commit to user
BAB II KERANGKA TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN
DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kerangka Teori
1. Hakikat Pendekatan Strukturalisme Genetik
a. Pengertian Pendekatan Strukturalisme Genetik
Dewasa ini telah banyak dikenal berbagai macam pendekatan dalam penelitian sastra salah satunya yaitu pendekatan strukturalisme genetik.
Strukturalisme genetik adalah cabang penelitian dalam karya sastra yang tidak meninggalkan faktor genetik atau asal-usul diciptakannya sebuah karya yaitu
unsur sosial. Strukturalisme genetik merupakan penelitian sosiologi sastra. Yoseph
Yopi Taum 1997: 47 menyatakan bahwa sosiologi sastra sebagai suatu jenis pendekatan terhadap sastra memiliki paradigma dengan asumsi dan implikasi
epistemologis yang berbeda daripada yang telah digariskan oleh teori sastra berdasarkan prinsip otonomi sastra. Penelitian-penelitian sosiologi sastra
menghasilkan pandangan bahwa karya sastra adalah ekspresi dan bagian dari masyarakat. Karya sastra memiliki keterkaitan dengan jaringan-jaringan sistem
dan nilai dalam suatu masyarakat. Berkaitan dengan hal di atas dalam menelaah hubungan antara sastra
dengan masyarakat Watt dalam Sapardi Djoko Damono, 2000: 12-13 mengungkapkan bahwa ada tiga hal yang dapat diteliti. Ketiga hal tersebut
meliputi, pertama, sosiologi pengarang memfokuskan perhatiannya pada latar 15
commit to user 16
belakang sosial pengarang, sumber ekonomi pengarang, ideologi pengarang dan integrasi sosial pengarang, sosiologi karya serta sosiologi pembaca. Kedua,
sosiologi karya sastra menitikberatkan perhatiannya terhadap isi teks karya sastra, tujuan karya sastra dan masalah sosial yang terdapat dalam karya sastra. Ketiga,
sosiologi pembaca memfokuskan perhatiannya pada latar sosial pembaca, dampak sosial karya sastra terhadap pembaca dan perkembangan sosial pembaca.
Kajian sosiologi sastra merupakan upaya melihat fenomena sosial secara empiris dengan menggunakan teks sastra sebagai cermin fakta sosial. Meski
demikian, sastra bukanlah fakta sosial itu sendiri. Mengenai hal ini Max Weber dalam Wellek dan Austin Warren, 1993: 124 mengungkapkan bahwa gejala-
gejala sosial dalam sastra bukanlah fakta objektif dan pola perilaku, tetapi merupakan sikap yang kompleks. Jadi, teks karya sastra yang ditulis pengarang
bukanlah suatu peristiwa yang langsung terjadi di tengah masyarakat, tetapi pengarang memproses ide yang diperolehnya dengan imajinasinya sehingga isi
karya sastra menarik untuk dipahami. Hippolyte Taine dalam Yoseph Yapi Taum, 1997: 49 mengemukakan
bahwa karya sastra dapat dijelaskan menurut tiga faktor, yakni ras, saat moment dan lingkungan milieu. Ketiga hal tersebut mengantarkan pemahaman terhadap
iklim suatu kebudayaan yang melahirkan seorang pengarang yang selanjutnya diwujudkan dalam karya sastra. Ras adalah sesuatu yang diwaris dalam jiwa dan
raga seseorang. Saat moment adalah situasi sosial politik pada suatu periode tertentu. Lingkungan milieu meliputi keadaan alam, iklim dan sosial.
Konsep-konsep tersebut kemudian dikembangkan lebih sistematis dan ilmiah oleh Goldmann dengan pendekatan strukturalisme genetik Sapardi Djoko
commit to user 17
Damono, 1979: 41. Strukturalisme genetik sebagai salah satu teori penelitian sosiologi sastra bertumpu pada sosiologi teks dan sosiologi pengarang. Penelitian
dengan strukturalisme genetik hendak mengungkap masalah sosial dalam teks dan integrasi sosial pengarang dalam masyarakatnya yang tercermin dalam teks. Oleh
karena itu, penelitian dengan pendekatan strukturalisme genetik selalu mengaitkan antara karya sastra, pengarang sebagai penghasil karya, dan
masyarakat pengarang yang dianggap mampu mengondisikan pengarang untuk menulis novel. Karya sastra bersumber dari kehidupan masyarakat dalam
konfigurasi status dan peranan yang terbentuk struktur sosial serta dengan sendirinya menerima berbagai pengaruh sosial.
Adanya perangkat peralatan sastra dan kapasitas regulasi diri dalam struktur intrinsiknya, karya sastra secara independen mampu membebaskan diri.
Ia menjadi otonom, dalam pengertian bahwa ia bukan lagi merupakan objek yang tidak terpisahkan dengan struktur sosial yang menghasilkannya dan dengan
sendirinya memiliki kebebasan penuh dalam menunjukkan material-material sosial. Keterpisahan karya seni dengan struktur sosialnya dianggap sebagai
keterpisahan secara konseptual. Apabila benar-benar terpisah dengan masyarakat, justru karya seni akan menjadi artifisial Nyoman Kutha Ratna, 2003: 33.
