Pengertian Kaum Marginal Pengertian Pendidikan Kaum Marginal

commit to user 47 Tindakan action Kata word = karya word = PRAXIS Pikiran reflection Skema 1: Makna dan Hakikat Praxis Diadaptasi dari Paulo Freire, 1985: xiii

b. Pengertian Kaum Marginal

Kaum marginal atau masyarakat marginal adalah kelompok masyarakat yang tersisih atau disisihkan dari pembangunan sehingga tidak mendapatkan kesempatan menikmati pembangunan. Dalam pemahaman yang radikal kaum marginal adalah kelompok-kelompok sosial yang dimiskinkan dalam pembangunan Justin M, Sihombing, Justin M, 2005: vii-viii. Kaum marginal yang tersisih secara ekonomi, politik dan sosial menghadirkan kesenjangan bukan kemakmuran dalam masyarakat. Kekayaan sumber daya alam seyogyanya berdampak pada kemakmuran masyarakat dari sisi pendapatan. Pendapatan sampai batas tertentu ditentukan oleh pendidikan yang dimiliki masyarakat. Pendidikan dipandang tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga dapat meningkatkan keterampilan keahlian tenaga kerja pada gilirannya dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan penduduk Noor Efendi, 1995: 15.

c. Pengertian Pendidikan Kaum Marginal

Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK suatu indikator keterlibatan sumber daya manusia dalam dunia kerja Justin M, Sihombing, 2005: 51. Dengan demikian commit to user 48 berdampak pada kemiskinan dalam masyarakat, kemiskinan berdampak pada pemerolehan pendidikan sebagai hak asasi setiap individu. Pendidikan kaum marginal atau pendidikan kaum tertindas dalam pandangan Paulo Freire 1985: 26 yakni pendidikan bagi manusia yang terlibat dalam perjuangan bagi kebebasan mereka. Lebih lanjut, Paulo Freire menyatakan tidak ada pendidikan yang sungguh-sungguh membebaskan yang tetap membuat jarak dari kaum tertindas, dengan menganggap mereka sebagai orang-orang yang tidak beruntung dan menyajikan model pelajaran pelajaran tiruan yang berasal dari kaum penindas Pendidikan kaum tertindas tidak dapat dikembangkan dan dilakukan oleh kaum penindas. Akan menjadi kontradiksi jika kaum penindas tidak hanya membela tetapi juga melaksanakan pendidikan pembebasan. Pendidikan kaum tertindas, sebagai pendidikan humanis dan libertarian, mempunyai dua tahap yang berlaianan, pertama, kaum tertindas menyingkap selubung dunia penindasan serta lewat praksis mereka mengikatkan diri pada transformasi dunia penindasan itu. Kedua, ketika kenyataan penindasan sudah diubah, pendidikan ini tidak lagi menjadi milik khas kaum tertindas melainkan menjadi pendidikan semua manusia dalam proses pembebasan yang permanen. Di kedua tahap itu budaya dominasi selalu dihadapi secara kultural melalui aksi yang mendalam. Pada tahap pertama konfrontasi berlangsung melalui perubahan cara kaum tertindas memahami dunia penindasan; dalam tahap kedua, konfrontasi terjadi lewat penghapusan mitos-mitos yang diciptakan dan dikembangkan dalam commit to user 49 orde lama, yang kini membayangi struktur baru yang mengemuka dari transformasi revolusioner Freire, 1999: 444-445. Penerapan pendidikan pembebasan adalah pendidikan yang tidak memandang status sosial peserta didik, penempatan siswa sebagai subjek dan penerapan pendidikan dengan konsep humanisasi. Pemecahan masalah pendidikan kaum marginal oleh Freire 1985 berupa pendidikan humanisasi. Pendidikan humanisasi adalah pendidikan yang mengupayakan penumbuhan rasa prikemanusiaan. Skema pendidikan humanisasi ditampilkan sebagai