1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kemajuan sektor ekonomi sangatlah dominan ditunjang baik dari segi sektor Riil dan sektor Non Riil, melihat krisis ekonomi global yang
mengguncang negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropa menarik untuk dicermati bagaimana dampaknya terhadap perekonomian dalam
negeri, khususnya sektor Non riil. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia berdampak besar terhadap
perekonomian di Indonesia, terjadinya krisis bermula dari kasus subprime mortgage
yang terjadi di Amerika Serikat. Subprime mortgage merupakan instrumen kredit untuk sektor properti, kesalahan yang terjadi adalah
pemberian subprime mortgage lebih banyak kepada penduduk yang sebenarnya tidak layak mendapatkan bantuan kredit perumahan. Dikatakan tidak layak
karena penduduk tersebut tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk menyelesaikan tanggungan kredit yang mereka pinjam. Hal ini memicu terjadi
kredit macet di sektor properti. Kemudian kredit macet di sektor ini menyebabkan kolaps perusahaan-perusahaan besar di Amerika serikat.
Kolapsnya perusahaan pembiayaan ini juga mempengaruhi lembaga keuangan di Amerika Serikat. Karena perusahaan pembiayaan pada umumnya
meminjam dana jangka pendek dari pihak lain, termasuk lembaga keuangan.
2 Selain itu, dampak kolapsnya lembaga keuangan di Amerika Serikat juga
mempengaruhi lembaga investasi dan investor diberbagai penjuru dunia. Khususnya bagi lembaga investasi di Indonesia memiliki dampak yang
cukup besar, kuatnya pengaruh sentimen negatif krisis ekonomi global menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG terkoreksi di akhir
triwulan ketiga yang menurun tajam sebesar 22,0 menjadi level 1.883, dibanding posisi IHSG akhir Triwulan kedua-2008.
Krisis keuangan global terbukti memporakporandakan pasar modal dan valas. IHSG anjlok dari level 2.830 menjadi 1.111 atau turun 60 . Nilai kurs
rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi cukup dramatis dari Rp 9.076 sampai hampir menembus level Rp 13.000, atau mengalami depresiasi lebih dari 30
.Bank Indonesia dan BEI,2008. Tekanan yang terjadi pada pasar modal Indonesia menyebabkan
terjadinya penurunan likuiditas di sektor perbankan dan institusi keuangan nonbank yang disertai berkurangnya transaksi keuangan. Hal ini dikarenakan
banyaknya investor dari institusi keuangan Amerika Serikat yang melepas kepemilikan saham mereka di pasar modal Indonesia untuk menyelamatkan
perusahaan mereka sendiri yang terkena krisis keuangan. Pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi,
sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan uangnya. Setiap investor dalam mengambil keputusan investasi akan selalu
dihadapkan pada sejumlah pilihan, apakah ia menginvestasikan dananya dalam bentuk aset riil atau memilih melakukan investasi dalam bentuk aset finansial.
3 Investor melihat pergerakan yang baik dari suatu nilai saham, beradasarkan
aturan yang jelas dalam setiap penghitungan dan ketetapan yang telah disepakati bersama.
Untuk penentuan harga saham dapat ditentukan dengan dua metode analisa yang ada, yaitu analisa fundamental dan pendekatan teknikal.
Pendekatan teknikal menggunakan data pasar untuk menganalisis harga saham secara keseluruhan ataupun harga individu dari saham tersebut Jones, 2000.
Analisa fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa mendatang melalui dua cara, pertama melakukan estimasi nilai fundamental
yang mempengaruhi harga saham di waktu mendatang, kedua menerapkan hubungan tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham Suad husnan,
1996. Karena itu, untuk melakukan evaluasi terhadap harga saham, diperlukan informasi tentang kinerja fundamental keuangan perusahaan Yugo Purnomo,
1998. Analisa fundamental bertujuan untuk menentukan apakah nilai saham
berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana harga saham di pasar saham lebih rendah dari harga wajar atau nilai
intrinsiknya, sehingga layak dibeli. Telah diketahui bahwa analisis fundamental mencoba menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan
data keuangan perusahaan sehingga disebut juga dengan analisis perusahaan. Pendekatan teknikal adalah pendekatan yang menggunakan data pasar
yang dipublikasikan yaitu harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham individual maupun gabungan untuk berusaha mengakses permintaan dan
4 penawaran saham tertentu maupun secara keseluruhan. Dalam hal ini
perkembangan harga saham lebih mudah kita melihatnya dengan pendekatan analisis fundamental.
