Kesenjangan Sosial antara Kaum Elite dan Kaum Marginal

commit to user 153 Ibunda guru, Ayahku telah meninggal, besok aku akan sekolah. Salamku, Lintang Laskar Pelangi, 2008: 430. Ini kisah klasik tentang anak pintar dari kelurga melarat. Hari ini aku kehilangan teman sebangkuku selama sembilan tahun. Ini tidak adil. Aku benci pada mereka yang berpesta pora di gedong dan aku benci pada diriku sendiri yang tak berdaya menolong Lintang karena keluarga kami sendiri melarat dan orangtua-orangtua kami harus berjuang setiap hari untuk sekedar menyambung hidup Laskar Pelangi, 2008: 432-433. Data di atas menceritakan tentang kemiskinan keluarga Lintang yang berdampak pada putusnya sekolah Lintang. Sosial ekonomi ternyata tidak berdampak pada kualitas hidup dan kreativitas dari anggota Laskar Pelangi, hal ini terbukti ketika perguruan Muhammadiyah memenangkan karnaval 17 Agustus saat mereka menampilkan koreografi massal suku Masai dari Afrika dan Mahar sebagai koreografernya. Hal ini tampak pada kutipan berikut. “Sekolah Muhammadiyah telah menciptakan daripada suatu arwah baru dalam karnaval ini. Maka dari itu mereka telah mencanangkan sesutu daripada standar baru yang makin kompetitif dari pada mutu festival seni ini. Mereka mendobrak dengan ide kreatif, tampil all out, dan Mereka berhasil menginterpretasikan dengan sempurna daripada sebuah tarian dan musik dari negeri yang jauh. Para penarinya tampil dengan penuh penghayatan, dengan spontanitas dan totalitas yang mengagumkan sebagai suatu manifestasi dari pada penghargaan daripada mereka terhadap seni pertunjukan itu sendiri. Penampilan Muhammadiyah tahun ini adalah daripada suatu puncak pencapaian seni yang gilang gemilang dan oleh karena itu dewan juri tak punya daripada pilihan lain selain daripada menganugerahkan penghargaan daripada penampil seni terbaik tahun ini kepada sekolah Muhammadiyah” Laskar Pelangi, 2008: 246-247.