Secara definisi, Goldmann dalam Faruk, 1999: 13 menjelaskan bahwa strukturalisme genetik adalah teori sastra yang berkeyakinan bahwa karya sastra
semata-mata merupakan suatu struktur statis dan lahir dengan sendirinya. Karya sastra oleh struktur katalogis pikiran subjek penciptanya atau subjek kolektif
tertentu yang terbangun akibat interaksi antara subjek itu dengan situasi sosial dan
commit to user 18
ekonomi tertentu. Pemahaman struktur karya sastra harus mempertimbangkan faktor-faktor sosial yang melahirkannya dan sekaligus memberikan kepaduan
struktur karya sastra. Hubungan manusia dalam lingkungannya menurut Goldmann
termanifestasi dalam tiga ciri utama perilaku manusia: pertama, adanya tendensi manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya agar lebih bermakna. Kedua,
adanya tendensi ka arah konsistensi menyeluruh dan penciptaan bentuk-bentuk struktural. Ketiga, adanya tendensi mengubah dan mengembangkan struktur
tersebut sebagai bukti sifat-sifat dinamik Goldmann, 1970: 118-119. Pendekatan strukturalisme genetik dikembangkan atas dasar penolakan
terhadap analisis strukturalisme murni, analisis terhadap unsur-unsur intrinsik. Strukturalisme genetik ditemukan oleh Lucien Goldmann, seorang filsuf dan
sosiolog Rumania-Perancis. Secara definitif strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal-usul karya. Secara ringkas
berarti bahwa pendekatan strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis secara intrinsik dan ekstrinsik Nyoman Kutha Ratna, 2006:
121-123. Pendekatan strukturalisme genetik adalah bagian dari kajian sosiologi
sastra yang mengkaji karya sastra berdasarkan struktur luar karya sastra. Hadirnya teori Lucien Goldmann berupa pendekatan strukturalisme genetik untuk mengkaji
unsur dalam dan unsur di luar karya sastra. Sastra merupakan representasi dari kehidupan masyarakat berupa kritik sosial dalam masyarakat. Hal ini sejalan
dengan pendapat Elizabeth and Tom Burns 1973: 9 literature is an attempt to
commit to user 19
make sense of our lives, sosiology is an attempt to make sense of the ways in which we live our lives. For the present writers, sosiology has itself always
represented a critical discipline. Suwardi Endraswara 2003: 55-56 mengemukakan bahwa pendekatan
strukturalisme genetik adalah cabang penelitian sastra struktural yang tidak murni. Strukturalisme genetik merupakan penggabungan antara struktural dengan
metode penelitian sebelumnya. Dalam beberapa analisis novel, Goldmann selalu menekankan latar belakang sejarah karya sastra, di samping memiliki unsur
otonom juga tidak bisa lepas dari unsur ekstrinsik. Teks sastra sekaligus mereprentasikan kenyataan sejarah yang mengkondisikan munculnya karya
sastra. Teori strukturalisme genetik diutarakan oleh Molina 1991: 140 sebagai
berikut: Goldmann’s interpretation of tragedy shows that there is a
structural homology between dialectical Marxism and the schema of the tragic vision. Goldmann elaborated the letter in terms of three elements:
god, man, and world. For him, God is translated into historical terms and made to signify human community, which, in turn, is indentified with
realization of socialism in the Marxist sense.
Sapardi Djoko Damono 1979: 46 berpendapat bahwa “metode yang dipergunakan Goldmann untuk mencari hubungan karya dengan lingkungan
sosialnya adalah strukturalisme historis, yang diistilahkannya sebagai “strukturalisme genetik yang digeneralisir”, Goldmann sebelumnya meneliti
struktur-struktur tertentu dalam teks kemudian menghubungkan struktur-struktur tersebut dengan kondisi sosial dan historis yang konkret dengan kelompok sosial
commit to user 20
dan kelas sosial yang mengikat si pengarang dan dengan pandangan dunia kelas yang bersangkutan.
Penelitian strukturalisme genetik memandang karya sastra dari dua sudut yaitu intrinsik dan ekstrinsik studi diawali dari kajian unsur intinsik. Kesatuan dan
koherensinya sebagai data dasarnya. Selanjutnya, penelitian akan menghubungkan berbagai unsur dengan realitas masyarakatnya, karya dipandang
sebagai sebuah refleksi zaman, yang dapat mengungkapkan aspek siosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan
dihubungkan langsung dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra Suwardi Endraswara 2003: 56.
Goldmann dalam Nyoman Kutha Ratna, 2006: 122 mengungkapkan bahwa struktur mesti disempurnakan menjadi stuktur bermakna, setiap gejala
memiliki ahli apabila dikaitkan dengan struktur yang lebih luas, demikian seterusnya sehingga setiap unsur menopang totalitas”.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap unsur dalam karya sastra, baik itu unsur intrinsik maupun ekstrinsiknya, masing-
masing tidak dapat bekerja sendiri untuk menciptakan sebuah karya yang bernilai tinggi. Semua unsurnya harus melebur menjadi satu untuk mencapai totalitas
makna. Goldmann membangun seperangkat kategori yang saling bertalian satu sama lain untuk menopang teori tersebut sehingga membentuk apa yang
disebutnya sebagai strukturalisme genetik. Kategori-kategori itu adalah a struktur karya sastra b fakta kemanusiaan, c subjek kolektif, d pandangan
dunia pengarang dan e pemahaman-penjelasan dan keseluruhan-bagian.
commit to user 21
b. Struktur Karya Sastra