung jawab, apabila melibatkan banyak personel sekolah dalam manajemennya, maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk setiap personel sekolah.
e. Prinsip kekohesifan
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah itu harus di realisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak. Untuk itu, antara satu dengan lainnya dalam organisasi harus bekerja dengan baik.33
Kelima prinsip di atas harus di perhatikan dan di jalankan dengan baik agar kelancaran dalam penggunaan sarana dan prasarana dalam pendidikan dapat berjalan dengan baik, sehingga terjadinya kejelasan dalam penggunaanya dan tercapainya sesuai dengan tujuan secara efektif dan efisien.
4. Manajemen Sarana dan Prasarana
Riduone, sebagaimana dikutip oleh Daryanto dan Mohammad Farid
mengemukakan bahwa “manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat
(46)
25
didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan
prasarana pendidikan secara efektif dan efisien”. Menurut Juhairiyah,
sebagaimana dikutip oleh Daryanto dan Mohammad Farid “manajemen
sarana prasarana itu adalah semua komponen yanga secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan itu sendiri”.34
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, dan penghapusan serta penataaan.35
Garis besar tentang Manajemen Sarana Prasarana meliputi hal-hal di bawah ini, yaitu:
1. Penentuan Kebutuhan
Sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau fasilitas yang lain lebih dahulu harus melihat kekayaan yang ada baru menentukan sarana apa yang di perlukan berdasarkan kepentingan pendidikan di sekolah tersebut.
2. Proses Pengadaan
Dalam upaya proses pengadaan sarana pendidikan dapat diperoleh dengan beberapa jalan yang bisa ditempuh, yaitu: pembelian dengan biaya dari pemerintah, pembelian dengan biaya SPP, bantuan dari BP3 atau komite sekolah, atau bantuan dari masyarakat lainnya.
3. Pemakaian
34Farid, op. cit., h. 120.
35Fachruddin Saudagar & Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: GP Press, 2009), Cet. I, h. 156-157.
(47)
Dari segi pemakaian atau penggunaan terutama alat perlengkapan dapat dibedakan atas: barang habis pakai dan barang tidak habis pakai. Pengguanaan barang habis pakai harus digunakan secara maksimal di pertanggungjawabkan pada triwulan, sedangkan pengggunaan barang tidak habis pakai atau barang tetap di pertanggungjawabkan satu tahun sekali sehingga di perlukan adanya pemeliharaan dan barang-barang tersebut disebut dengan inventaris.
4. Pencatatan/Pengurusan
Untuk keperluan pengurusan dan pencatatan ini disediakan instrument administrasi berupa: buku inventaris, buku pembelian, buku penghapusan, dan kartu barang.
5. Pertanggungjawaban
Penggunaan barang-barang inventaris sekolah harus di pertanggungjawabkan dengan jalan membuat laporan penggunaan barang-barang tersebut yang ditujukan kepada instansi atasan. 36 Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sarana dan prasarana adalah proses pendayagunaan semua komponen sarana dan prasarana yang ada di sekolah dalam menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri. Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses sebagaimana terdapat dalam manajemen yang ada pada umumnya perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, dan penghapusan serta penataaan.
Manajemen sarana dan prasarana yang baik menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah. Di samping itu juga di
(48)
27
harapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat di manfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar.
D.
Perpustakaan dan Laboratorium
1. Pengertian Perpustakaan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan BAB I Pasal 1 menjelaskan bahwa
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.37
“Perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti buku, setelah mendapat awalan per dan akhiran an mejadi perpustakaan. Yang berarti kitab, kitab primbon, atau kumpulan buku-buku yang kemudian disebut koleksi bahan pustaka. Istilah itu berlaku untuk perpustakaan yang masih
bersifat tradisional atau perpustakaan konvesional.”38
Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pustaka artinya kitab, buku. Dalam bahasa inggris dikenal dengan library. Istilah ini berasal dari kata librier atau libri, yang artinya buku. Dari kata lain tersebut terbentuklah istilah libraries; tentang buku. Dalam bahasa asing lainnya perpustakaan disebut bibliotheca (Belanda), yang juga berasal dari bahasa Yunani, biblia yang artinya tentang buku, kitab.39
Wafford, sebagaimana dikutip oleh Darmono “Perpustakaan sebagai salah satu organisasi sumber belajar yang menyimpan, mengelola, dan
37Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. 38NS, op, cit., h. 11.
