65
5. Koefisien Determinasi Adjusted R Square
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independent menjelaskan variable yang dilihat melalui Adjusted R
Square karena variabel independennya lebih dari dua.
E. Operasional Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang memiliki
karakteristik dimana besar kecilnya variabel dipengaruhi oleh banyak faktor. Dengan kata lain pertumbuhan perusahaan tergantung pada perubahan satu
atau lebih faktor. Sedangkan variabel independen adalah variabel yang dapat berdiri sendiri tanpa tergantung atau dipengaruhi oleh faktor lain.
a. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah: Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return saham
Perusahaan yang terdaftar pada perusahaan LQ 45 periode tahunan.
Di mana : R : Tingkat Keuntungan Pengembalian
P
t
: Harga Saham Tahun Tersebut P
t-1
: Harga Saham Tahun Sebelumnya
66 b. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah:
1 Nilai Tukar RupiahUS Nilai tukar RupiahUS menunjukkan nilai dari mata uang dolar
AS yang ditranslasikan dengan mata uang Rupiah. Sebagai contoh, US 1 = Rp 9.000,- artinya apabila 1 dollar AS dihitung dengan menggunakan
rupiah maka nilainya adalah sebesar Rp 9.000,-. Data yang diambil adalah Nilai tukar RupiahUS mulai bulan Januari 2007 - Desember
2010. 2 Inflasi
Tingkat inflasi diperoleh dari indeks harga konsumen berdasarkan perhitungan inflasi tahunan. Dengan sumber data yang dikeluarkan Bank
Indonesia atau berasal dari situs bank Indonesia www.bi.go.id
.
3 Debt To Equity Ratio Debt To Equity Ratio
merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ross et al, 2003:66 yang menyatakan bahwa
“debt to equity ratio is dividing total debt with total equity”. Menurut Horne dan Wachoviz 1998:145 “Debt to equity is
computed by simply dividing the total debt of the firm lincluding current liabilities by its shareholders equity”. Debt to equity ratio merupakan
perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham.
67 Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Brealey et al.
2001:490 “Debt to equity is long term debt of the firm dividing equity“.
Dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham.
Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat
dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Adapun perhitungan dari DER adalah sebagai berikut:
4 Return On Asset ROA Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan
beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Rasio keuangan aspek profitabilitas ini dapat diukur dengan formulasi return on
asset
Earning After Tax Return On Asset =
Total Aktiva
68 5 Beta Saham
Variabel
beta digunakan untuk menggambarkan risiko sistematik yang dimasukkan dalam model analisis. Semakin tinggi tingkat beta, maka
semakin tinggi risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
69
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Pasar Modal Di Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan
dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah
Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.