commit to user 55
mereka hal ini disebabkan salah masyarakat sendiri karena malas, tidak memiliki jiwa berwirausaha dan tidak mempunyai jiwa membangun. Oleh
karena itu man power development merupakan penentu perubahan. Pendidikan dalam konteks ini tidak mempertanyakan sistem dan struktur
bahkan sistem dan struktur yang ada sudah baik dan benar tanpa perlu dipertanyakan lagi. Tugas pendidikan adalah bagaimana membuat dan
mengarahkan murid untuk beradaptasi dengan sistem yang sudah benar tersebut;
3 kesadaran kritis critical consciousness Kesadaran ini melihat aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah.
Pendekatan struktur menghindari ‘blaming the victims’ dan lebih menganalisis kritis struktur dan sistem sosial, politik, ekonomi, dan budaya serta
dampaknya bagi masyarakat. Paradigma ini melatih anak didik untuk mengidentifikasi ketidakadilan dalam sistem dan struktur yang ada serta
mampu menganalisis bagaimana sistem dan struktur bekerja dan mentransformasikannya;
4 kesadaran kesadarannya kesadaran the consice of the consciousness merupakan bentuk kesadaran tingkat tertinggi dan terdalam.
B. Penelitian yang Relevan
Sebuah penelitian agar mempunyai orisinilitas perlu adanya tinjauan pustaka berupa panelitian relevan. Tinjauan pustaka berupa penelitian yang relevan berfungsi
untuk memberikan pemaparan tentang penelitian dan analisis sebelumnya yang telah
commit to user 56
dilakukan. Tinjauan terhadap hasil penelitian dan analisis sebelumnya ini akan dipaparkan yang berkaitan dengan novel Laskar Pelangi.
Analisis mengenai novel Laskar Pelangi sebelumnya telah dilakukan, antara lain oleh Aldilla Nofrinda 2008 dalam bentuk tesis berjudul “Nilai-nilai Pendidikan
dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Tesis yang disusun Aldilla merupakan penelitian eksploratif yang ditempuh dengan menggunakan metode
semiotika untuk menganalisis wacana dengan memperhatikan tanda-tanda tertentu dalam objek penelitian sampai pada tingkat menemukan makna keseluruhan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Aldilla adalah penggunaan objek kajian novel yaitu Laskar Pelangi, sedangkan perbedaannya pada pendekatan yang
dipergunakan. Penelitian Aldilla menggunakan pendekatan semiotik, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan strukturalisme genetik.
Iwan Nurdaya Djafar 2008 dalam analisisnya yang berjudul “Dari Aspek Saintifik Tetralogi Laskar Pelangi” mengemukakan bahwa Laskar Pelangi
merupakan novel bergaya Saintifik karena mensastrakan Fisika, Kimia, Biologi dan Astronomi, adanya penegasan perbedaan antara Astronomi dan Astrologi dalam
novel Laskar Pelangi, serta tokoh Mahar dan Flo yang mengidap over belief keimanan yang berlebihan yang tergabung dalam Societeit Limpai. Persamaan
analisis tersebut dengan penelitian ini adalah menggunakan novel Laskar Pelangi sebagai objek, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan analisis di atas adalah
penelitian ini mengkaji dimensi pendidikan kaum marginal, sedangkan dalam analisis di atas mengkaji aspek saintifik.
commit to user 57
Jakob Sumardjo 2008 dalam analisisnya “Kritik Buku: Biografi atau Novel, Fakta atau Fiksi?” pengamat sastra ini memberikan simpulan bahwa Laskar
Pelangi sebagai biografi atau otobiografi memoar dari sebagian episode hidup Andrea Hirata, dan Laskar Pelangi merupakan realitas fakta kehidupan Andrea
Hirata. Persamaan penelitian ini dengan analisis di atas adalah dalam hal penggunaan objek yaitu novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Perbedaan penelitian ini
dengan analisis di atas terletak pada pokok bahasan yang dikaji, dalam penelitian ini mengkaji dimensi pendidikan kaum marginal, sedangkan dalam analisis di atas
mengkaji tentang kritik buku, apakah Laskar Pelangi berupa biografi atau novel?, fiksi atau fakta? dapat disimpulkan bahwa Laskar Pelangi sebagai biografi atau
otobiografi memoar dari sebagian episode hidup Andrea Hirata, dan Laskar Pelangi merupakan realitas fakta kehidupan Andrea Hirata.