(49)
memberikan layanan bahan pustaka baik buku maupun non buku kepada
masyarakat tertentu maupun masyarakat umum”.40
Pengertian yang lebih umum dan luas dari perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan, atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur demikian rupa, sehingga mudah untuk di cari dan di pergunakan apabila sewaktu-waktu di perlukan oleh pembaca untuk di baca di tempat maupun di pinjam. Perpustakaan di lengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana, seperti ruang baca, rak buku, rak majalah, meja-kursi baca, kartu-kartu katalog, sistem pengelolaan tertentu, dan di tempatkan petugas yang menjalankan perpustakaan agar dapat berjalan sebagaimana mestinya.41
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, perpustakaan adalah tempat menyimpan dan memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka membaca, mengamati, dan mendengar. Perpustakaan adalah ruang atau tempat yang menyediakan berbagai koleksi/informasi yang sengaja di sediakan untuk penggunanya. Tidak sebatas itu saja, perpustakaan juga merupakan unit kerja yang memiliki SDM, ruang yang khusus, sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan dan substansinya merupakan sumber informasi yang setiap saat dapat digunakan oleh pengguna jasa layanannya, untuk tempat pengumpul, penyimpan, dan pemelihara berbagai koleksi bahan pustaka, bahan pustaka itu pun di kelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu.
Dalam konteks pendidikan, perpustakaan sekolah merupakan salah satu jantung dan rohnya suatu lembaga pendidikan. Perpustakaan sebagai wadah dan sumber pembelajaran kerena perpustakaan sekolah sebagai salah satu
40Darmono, Perpustakaan Sekolah Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, (Jakarta: PT Gramedia, 2007), Cet I, h. 2.
(50)
29
sarana pendidikan dan penunjang kegiatan pembelajaran, dan memegang peranan penting dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan ini dapat mendidik peserta didik agar dapat menggunakan dan memeihara bahan pustaka secara efisien, serta memberikan dasar kearah belajar secara mandiri, meningkatkan aktivitas siswa, menggairahkan semangat belajar, dan menumbuhkan minat baca. Perpustakaan harus di rasakan sebagai lingkungan pembelajaran yang tidak menakutkan, bebas, terbuka, tempat murid dapat mengerjakan semua tugas, memecahkan masalah, mencari dan menggunakan informasi, serta membuat laporan dan karya baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok. Oleh karena itu perpustakaan sekolah merupakan salah satu faktor penentu terhadap keberhasilan proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan.
2. Standarisasi Perpustakaan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan BAB VII Pasal 23 tentang perpustakaan sekolah menjelaskan bahwa:
1) Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar Nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan;
2) Perpustakaan sebagaimana di maksud pada poin (1) wajib memliki koleksi buku teks pelajaran yang di tetapkan sebagai buku bekas wajib pada satuan pendidikan yang bersangkutan dalam jumlah yang mencukupi untuk melayani semua peserta didik dan pendidik;
3) Perpustakaan sebagaimana di maksud pada poin (1) mengembangkan koleksi lain yang mendukung pelaksanaan kurikulum pendidikan;
4) Perpustakaan sekolah/madrasah melayani peserta didik pendidikan kesetaraan yang di laksanakan di lingkungan satuan pendidikan yang bersangkutan;
5) Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi;
(51)
6) Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan.42
Di bawah ini adalah standar sarana dan prasarana dari BSNP secara
khusus yang di jadikan pedoman dalam peningkatan mutu, yaitu:
a. Ruang perpustakan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.
b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.
d. Ruang perpustakaan terletak dibagian sekolah yang mudah dicapai.
e. Ruang perpustakaan dilengkapi dengan sarana.43
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan BAB V Pasal 14 menjelaskan bahwa:
1) Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka;
2) Setiap perpustakaan menerapkan tata cara layanan perpustakaan berdasarkan standar Nasional perpustakaan;
3) Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi; 4) Layanan perpustakaan sebagaimana di maksud poin (1)
dikembangkan melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka;
5) Layanan perpustakaan di selenggarakan sesuai standar Nasional perpustakaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pemustaka;
6) Layanan perpustakaan terpadu di wujudkan melalui kerja sama antar perpustakaan;
7) Layanan perpustakaan secara terpadu sebagaimana di maksud pada poin (6) di laksanakan melalui jejaring telematika.44
42Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. 43Suryadi, op, cit., h. 140.
(52)
31
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 25 Tahun 2008 tanggal 11 Juni 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah menyatakan bahwa:
Setiap sekolah/madrasah untuk semua jenis dan jenjang yang mempunyai jumlah tenaga perpustakaan sekolah/madrasah lebih dari satu orang, mempunyai lebih dari enam rombongan belajar (rombel), serta memiliki koleksi minimal 1000 (seribu) judul materi perpustakaan dapat mengangkat kepala perpustakaan sekolah/madrasah.
a. Kepala perpustakaan sekolah/madrasah yang melalui jalur pendidik. Kepala perpustakaan sekolah/madrasah harus memenuhi syarat:
Berkualifikasi serendah-rendahnya diploma empat (D4) atau sarjana (S1);
Memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah;
Masa kerja minimal 3 (tiga) tahun.