3. Kesenjangan Sosial antara Kaum Elite dan Kaum Marginal

Berkaitan dengan problematika kesenjangan perekonomian pengarang menuangkan dalam novel Laskar Pelangi berupa kampung miskin yang berbatasan dengan ‘kerajaan besar’ PN Timah dengan semua fasilitas yang mewah dan mahal. Hal ini tampak pada kutipan berikut. commit to user 154 Persis bersebelahan dengan toko-toko kelontong milik warga Tionghoa ini berdiri tembok tinggi yang panjang dan di sana sini tergantung papan peringatan “DILARANG MASUK BAGI YANG TIDAK MEMILIKI HAK”. Di atas tembok ini tidak hanya ditancapi pecahan-pecahan kaca yang mengancam tapi dililitkan empat jalur kawat berduri di kamp Auschwitz. Namun, tidak seperti Tembok Besar Cina yang melindungi berbagai dinasti dari serbuan suku-suku Mongol dari utara, di Belitong tembok yang angkuh dan berkelok-kelok sepanjang kiloan meter ini adalah pengukuhan sebuah dominasi dan perbedaan status sosial Laskar Pelangi, 2008: 36. Gedong lebih sebagai kota satelit yang dijaga ketat oleh Polsus Polisi Khusus Timah. Jika ada yang lancang masuk maka koboi tengik itu akan menyergap, menginterogasi, lalu interogasi akan ditutup dengan mengingatkan sang tangkapan pada tulisan “DILARANG MASUK BAGI YANG TIDAK MEMILIKI HAK” yang bertaburan secara mencolok pada berbagai akses dan fasilitas di sana, sebuah power statement tipikal kompeni Laskar Pelangi, 2008: 42-43. Di luar tembok feodal tadi berdirilah rumah-rumah kami, beberapa sekolah negeri, dan satu sekolah kampung Muhammadiyah. Tak ada orang kaya di sana, yang ada hanya kerumunan toko miskin di pasar tradisional dan rumah-rumah panggung yang renta dalam berbagai ukuran. Rumah- rumah asli Melayu ini sudah ditinggalkan zaman keemasannya. Pemiliknya tak ingin merubuhkannya karena tak ingin berpisah dengan kenangan masa jaya, atau karena tak punya uang Laskar Pelangi, 2008: 50. Karyawan PN Timah yang disebut sebagai urang stap oleh masyarakat setempat memiliki materi melimpah, kesehatan yang terjamin, pendidikan yang terjamin, dan sarana olahraga yang lengkap, dalam artian segala sesuatu yang mereka butuhkan tersedia di gedong tersebut. Tetapi tidak demikian halnya dengan masyarakat di luar gedong tersebut. Masyarakat sekitar bekerja keras dengan menjadi kuli rendahan, pendulang timah ilegal, dan nelayan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka harus bekerja keras, pendidikan terabaikan, demikian juga halnya dengan kesehatan. Mengenai pendidikan, dalam novel Laskar Pelangi Andrea Hirata menggambarkan adanya kesenjangan sekolah milik PN Timah dengan sekolah commit to user 155 kampung tempat anggota Laskar Pelangi menuntut ilmu. Sekolah yang diceritakan sebagai tempat belajarnya anggota Laskar Pelangi adalah kelas-kelas berdinding kayu, berlantai tanah, beratap bocor, yang malam harinya menjadi kandang ternak. Tanpa poster burung Garuda, foto presiden dan wakil presiden. Sangat sederhana bangunan sekolah tersebut, tetapi persoalan apapun menyangkut pendidikan tidak pernah sederhana. Sekolah pembanding adalah sekolah PN Timah, di sekolah-sekolah PN Timah tersebut sarana-prasarana sangat memadai, buku-buku pelajaran tersedia, begitu pula dengan pendidiknya yang merupakan lulusan terbaik dari perguruan tinggi ternama. Hal ini tampak pada kutipan berikut. Sekolah-sekolah PN Timah, yaitu TK, SD, dan SMP berada dalam kawasan gedong. Sekolah-sekolah ini berdiri megah di bawah naungan Aghatis berusia ratusan tahun dan dikelilingi pagar besi tinggi berulir melambangkan kedisiplinan dan mutu tinggi pendidikan. Sekolah PN merupakan center of excellence atau tempat bagi semua hal yang terbaik. Sekolah ini demikian kaya raya karena didukung sepenuhnya oleh PN Timah, sebuah korporasi yang kelebihan duit. Institusi pendidikan yang sangat modern ini lebih tepat disebut percontohan bagaimana seharusnya generasi muda dibina Laskar Pelangi, 2008: 57. Kutipan di atas menceritakan kemegahan sekolah PN Timah dan mutu pendidikannya. Di bawah ini tampak kutipan mengenai sekolah Muhammadiyah yang bertolak belakang dengan kemewahan sekolah PN Timah. Sekolah kami tidak dijaga karena tidak ada benda berharga yang layak dicuri. Satu-satunya benda yang menandakan bangunan itu sekolah adalah sebatang tiang bendera dari bambu kuning dan sebuah papan tulis hijau yang tergantung miring di dekat lonceng. Lonceng kami adalah besi bulat berlubang-lubang bekas tungku. Di papan tulis itu terpampang gambar matahari dengan garis-garis sinar berwarna putih. Di tengahnya tertulis: SD MD Sekolah Dasar Muhammadiyah Laskar Pelangi, 2008: 18-19. commit to user 156 Keberpihakan Andrea Hirata dalam Laskar Pelangi ketika sekolah Muhammadiyah yang miskin dan tidak mempunyai sarana prasarana yang memadai dapat memenangkan lomba cerdas cermat berkat kejeniusan Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah PN Timah yang berijazah dan terkenal, serta memenangkan lomba cerdas cermat. Berikut merupakan kekalahan Drs. Zulfikar dan kemenangan perguruan Muhammadiyah dalam cerdas cermat. Sang Drs. terkulai lemas, wajahnya pucat pasi. Ia membenamkan pantatnya yang tepos di bantalan kursi seperti tulang belulangnya telah dipresto. Ia kehabisan kata-kata pintar, kacamata minusnya merosot layu di batang hidungnya yang bengkok. Ia paham bahwa berpolemik secara membabi buta dan berkomentar lebih jauh tentang sesuatu yang tak terlalu ia kuasai hanya akan memperlihatkan ketololannya sendiri di mata orang genius seperti Lintang. Maka ia mengibarkan saputangan putih, Lintang telah menghantamnya knock out Laskar Pelangi, 2008: 382. Seperti Mahar, Lintang berhasil mengharumkan nama perguruan Muhammadiyah. Kami adalah sekolah kampung pertama yang menjuarai lomba ini, dan dengan kemenangan mutlak. Air yang menggenang di mata Bu Mus dan laki-laki cemara angin itu kini menjadi butiran-butiran yang berlinang, air mata kemenangan yang mengobati harapan, pengorbanan, dan jerih payah Laskar Pelangi, 2008: 383. Data di atas menggambarkan keberpihakan Andrea Hirata terhadap kaum termarginalkan.

F. PEMBAHASAN