Problematika Ketidakberpihakan Sistem Pendidikan pada Kaum Marginal

commit to user 148

1. Problematika Ketidakberpihakan Sistem Pendidikan pada Kaum Marginal

Andrea Hirata Di dalam novel Laskar Pelangi mengungkapkan bahwa kebebasan memperoleh pendidikan di sekolah yang layak dengan sistem yang tepat merupakan hak setiap orang tanpa membedakan status sosial. Di tengah kemiskinan anggota Laskar Pelangi tidak pernah menyerah meskipun keadaan tidak pernah bersahabat dengan mereka. Lintang anak Tanjong keriting yang genius. Setiap hari Lintang harus mengayuh sepeda tua yang sering putus rantainya ke sekolah. Pulang pergi sejauh delapan puluh kilo meter dilakukannya demi memuaskan dahaganya akan ilmu pengetahuan, bahkan harus melewati sungai yang banyak buayanya sekalipun. Lintang memiliki hampir semua dimensi kecerdasan. Dia seperti toko serba ada kepandaian. Dia adalah guru bagi teman-temannya. Lintang pernah mengharumkan nama perguruan Muhammadiyah ke arah level tertinggi. Dia membawa pulang trofi besar kemenangan dalam sebuah lomba kecerdasan. Sekolah kampung pertama yang menjuarai perlombaan ini dan dengan sebuah kemenangan mutlak. Hal ini tampak pada fakta berikut. Aku terpaku memandang Lintang, betapa aku meyayangi dan kagum setengah mati pada sahabatku ini. Dialah idolaku. Pikiranku melayamg ke suatu hari bertahun-tahun yang lalu ketika sang bunga pilea ini membawa pensil dan buku yang keliru, ketika ia beringsut naik sepeda besar 80 kilometer setiap hari untuk sekolah, ketika suatu hari ia menempuh jarak sejauh itu hanya untuk menyanyikan lagu Padamu Negeri. Dan hari itu ia mereja di sini, di majelis kecerdasan yang amat terhormat ini Laskar Pelangi, 2008: 383. Di samping Lintang ada Mahar. Seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan. Bakat seni Mahar pertama kali muncul ketika ia menyanyikan sebuah lagu Tennesse Waltz yang sangat populer karya Anne Muray. commit to user 149 Mahar memiliki kapasitas estetika yang tinggi dan melahirkannya sebagai seniman yang serba bisa. Ia seorang pelantun gurindam, sutradara teater, penulis yang berbakat, pelukis natural, koreografer, penyanyi, pendongeng yang ulung, dan pemain sitar yang fenomenal. Walaupun terkadang gagasan dan pikirannya tidak logis, dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya, namun Mahar berhasil mengangkat derajat sekolah kampung mereka dalam karnaval 17 Agustus. Potensi Mahar dan Lintang terdapat pada fakta berikut. Lintang dan Mahar seperti Faraday kecil dan Warhol mungil dalam satu kelas, atau laksana Thomas Alva Edison muda dan Rabindranath Tagore junior yang berkumpul. Keduanya penuh inovasi dan kejutan- kejutan kreativitas dalam bidangnya masing-masing. Tanpa mereka, kelas kami tak lebih dari sekumpulan kuli tambang melarat yang mencoba belajar tulis rangkai indah di atas kertas bergaris tiga Laskar Pelangi, 2008: 140. Laskar Pelangi memberikan gambaran bahwa tokoh-tokohnya sangat mencintai dunianya. Dunia yang menurut mereka memberi makna mendalam bagi kelangsungan hidup di kemudian hari. Walaupun dengan keterbatasan, mereka tetap semangat dan tetap tegar menghadapi segala permasalahan. Dengan kebersamaan, mereka seakan lupa dengan keadaan keterpurukan yang menghimpit mereka selama ini. Terlihat jelas kutipan di atas menggambarkan potret pendidikan kaum marginal. Andrea menggambarkan nasib, usaha, dan takdir. Lintang, si genius, Isaac Newtonnya sekolah Muhammadiyah sekarang hanya sebagai sopir tronton, sedangkan Andrea sang penulis, adalah orang yang bertekad meneruskan cita-cita Lintang, yakni kuliah keluar negeri, setelah sekian puluh tahun akhirnya berhasil commit to user 150 mendapat beasiswa ke Sorbonne Prancis. Sekarang ia bekerja sebagai analis di kantor pusat PT Telkom Bandung. Pandangan dunia pengarang terhadap dunianya ditranformasikan