b. Kepala perpustakaan sekolah/madrasah yang melalui jalur tenaga kependidikan. Kepala perpustakaan sekolah dan madrasah harus memenuhi salah satu syarat berikut:
Berkualifikasi diploma dua (D2) ilmu perpustakaan dan informasi bagi pustakawan dengan masa kerja minimal 4 tahun; atau
Berkualifikasi diploma dua (D2) non ilmu perpustakaan dan informasi dengan sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan masa kerja minimal 4 tahun di perpustakaan sekolah/madrasah.
c. Tenaga perpustakaan sekolah/madrasah
Setiap perpustakaan sekolah/madrasah memiliki sekurang-kurangnya satu tenaga perpustakaan sekolah/madrasah yang berkualifikasi SMA atau yang sederajat dan bersertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah.45
45Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008 Tanggal 11 Juni 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
(53)
Berikut ini adalah kompetensi yang harus di miliki oleh kepala perpustakaan dan tenaga perpustakaan sekolah/madrasah.46
Tabel 2.1
Kompetensi Kepala Perpustakaan dan Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah Dimensi Kompetensi Kompetensi Kepala Perpustakaan Kompetensi Tenaga Perpustakaan 1. Kompetensi Manajerial
- Memimpin tenaga perpustakaan sekolah/madrasah - Merencanakan program perpustakaan sekolah/madrasah - Melaksanakan program perpustakaan sekolah/madrasah - Memantau pelaksanaan program perpustakaan sekolah/madrasah - Mengevaluasi program perpustakaan sekolah/madrasah. - Melaksanakan kebijakan - Melakukan perawatan koleksi - Melakukan pengelolaan
anggaran dan keuangan 2. Kompetensi Pengelolaan Informasi - Mengembangkan koleksi perpustakaan sekolah/madrasah - Mengorganisasi informasi
- Memberikan jasa
dan sumber
informasi - Menerapkan
- Mengembangkan koleksi perpustakaan sekolah/madrasah - Melakukan
pengorganisasian informasi
- Memberikan jasa dan sumber informasi - Menerapkan
teknologi informasi
46Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008 Tanggal 11 Juni 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
(54)
33
teknologi
informasi dan komunikasi
dan komunikasi
3. Kompetensi
Kependidikan
- Memiliki wawasan kependidikan - Mengembangkan keterampilan memanfaatkan informasi - Mempromosikan perpustakaan - Memberikan
bimbingan literasi informasi
- Memiliki wawasan kependidikan
- Mengembangkan keterampilan memanfaatkan informasi
- Melakukan promosi perpustakaan
- Memberikan
bimbingan literasi informasi
4. Kompetensi
Kepribadian
- Memiliki integritas yang tinggi
- Memiliki etos kerja yang tinggi
- Memiliki integritas yang tinggi
- Memiliki etos kerja yang tinggi 5. Kompetensi Sosial - Membangun hubungan sosial - Membangun komunikasi - Membangun hubungan sosial - Membangun komunikasi 6. Kompetensi Pengembangan Profesi - Mengembangkan ilmu
- Menghayati etika profesi - Menunjukkan kebiasaan membaca - Mengembangkan ilmu
- Menghayati etika profesi
- Menunjukkan kebiasaan membaca
Dari penjabaran di atas dapat penulis simpulkan, bahwa dalam pengadaan ruang perpustakaan harus memperhatikan standarisasi yang telah ditetapkan, agar perpustakaan yang tersedia dapat berjalan secara optimal dan efektif. Hal ini pun perlu didukung oleh kepala perpustakaan dan tenaga perpustakaan yang memiliki kompetensi, keahlian dan pengalaman dalam pengelolaan perpustakaan agar tujuan pengadaan dapat terwujud.
Kompetensi, keahlian, dan pengalaman yang dimiliki oleh kepala perpustakaan dan tenaga perpustakaan dapat mendukung dalam pemberian
(55)
layanan perpustakaan, karena pelayanan yang baik dapat memuaskan pelanggan atau pengunjung perpustakaan. Oleh karena itu kepala perpustakaan dan tenaga perpustakaan harus menerapkan pelayanan prima sebagai pegangan dalam memberikan layanan di perpustakaan, seperti yang telah ditetapkan dalam standarisasi yang telah di jelaskan di atas.
Berikut ini adalah ruang perpustakaan di SMK/MAK telah diatur dalam Permendiknas No.40 Tahun 2008 berikut standar sarananya.47
Tabel 2.2
Jenis, Rasio, dan Deskipsi Sarana Ruang Perpustakaan SMK/MAK.