berikut. DIALOGIS ANTIDIALOGIS Subjek Subjek Subjek pemimpin pembaharu, anggota masyarakat kaum elit misalnya: guru membaharu misalnya: berkuasa murid Interaksi Objek Objek keadaan yang harus mayoritas kaum dipertahankan tertindas sebagai realitas Objek realitas yang harus diperbaharui dan diubah sebagai objek bersama Humanisasi Dehumanisasi sebagai proses berlangsungnya situasi tanpa henti sebagai tujuan penindasan sebagai tujuan Skema 2: Pendidikan Humanisasi Diadaptasi dari Paulo Freire, 1985, xv commit to user 50 Menggambarkan betapa pentingnya Freire dalam dunia pendidikan dapat disimak dari statemen Moacir Gadotti dan Carlos Alberto Torres 1997 Educators can be with Freire or against Freire, but not without Freire. Pernyataan ini menunjukkan signifikansi Freire dalam diskursus pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia. Sebagai seorang humanis-revolusioner, Freire menunjukkan kecintaannya yang tinggi kepada manusia. Berbekal kepercayaan ini ia berjuang untuk menegakkan sebuah dunia yang menos feio, menos malvado, menos desumano less ugly, less cruel, less inhumane dalam Agus Nuryatno. M, 2005. Menurut kesaksian Martin Carnoy, Paulo Freire mempunyai arah politik pendidikan yang jelas. Inilah yang membedakannya dengan Ivan Illich. Arah politik pendidikan Freire berporos pada keberpihakan kepada kaum tertindas the oppressed. Kaum tertindas ini bisa bermacam-macam, tertindas rezim otoriter, tertindas oleh struktur sosial yang tak adil dan diskriminatif, tertindas karena warna kulit, jender, ras, dan sebagainya dalam Agus Nuryanto, M, 2005. Kondisi yang tidak berimbang sebab dominasi peran suatu kelompok dalam masyarakat kemudian melahirkan penindasan, tekanan-tekanan dan mungkin juga kekerasan fisik. Akibatnya struktur sosial yang ada hanya mewakili dari sistem tuan dan budak. Kelompok lemah akan semakin tertindas dan hidup dalam keterbelakangan. Potensi-potensi manusiawi telah dinafikan akibat struktur yang membentuk antagonisme itu. Bagi Paulo Freire, kondisi seperti itu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Setiap penindasan apapun bentuknya tetap dinilai tidak manusiawi dehumanisasi. Oleh karena itu proses pendidikan harus memuat agenda untuk memanusiakan manusia humanisasi. Masyarakat yang tertindas itu nantinya hanya akan semakin tengelam commit to user 51 dalam kebudayaan bisu sub merged in the culture silence, yaitu suatu kondisi yang senantiasa dalam ketakutan dan ketidakberdayaan umum untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya sendiri Mu’arif, 2010. Ketimpangan sosial akibat dominasi peran fungsi dari sekelompok orang yang merasakan kenyamanan di atas penderitaan orang lain bukanlah kondisi yang harus dibiarkan begitu saja. Paulo Freire 1985 menggarisbawahi bahwa pendidikan harus bertujuan untuk membebaskan manusia dari kungkungan rasa takut atau tertekan akibat otoritas kekuasaan. Ia juga berpendapat bahwa pendidikan untuk membebaskan kaum tertindas harus didasarkan atas semangat optimisme, sikap kritis dan resistent. Optimisme berarti merubah pola pikir masyarakat dari kesadaran magis magic consciousness yang sangat determinis itu. Sikap ini merupakan langkah awal untuk mengubah sistem yang ada karena pada dasarnya setiap manusia itu memiliki kehendak will dan kebebasan freedom untuk menentukan nasibnya sendiri. Karena itulah, seseorang harusnya optimis dalam menghadapi proses kehidupan ini. Semuanya penuh dengan