ke dalam novel Laskar Pelangi tentang kondisi sosial menjadi makna yang berkaitan erat dengan substansi cerita. Pandangan dunia tersebut adalah persoalan kesejangan perekonomian dan kemiskinan berkaitan dengan problematika kehidupan. Masyarakat marginal masih banyak yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagai seorang yang dilahirkan dan dibesarkan di daerah Belitong dan novelnya bersumber dari memoar masa kecilnya Andrea Hirata memiliki keterkaitan erat terhadap peristiwa yang terjadi, keterkaitan emosi tersebut menjadi sebuah pandangan dunia yang kompleks tentang dunianya. Berdasarkan analisis dimensi pendidikan kaum marginal dalam novel Laskar Pelangi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Belitong termarginalkan secara, ekonomi, sosial dan politik. Dalam bidang ekonomi masyarakat Belitong mengalami kemiskinan, kemiskinan terbagi menjadi dua yakni kemiskinan temporal temporary proverty yang terdiri dari kekurangan materi dan batas kemiskinan ketahap sejahtera serta kemiskinan struktural structural provety yang terdiri dari kebutuhan sosial, kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Secara politik dan sosial masyarakat Belitong termarginalkan dalam hal kebijakan pendidikan, pemerolehan akses informasi yang tidak faktual dan tidak diikutsertakan dalam pengambilan kebijakan yang akan diterapkan pada mereka. Bahkan masyarakat tidak mengetahui perkembangan di luar masyarakatnya. commit to user 151 Dalam ranah sosial masyarakat Belitong tersisihkan karena berperan sebagai masyarakat kelas tiga termarginalkan. Hadirnya karya sastra merupakan kegelisahan pengarang dan cerminan fakta-fakta sosial masyarakat. Novel Laskar Pelangi yang dianalisis secara sosiologis mengungkap fenomena sosial dalam karya sastra. Pandangan dunia merupakan penilaian masyarakat yang terwakili oleh pengarang terhadap fenomena tersebut, jadi adanya keberpihakan pangarang dalam karya sastra yang telah diproduksinya. Keberpihakan Andrea Hirata dari vision du monde berupa problematika pendidikan kaum marginal. Tampak bahwa Andrea Hirata mengungkap dunia pendidikan yang mengalami proses “dehumanisasi”, karena pendidikan mengalami proses kemunduran dengan terkikisnya nilai-nilai kemanusiaan yang dikandungnya. Oleh karena itu reformasi pendidikan perlu untuk segera dan secara massif diupayakan, yaitu gagasan dan langkah untuk menuju pendidikan yang berorientasi kemanusiaan. Persoalan yang muncul dalam karya Andrea Hirata adalah pendidikan yang dikomersialkan sehingga tidak ada kepedulian seluruh elemen pendidikan untuk lebih memperhatikan nasib pendidikan bagi kaum marginal. Laskar Pelangi menyoroti sistem pendidikan nasional yang ada selama ini mengandung banyak kelemahan dari buruknya manajemen pendidikan sampai pada soal mengenai minimnya dana untuk pengembangan pendidikan. Tampak bahwa dalam karya Andrea Hirta sarat dengan pandangan Paulo Freire memetakan tipologi kesadaran manusia dalam empat kategori; Pertama, commit to user 152 Magic Conscousness, Kedua Naival Consciousness; Ketiga Critical Consciousness dan Keempat, atau yang paling puncak adalah Transformation Consciousness. Dapat disimpulkan bahwa keberpihakan Andrea Hirata dalam Laskar Pelangi berupa komitmen pendidikan terhadap kaum marginal. Kepada siapa sesungguhnya pendidikan berpihak. Apakah negara sudah sungguh-sungguh mengamalkan salah satu pasal UUD 1945 kita yang berbunyi “anak-anak telantar dipelihara oleh negara” dan kesenjangan dalam pendidikan. Di satu sisi ada sekolah yang luar biasa mahal, dengan fasilitas lengkap, dan hanya orang kaya yang mampu menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut, namun di sisi yang lain ada sekolah dengan fasilitas seadanya yang dihuni kaum marginal.

2. Problematika Kemiskinan Sosial Ekonomi dalam Novel Laskar Pelangi