Sri Setya Prihatin 2009 dalam tesisnya yang berjudul “Novel Laskar Pelangi Analisis Struktur, Resepsi Pembaca, dan Nilai Pendidikan”. Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Berdasarkan penelitiannya dapat disimpulkan bahwa dilihat dari struktur,
plot atau alur novel Laskar Pelangi secara umum menggunakan plot atau alur maju. Penokohan dan perwatakan yang diciptakan pengarang berhasil menggambarkan
secara riil karakter manusia. Setting atau latar cerita, tempat kejadian cerita novel Laskar Pelangi yaitu di SD Muhammadiyah di wilayah Belitong. Berdasarkan point
of view novel Laskar Pelangi menggunakan sudut pandang persona pertama firt- person atau gaya “aku”. Amanat novel Laskar Pelangi banyak memberi pencerahan
commit to user 58
para pendidik, generasi muda, dan para pemegang kebijakan di bidang pendidikan. Berdasarkan resepsi pembaca, semua pembaca yang diwawancarai berpendapat
bahwa novel Laskar Pelangi merupakan novel yang bernilai positif, novel yang dapat meningkatkan kualitas tingkah laku dan kecerdasan moral pembaca.Adapun nilai-
pendidikan yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi setidaknya ada empat macam, yaitu nilai pendidikan keagamaan, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan
kepahlawanan, dan nilai pendidikan sosial kemasyarakatan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sri Setya Prihatin terletak pada dimensi kajian. Penelitian Sri Setya
Prihatin menggali resepsi pembaca, dan nilai pendidikan, sedangkan penelitian ini menggali dimensi pendidikan kaum marginal.
Adek Setiawan 2010 dalam tesisnya yang berjudul “Aspek Pendidikan dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dalam tema novel Laskar Pelangi adalah perjuangan dan semangat anak-anak dalam memperoleh pendidikan di tengah himpitan kemiskinan dan diskriminasi
sosial. Alur dalam novel Laskar Pelangi menggunakan alur maju. Tokoh yang berperan sebagai tokoh utama adalah Ikal, dan tokoh-tokoh lain adalah tokoh
bawahan yang mendukung tokoh utama. Latar tempat pada novel Laskar Pelangi terjadi di Pulau Belitong, latar waktu terjadi pada pertengahan tahun 1970-an sampai
pada tahun 1992. Kemudian latar sosial yang tergambar adalah perjuangan memperoleh pendidikan di tengah kondisi kemiskinan. Aspek pendidikan yang
terkandung dalam novel Laskar Pelangi adalah keteladanan guru, kesenjangan pendidikan, semangat juang memperoleh pendidikan, dimensi kecerdasan, penerapan
commit to user 59
pendidikan inklusi, dan konsep pendidikan formal yang ideal. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Adek Setiawan adalah objek kajian berupa novel Laskar
Pelangi, sedangkan sisi perbedaan pada aspek kajian. Aspek kajian penelitian Adek Setiawan berupa aspek pendidikan, sedangkan penelitian ini difokuskan pada dimensi
pendidikan kaum marginal. Eko Marini 2010 dalam tesisya yang berjudul “Analisis Stilistika Novel
Laskar Pelangi”. Program Studi Linguistik Deskriptif, Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta, ditemukan adanya keunikan pemilihan dan
pemakaian kosakata yaitu pada leksikon bahasa asing, leksikon bahasa Jawa, leksikon ilmu pengetahuan, kata sapaan dan kata konotatif. Kekhususan aspek morfologis
dalam novel Laskar Pelangi yaitu pada penggunaan afiksasi pada leksikon bahasa Jawa dan bahasa Inggris, reduplikasi dalam leksikon bahasa Jawa dan kata majemuk
dalam bahasa Indonesia. Aspek sintaksis dalam novel Laskar Pelangi yaitu kalimat majemuk, penggunaan pola kalimat inversi. Pemakaian gaya bahasa figuratif yaitu
idiom, arti kiasan, metafora, metonimia, simile, personifikasi dan hiperbola. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Eko Marini terletak pada bidang ilmu
kajian. Eko Marini mengkaji novel Laskar Pelangi menggunakan kacamata linguistik khususnya kajian stilistika, sedangkan panelitian ini menggunakan kacamata sastra
dalam hal dimensi pendidikan kaum marginal.
commit to user 60
C. Kerangka Berpikir