Selain faktor internal perusahaan, kita juga perlu melihat faktor eksternal yang lainya, seperti kita dapat melihat kondisi Makroekonomi yang
mempengaruhi harga saham suatu perusahaan yang Go Public, misalnya : kurs valuta asing Valas, cadangan devisa, inflasi, tingkat suku bunga deposito
Djoko :54. Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian pengujian pengaruh antara variabel ekonomi makro terhadap perubahan
indeks harga saham. Indonesia memiliki sistem nilai kurs yang mengalami perubahan setiap
waktu, sebagian besar mata uang berada di antara sistem tetap dan mengambang bebas. Fluktuasi nilai tukar mata uang dibiarkan mengambang
dari hari ke hari dan tidak ada batasan-batasan resmi. Hal ini sama dengan sistem tetap, dalam pemerintahan sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi
untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya. Hubungan atau pengaruh nilai tukar kurs terhadap indeks harga saham
itu sendiri sangat berkaitan erat. Hal ini dikarenakan kurs adalah salah satu faktor yang mempengaruhi indeks harga saham, sehingga indeks sebagai
indikator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas. Dalam perekonomian suatu negara biasanya dilihat berdasarkan kurs mata uang
negara itu sendiri terhadap kurs valas valuta asing. Apabila kurs menguat, maka secara tidak langsung indeks harga saham juga akan naik, tetapi bila kurs
5 mata uang melemah, maka indeks harga saham juga akan turun. Naik turunya
harga saham akan terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan naik turunya permintaan saham di pasar modal oleh investor.
Hubungan antara tingkat suku bunga dengan indeks harga saham, terjadi di saat apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan. Investor akan
cenderung segera menempatkan uangnya pada deposito berjangka, obligasi pemerintah yang memberikan tingkat pengembalian yang tinggi serta memiliki
resiko yang kecil dibandingkan menginvestasikan pada saham dengan resiko yang tinggi. Efek psikologis dan kecenderungan menghindari resiko untuk
memperoleh hasil yang besar sebagai daya tarik investor untuk memilihnya. Harga saham sulit untuk diprediksi karena dipengaruhi dan sering
berubah meliputi; nilai tukar kurs, inflasi dan tingkat suku bunga yang merupakan sebagai indikator kondisi makroekonomi. Dalam hal ini
memberikan penetapan pada variabel makroekonomi yaitu, inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga.
Pengujian ini dilakukan terhadap variabel perubahan tersebut, apakah faktor-faktor makroekonomi inflasi dan nilai tukar berpengaruh signifikan
terhadap harga saham yang terjadi pada keadaan sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 2008.
Mempertimbangkan antara penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, hubungan antara variabel ekonomi makro
nilai tukar, inflasi dan tingkat suku bunga terhadap indeks harga saham dengan menggunakan model OLS ordinary least square bivariate
6 sebagaimana yang dinyatakan Rao,1994 bahwa data ekonomi makro
memiliki sifat nonstationery dan mempunyai hubungan imbal balik causality. Model multi faktor mengasumsikan bahwa proses penetuan harga saham
melibatkan beberapa faktor, terdapat beberapa kemungkinan bahwa lebih dari satu faktor penyebab pervasive factor dalam perekonomian yang
mempengaruhi indeks harga saham Alexander,Bailey,1999. Situasi ekonomi mempengaruhi hampir semua perusahaan, sehingga
perubahan dari perekonomian yang diramalkan memiliki dampak yang besar terhadap harga sebagian saham. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Vera Yuniarti 2004 di Bursa Efek Indonesia menjelaskan adanya faktor- faktor makroekonomi nilai tukar kurs; suku bunga; inflasi; EPS; PER dan
frekuensi perdagangan yang mempengaruhi perubahan harga saham perusahaan manufaktur pada Bursa Efek Indonesia.
Menurut Arseptin Ari Nur Anggraeni 2009 analisa pengaruh inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga pada saham perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui seberapa besarkah pengaruh faktor makroekonomi
Nilai tukar dan Inflasi. Keberadaan faktor makroekonomi sebagai faktor eksternal suatu perusahaan ini membuat penulis merasa tertarik dalam hal
penelitian yang berkaitan dengan pasar modal serta harga saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
7 Penulis mengambil variabel makroekonomi yang diuji dan diteliti oleh
para pendahulu. Oleh karena itu cakupan faktor makroekonomi begitu general dan luas, untuk itulah mengambil batasan masalah.
Dalam penelitian ini juga diperlukan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh besar inflasi dan nilai tukar terhadap harga saham di Busa
efek Indonesia atau apakah faktor inflasi dan nilai tukar yang sangat berpengaruh besar terhadap harga saham.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini juga sesuai dengan variabel yang digunakan peneliti-peneliti terdahulu yaitu Rao 1994,
Alexander and Bailey 1999, Vera Yuniarti 2004, Arseptin Ari Nur Anggraeni 2009. Begitu pula dengan informasi yang penulis dapat,
berdasarkan faktor makroekonomi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, menjadikan peneliti semakin menambah pengetahuan
dan ilmu di dalam kajian manajemen keuangan dan pasar modal. Dengan segala upaya dan usaha yang penulis lakukan, tidak terlepas
dari segala kekurangan dan kelemahan. Untuk itu diperlukan saran dan kritik demi menyempurnakan hasil proposal skripsi ini. Untuk itulah kami ingin
mengajukan penelitian ini untuk memenuhi prasyarat untuk membuat skripsi dengan judul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, SBI, Return On Asset Dan Beta
Saham Terhadap Return Saham”.
8
B. Perumusan Masalah