Hakikat Novel Kerangka Teori

commit to user 36 c Untuk mencapai solusi atau kesimpulan digunakan metode induktif, yaitu metode pencarian kesimpulan dengan jalan melihat premis-premis yang sifatnya spesifik untuk selanjutnya mencari premis general.

2. Hakikat Novel

Novel merupakan bagian dari sebuah karya sastra berupa potret kehidupan manusia dan dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai unsurnya. Unsur-unsur tersebut oleh pengarang dikreasikan dibuat semirip mungkin dan diimajinasikan dengan dunia nyata lengkap dengan peritiwa-peristiwa dan lakonnya. Lucien Goldman 1977: 1 menyatakan gagasannya mengenai novel tampak pada kutipan berikut. The novel is the story of a degraged search, a search for authentic values in a world itself degraded, but at an otherwise advance level according to a different mode. By authentic values, not the values that the critic or the reader regards as authentic, but those which, without being manifestly present in the novel, organize in accordance with an implicit mode its world as a whole. Burhan Nurgiyantoro 2007: 4 berpendapat bahwa novel adalah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia imajiner yang dibangun melalui unsur intrinsiknya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat ditemukan novel imajinatif yang terkadang berada di luar nalar manusia dan dunia, berusaha dibangun tidak pernah lepas dari alam pikiran pengarang dari hasil mediasi antara subjek nyata dan imajiner yang ada. Novel merupakan representasi dari kehidupan sosial. Langland 1984: ix mengungkapkan hal yang sama society in the novel is thus seen as replicating an historical, a contemporaneous, or an imagined miliew. Society in novels, then, never commit to user 37 simply replicates a world outside, and the relationship between fictional society and real world is not primarily a mimetic one but an evaluative one. Novel merupakan penggambaran sejarah dalam kehidupan dan mempunyai kekuatan di dalamnya, hal ini dikemukakan oleh Lukacs 1962: 415-416 berikut. This historical spirit is the great new principle which Balzac learnt from Walter Scott and passed on to all the really great representatives of the medern social novel. The modern social novel is as much a child of the classical historical novel as the latter is of the great social novels of the eighteenth century. The decisive question of the development of the historical novel in our day is how to restore this connexion in keeping with our age. The classical type of historical novel can only be aesthetically renewed if writers concretely face the question: how was the Hitler regime in germany possible? Then an historical novel many be achieved which will be fully realized artistically. Atar Semi 1988: 32 menyatakan bahwa novel adalah karya yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa novel selain sebagai seni, juga dapat berperan sebagai penyampai misi-misi kemanusiaan yang tidak berkesan menggurui, sebab sangat halus dan mendalam. Robert Stanton 2007: 90 berpendapat bahwa novel mampu menghadirkan perkembangan karakter dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail. Itulah yang membedakan novel dengan cerpen. Hal menarik lain dari novel adalah kemampuannya menciptakan suatu semesta yang lengkap sekaligus rumit. Novel sebagai karya sastra yang kompleks memiliki karakteristik yang menjadi ciri novel tersebut, sebagaimana yang diungkapkan Herman J.Waluyo 2002: 37 bahwa di dalam novel terdapat perubahan nasib dari tokoh cerita, ada beberapa commit to user 38 episode dalam kehidupan tokoh utamanya dan biasanya tokoh utama tidak sampai mati. Novel dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, seperti yang dikemukakan oleh Herman J.Waluyo 2002: 38-39 yang membedakan novel berdasarkan dua jenis, yaitu novel serius dan novel pop. Novel serius adalah novel yang dipandang bernilai sastra tinggi sedangkan novel pop adalah novel yang nilai sastranya diragukan rendah karena tidak ada unsur kreativitasnya. Sesuai dengan teori Lukass, Goldmann dalam Faruk, 2003: 31 membagi novel menjadi tiga jenis, yaitu novel idealisme abstrak, novel psikologi, dan novel pendidikan. Novel jenis pertama menampilkan sang hero yang penuh optimisme dalam petualangan tanpa