keserbamungkinan. Mengemansipasi mereka yang tertindas Paulo Freire 1985 berangkat dari konsep tentang manusia. Baginya, manusia adalah incomplete and unfinished beings. Untuk itulah manusia dituntut untuk selalu berusaha menjadi subjek yang mampu mengubah realitas eksistensinya. Menjadi subjek atau makhluk yang lebih manusiawi dalam pandangan Freire adalah panggilan ontologis ontological vocation manusia. Sebaliknya, dehumanisasi adalah distorsi atas panggilan ontologis manusia. Filsafat pendidikan Paulo Freire bertumpu pada keyakinan, manusia secara fitrah mempunyai kapasitas untuk mengubah nasibnya. commit to user 52 Pelajaran yang bisa ditarik dari ajaran Paulo Freire untuk konteks pendidikan Indonesia adalah komitmen terhadap kaum marginal. Melalui perspektif Paulo Freire tidak ada lagi kesenjangan yang luar biasa tinggi dalam pendidikan antara kaum elite dan kaum marginal, sehingga sekolah tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk melayani kepentingan masyarakat dominan dalam rangka mempertahankan dan mereproduksi status quo. Ada dua kelompok kaum marginal yang tereksklusi dan jarang mendapatkan perhatian serius oleh publik dalam hal pendidikan: pertama, penyandang cacat. Kelompok ini termasuk mereka yang kurang beruntung mendapatkan pendidikan yang memadai. Mereka mengalami apa yang disebut segregasi pendidikan. Pendidikan mereka dibedakan dengan kaum normal. Segregasi pendidikan ini telah berlangsung sekian lama dengan asumsi, mereka yang cacat tidak mampu bersaing dengan yang normal karena ada bagian syaraf tertentu yang tidak bisa bekerja maksimal. Dampak lain dari segregasi pendidikan adalah para penyandang cacat menjadi terasing dari lingkungan sosial, mereka tereksklusi dari sistem sosial orang- orang normal, jadilah mereka sebagai warga kelas dua. Anak-anak normal juga tidak mendapat pendidikan pluralitas yang memadai. Bagaimana mereka bisa berempati dan bersimpati kepada penyandang cacat, jika mereka tidak pernah bergaul dengan kelompok ini karena hanya bergaul dengan sejenisnya di sekolah. Kedua, anak-anak jalanan. Secara kuantitas kelompok ini semakin banyak, terutama di kota-kota besar. Mereka adalah kaum miskin kota dan sudah terbiasa dengan kekerasan, seks dan mabuk-mabukan. Menggunakan perspektif Paulo Freire, kunci utama agar kedua kelompok dapat menjadi subjek yang otonom dan bisa mengkritisi realitas commit to user 53 eksistensialnya adalah dengan cara mengembangkan kesadaran kritisnya dan mentransformasi struktur sosial yang adil. Kaum marginal harus diyakinkan bahwa mereka berhak dan mampu menentukan nasib sendiri, berhak mendapatkan keadilan dan berhak melawan segala bentuk diskriminasi Agus Nuryanto. M, 2005. Tatanan nilai positif Paulo Freire dalam bidang pendidikan relevan dan dapat disejajarkan dengan pilihan tema pendidikan yang berkembang saat ini yaitu orientasi institusi pendidikan yang berniat mencetak manusia mekanistis atau berusaha untuk lebih menghasilkan manusia yang berbudaya. Manusia yang berbudaya lebih diarahkan pada peralihan kebebasan dan humanisasi, sesuai dengan gagasan Paulo Freire. Beberapa konsep Paulo Freire 1985 mengenai pendidikan yang membebaskan dan memanusiakan dapat dilihat di bawah ini. a. Pendidikan ditujukan pada kaum tertindas dengan tidak berupaya menempatkan kaum tertindas dan penindas pada dua kutub berseberangan. Pendidikan bukan dilaksanakan atas kemurahatian palsu kaum penindas untuk mempertahankan status quo