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Buku
1.1 Buku Teks
Pelajaran
1 eksemplar/mata pelajaran/peserta didik, di tambah 4 eksemplar/mata pelajaran/sekolah
Termasuk dalam daftar buku teks yang ditetapkan oleh Mendiknas dan daftar buku teks muatan lokal yang ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota
1.2 Buku Panduan Pendidik
1 eksemplar/mata pelajaran
bersangkutan, di
tambah 2
eksemplar/mata pelajran/sekolah 1.3 Buku Pengayaan 75% non-fiksi dan
25% fiksi
Total buku per sekolah minimum
- 1000 untuk 6 rombongan belajar, minimum terdiri dari 820 judul - 1500 untuk 7-12
rombongan belajar minimum terdiri dari 850 judul - 2000 untuk 13-18
(56)
35
rombongan belajar, minimum terdiri dari 9000 judul - 2500 untuk lebih
dari 18 rombongan belajar, minimum terdiri dari 1000 judul.
1.4 Buku Referensi 30 judul/sekolah Sekurang-kurangnya meliputi kamus besar bahasa Indonesia, kamus bahasa Inggris, kamus bahasa asing lainnya, ensiklopedi, buku statistik daerah, buku telepon, buku undang-undang dan peraturan, kitab suci 1.5 Sumber Belajar
Lain
1set/sekolah Surang-kurangnya meliputi majalah, surat kabar, globe, peta, CD Pembelajaran, situs web, dan alat peraga matematika.
2 Perabot
2.1 Rak Buku 1 set/sekolah Kuat, stabil, dan aman, dapat menampung seluruh koleksi dengan baik. Memungkinkan
peserta didik
menjangkau koleksi buku dengan mudah. 2.2 Rak Majalah 1 buah/sekolah Kuat, stabil, dan aman,
dapat menampung seluruh koleksi majalah. Memungkinkan peserta didik menjangkau koleksi majalah dengan mudah.
2.3 Rak Surat Kabar 1 buah/sekolah Kuat, stabil, dan aman, dapat menampung seluruh koleksi surat
(57)
kabar.
2.4 Meja Baca 15 buah/sekolah Kuat, stabil, aman. dan mudah di pindahkan oleh peserta didik. Desain memungkinkan kaki peserta didik masuk dengan leluasa kebawah meja.
2.5 Kursi Baca 15 buh/sekolah Kuat, stabil, aman, dan mudah di pindahkan oleh peserta didik. Desain dudukan dan sandaran membuat peserta didik nyaman belajar.
2.6 Kursi Kerja 1 buah/petugas Kuat, stabil, dan aman. Ukuran memadai untuk bekerja dengan nyaman 2.7 Meja
Kerja/Sirkulasi
1 buah/petugas Kuat, stabil, aman, dan mudah di pindahkan, ukuran memadai untuk bekerja dengan nyaman 2.8 Lemari Katalog 1 buah/sekolah Kuat, stabil, dan aman,
cukup untuk
menyimpan kartu-kartu katalog. Lemari katalog dapat di ganti dengan
meja untuk
menempatkan katalog 2.9 Lemari 1 buah/sekolah Kuat, stabil, dan aman,
dapat di kunci dan ukuran memadai untuk menampung seluruh peralatan untuk pengelolaan
perpustakaan 2.10 Lemari/Rak
Simpan Tas
4 buah/sekolah Kuat, stabil, aman dapat dikunci dan ukuran dan
memadai untuk
menyimpan tas peserta didik
(1)
HASIL ARSIP DOKUMENTASI
LABORATORIUM OTOMOTIF (BENGKEL)
TAHUN AJARAN 2013
(2)
HASIL DOKUMENTASI
LABORATORIUM OTOMOTIF (BENGKEL)
TAHUN AJARAN 2014
Pintu Masuk dan Keluar serta Kondisi Bagian Tengah Bank Mini
Kondisi Bagian Belakang Kondisi Bagian Depan
(3)
DOKUMENTASI
GEDUNG SEKOLAH
(4)
DOKUMENTASI BANGUNAN SEKOLAH
(5)
(6)
BIODATA PENULIS
Nama lengkap Triwahyuni, panggilan sehari-hari Ayu. Lahir di Jakarta, 17 Maret 1992. Agama Islam. Anak dari Bapak H. Saripudin (Alm) dan Ibu Hj. Nelly Parmi. Anak ketiga dari empat bersaudara. Memiliki dua orang kakak: Rahmat Ali Syafar dan Melia Fitri, Adik: Fildza Khalisha. Alamat rumah di Arinda Permai II Blok A.1 No. 2 RT. 10 RW. 07. Pondok Aren - Tangerang Selatan. Kode pos 15224. Kewarganegaraan Indonesia.
Lulusan dari TK Islam Amalina, SD Negeri Pondok Aren 01, SMP Negeri 2 Pondok Aren, SMK Manggala Jurusan Akomodasi Perhotelan dan meneruskan Pendidikan Tinggi Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Manajemen Pendidikan.