78
Juga cara-cara yang tersebut dalam Pasal 1381 KUHPerdata itu tidaklah lengkap, karena tidak mengatur misalnya hapusnya perikatan, karena meninggalnya
seorang dalam suatu perjanjian yang prestasinya hanya dapat dilaksanakan oleh salah satu pihak. Lima cara pertama yang tersebut di dalam Pasal KUHPerdata
menunjukkan bahwa kreditur tetap menerima prestasi dari debitur. Dalam cara keenam yaitu pembebasan utang, maka Kreditur tidak menerima
prestasi, bahkan sebaliknya, yaitu secara sukarela melepaskan haknya atas prestasi. Pada empat cara terakhir dari Pasal 1381 KUHPerdata maka kreditur tidak menerima
prestasi, karena perikatan tersebut gugur ataupun dianggap telah gugur. Untuk mengetahui di manakah pengaturan dari berlakunya syarat batal, sebagai salah satu
cara hapusnya perikatan maka kita harus melihat kepada Bab I KUHPerdata yaitu berturut-turut Pasal 1253 dan seterusnya an Pasal 1266 KUHPerdata.
3. Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah Sebagai Perjanjian Pokok
Mengingat belum adanya kejelasan dalam peraturan perundang-undangan, maka para pakar hukum perbankan di Indonesia belum ada persamaan pendapat
mengenai bentuk hukum, hubungan antara bank dengan nasabah debitur maka akan dikemukakan beberapa pendapat yakni sebagai berikut :
Marhainis Abdul Hay berpendapat bahwa : perjanjian kredit identik dengan perjanjian pinjam menganti dalam Bab XIII KUH Perdata, sebagai konsekuensi logis
dari pendirian ini, harus dikatakan bahwa perjanjian kredit bersifat riil.
81
Sedangkan pendapat R.Subekti menyatakan bahwa dalam bentuk apapun juga pemberian kredit
itu diadakan dan semuanya itu pada hakikatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam meminjam sebagaimana yang diatur dalam KUH Perdata Pasal 1754 sampai
81
Marhainis Abdul Hay, Hukum Perbankan Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1975, hal. 67.
Universitas Sumatera Utara
79
dengan Pasal 1769.
82
Mariam Darus Badrulzaman tidak sependapat dengan yang dikemukakan Marhainis, dalam hal apakah perjanjian kredit tersebut identik dengan perjanjian
pinjam-mengganti dengan konsekuensi perjanjian kredit tersebut yang bersifat riil. Menurut Mariam Darus, perjanjian kredit adalah “Perjanjian Pendahuluan”
Voorovereenkomst dari penyerahan uang, ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum antara
keduanya Perjanjian ini bersifat konsesual obligatoir, sedangkan penyerahan uang bersifat rill.
83
Di dalam praktek perbankan, bahwa untuk penyerahan uang dibutuhkan persesuaian kehendak. Ditanda tangani perjanjian kredit tidak berarti diiringi dengan
penyerahan uang dari bank maupun penerimaan uang kredit oleh pemohon kredit, ini masih tergantung kepada terpenuhinya seluruh syarat yang ditetapkan dalam
perjanjian kredit akad kredit. Dengan demikian, bentuk hukum perjanjian kredit tergantung pada sudut
pandang mana pendekatan dilakukan. Dilihat dari materi dan isi perjanjian kredit merupakan perjanjian baku atau
perjanjian standar, karena hampir dari seluruh klausul-klausul yang dimuat dalam perjanjian kredit tersebut sudah dibakukan oleh bank, pada dasarnya isi dari
perjanjian kredit telah dipersiapkan terlebih dahulu telah dibakukan formulir tersebut disodorkan kepada setiap pemohon kredit dan pemohon kredit dimintakan
pendapat apakah dapat menerima syarat-syarat yang tercantum di dalam perjanjian tersebut.
82
R. Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya, Bandung, 1996, hal. 3.
83
Mariam Darus Badrulzaman,, Op. Cit., hal. 28.
Universitas Sumatera Utara
80
Bila dilihat dari sifatnya, perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensual artinya dengan ditandatanganinya perjanjian kredit oleh bank dengan nasabah debitur
tidaklah langsung nasabah debitur dapat menarik kredit melainkan harus memenuhi syarat-syarat penarikan terlebih dahulu. Misalnya nasabah debitur harus menyerahkan
barang jaminan yang telah diikat sesuai ketentuan yang berlaku, dapat pula perjanjian kredit merupakan perjanjian obligator karena dengan ditanda tangani perjanjian
kredit tersebut sebelum kredit cair, para pihak haras memenuhi kewajibannya yaitu bank harus menyediakan sejumlah dana dalam waktu tertentu, sedangkan debitur
wajib menyerahkan jaminan yang cukup. Perjanjian kredit merupakan ikatan antara bank dan debitur yang isinya
menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua pihak sehubungan dengan pemberian atau pinjaman kredit. Perjanjian kredit biasanya diikuti dengan perjanjian
jaminan maka perjanjian kredit adalah pokok atau prinsip sedangkan perjanjian jaminan adalah perjanjian ikutan atau assesoir artinya ada dan berakhirya perjanjian
jaminan tergantung dari perjanjian pokok perjanjian kredit.
4. Prosedur Pelaksanaan Penandatanganan Perjanjian Kredit.