melalui penciptaan dan legitimasi kesenjangan. Pendidikan kaum tertindas lebih diarahkan pada pembebasan perasaan idealisme melalui persinggungannya dengan keadaan nyata dan praksis. Penyadaran atas kemanusiaan secara utuh bukan diperoleh dari kaum penindas, melainkan dari diri sendiri. Berpijak dari sinilah subjek-didik membebaskan dirinya, bukan untuk kemudian menjelma sebagai kaum penindas baru, melainkan ikut membebaskan kaum penindas itu sendiri. Pendidikan ini bukan bertujuan untuk menjadikan commit to user 54 kaum tertindas menjadi lebih terpelajar, tetapi untuk membebaskan dan mencapai kesejajaran pembagian pengetahuan. b. Bila pembebasan sudah tercapai, pendidikan Freire adalah suatu kampanye dialogis sebagai suatu usaha pemanusiaan secara terus-menerus. Pendidikan bukan menuntut ilmu, tetapi bertukar pikiran dan saling mendapatkan ilmu kemanusiaan yang merupakan hak bagi semua orang tanpa kecuali. c. Kesadaran dan kebersamaan adalah kata-kata kunci dari pendidikan yang membebaskan dan kemudian memanusiakan. Menumbuhkan kesadaran yang menjauhkan rasa takut akan kemerdekaan fear of freedom berupa: 1 kesadaran magis magic consciousness Kesadaran magis merupakan tingkat kesadaran yang tidak mampu mengetahui kaitan antara satu faktor dan faktor lainnya. Misalnya masyarakat miskin yang tidak mampu melihat kaitan kemiskinan dengan sistem politik dan kebudayaan. Kesadaran magis lebih melihat faktor di luar manusia sebagai penyebab ketidakberdayaan. Proses pendidikan yang menggunakan logika ini tidak memberikan kemampuan analisis permasalahan masyarakat. Anak didik secara dogmatik menerima keberanian dari guru tanpa ada mekanisme untuk memahami makna ideologis dari setiap konsepsi kehidupan masyarakat; 2 kesadaran naif naival consciousness Kesadaran yang dikatagorikan dalam kesadaran ini adalah aspek manusia yang menjadi akar penyebab masalah masyarakat. Kesadaran ini mencakup masalah etika kreativitas need for achevement dianggap sebagai penentu perubahan sosial. Menganalisis sebab masyarakat menjadi miskin, bagi commit to user 55 mereka hal ini disebabkan salah masyarakat sendiri karena malas, tidak memiliki jiwa berwirausaha dan tidak mempunyai jiwa membangun. Oleh karena itu man power development merupakan penentu perubahan. Pendidikan dalam konteks ini tidak mempertanyakan sistem dan struktur bahkan sistem dan struktur yang ada sudah baik dan benar tanpa perlu dipertanyakan lagi. Tugas pendidikan adalah bagaimana membuat dan mengarahkan murid untuk beradaptasi dengan sistem yang sudah benar tersebut; 3 kesadaran kritis critical consciousness Kesadaran ini melihat aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah. Pendekatan struktur menghindari ‘blaming the victims’ dan lebih menganalisis kritis struktur dan sistem sosial, politik, ekonomi, dan budaya serta dampaknya bagi masyarakat. Paradigma ini melatih anak didik untuk mengidentifikasi ketidakadilan dalam sistem dan struktur yang ada serta mampu menganalisis bagaimana sistem dan struktur bekerja dan mentransformasikannya; 4 kesadaran kesadarannya kesadaran the consice of the consciousness merupakan bentuk kesadaran tingkat tertinggi dan terdalam.

B. Penelitian yang Relevan

Sebuah penelitian agar mempunyai orisinilitas perlu adanya tinjauan pustaka berupa panelitian relevan. Tinjauan pustaka berupa penelitian yang relevan berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian dan analisis sebelumnya yang telah