menyadari kompleksitas dunia. Novel jenis kedua sang hero cenderung pasif karena keluasan kesadarannya tidak tertampung oleh dunia fantasi, sedangkan dalam novel jenis ketiga sang hero telah melepaskan pencariannya akan nilai-nilai otentik. Di pihak lain Lucien Goldmann dalam Nyoman Kutha Ratna, 2003: 126 yang memandang karya sastra dalam kapasitas sebagai manifestasi aktivitas kultural mengungkapkan bahwa novellah karya sastra yang berhasil merekonstruksi struktur mental dan kesadaran sosial secara memadai yaitu dengan cara menyajikannya melalui tokoh-tokoh dan peristiwa. Penggunaan tokoh-tokoh imajiner juga merupakan salah satu keunggulan novel dalam usaha untuk merekonstruksi dan memahami gejala sosial pelaku impersonal, termasuk peristiwa-peristiwa historis Nyoman Kutha Ratna, 2003: 127. commit to user 39 Memahami sebuah novel harus dilakukan pembedaan struktur yang dimiliki, Kenney 1966: 6-7 berpendapat, ”To analyze a literary work is to identify the sparate parts that make it up this correspondsroughly to the nation of tearing it to pieces, to determine the relationships among the parts, and to discover the relation of the parts, to the whole. The end of the analyze is always the understanding of the literary work as a unified and complex whole”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah bagian dari karya sastra berupa kisah hasil representasi kehidupan sosial mengenai penggambaran sejarah dan permasalahan kehidupan yang kompleks, mempunyai unsur-unsur yang saling berkaitan dan pesan-pesan kemanusiaan yang tidak menggurui sebab sangat halus dan mendalam. Peristiwa yang terjalin sangat kompleks karena tidak hanya menciptakan hidup seorang tokoh saja tetapi seluruh tokoh yang terlibat dalam cerita. Karya sastra berupa novel yang dianalisis harus diidentifikasi dan ditentukan hubungannya dalam kajian strukturali agar karya sastra dapat dipahami sebagai satu kesatuan yang menyatu dan kompleks. Pendekatan struktural dapat pula disebut dengan pendekatan intrinsik, yakni pendekatan yang berorientasi kepada karya sebagai jagad yang mandiri terlepas dari dunia eksternal di luar teks. Analisis ditujukan kepada teks itu sendiri sebagai kesatuan yang tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalin dan analisis dilakukan berdasarkan pada parameter intrinsik sesuai keberadaan unsur-unsur internal Siswantoro, 2005: 19. Tujuan analisis struktural adalah membongkar, memaparkan, secermat mungkin keterkaitan dan keterjalinan dari berbagai aspek yang secara bersama-sama membentuk makna A.Teeuw, 1984: 135-136. commit to user 40 Menurut Siswantoro 2005: 20 pendekatan struktural membedah novel, misalnya dapat dilihat dari sudut plot, karakter, setting, point of view, tone, dan theme sebagaimana unsur-unsur itu saling berinteraksi. Pembahasan struktur novel Laskar Pelangi hanya terbatas pada masalah tema, alur, tokoh, dan latar. Alasannya adalah keempat unsure tersebut sesuai dengan tujuan penelitian dan objek yang dikaji yaitu mengenai dimensi sosial kesenjangan perekonomian dan kemiskinan. Tema menentukan inti cerita dari novel tersebut, alur untuk mengetahui bagaimana jalan cerita, penokohan digunakan untuk mengetahui bagaimana karakteristik setiap tokoh sebagai landasan untuk menggali data kesenjangan perekonomian dan kemiskinan. Menurut Burhan Nurgiyantoro 2007: 37 langkah-langkah dalam menerapkan teori strukturalisme adalah sebagai berikut: a. mengidentifikasikan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra secara lengkap dan jelas meliputi tema, tokoh, latar, dan alur; b. menggali unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga diketahui bagaimana tema, tokoh, latar, dan alur dari sebuah karya sastra; c. mendeskripsikan fungsi masing-masing unsur sehingga diketahui tema, tokoh, latar, dan alur dari sebuah karya sastra, dan d. menghubungkan masing-masing unsur sehingga diketahui tema, tokoh, latar, dan alur dalam sebuah karya sastra. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam analisis karya sastra, dalam hal ini novel, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi, mengkaji, commit to user 41 mendeskripsikan fungsi dan kemudian menghubungkan antara unsur intrinsik yang bersangkutan.

3. Hakikat Pendidikan Kaum Marginal