Prosedur Pelaksanaan Penandatanganan Perjanjian Kredit.

80 Bila dilihat dari sifatnya, perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensual artinya dengan ditandatanganinya perjanjian kredit oleh bank dengan nasabah debitur tidaklah langsung nasabah debitur dapat menarik kredit melainkan harus memenuhi syarat-syarat penarikan terlebih dahulu. Misalnya nasabah debitur harus menyerahkan barang jaminan yang telah diikat sesuai ketentuan yang berlaku, dapat pula perjanjian kredit merupakan perjanjian obligator karena dengan ditanda tangani perjanjian kredit tersebut sebelum kredit cair, para pihak haras memenuhi kewajibannya yaitu bank harus menyediakan sejumlah dana dalam waktu tertentu, sedangkan debitur wajib menyerahkan jaminan yang cukup. Perjanjian kredit merupakan ikatan antara bank dan debitur yang isinya menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua pihak sehubungan dengan pemberian atau pinjaman kredit. Perjanjian kredit biasanya diikuti dengan perjanjian jaminan maka perjanjian kredit adalah pokok atau prinsip sedangkan perjanjian jaminan adalah perjanjian ikutan atau assesoir artinya ada dan berakhirya perjanjian jaminan tergantung dari perjanjian pokok perjanjian kredit.

4. Prosedur Pelaksanaan Penandatanganan Perjanjian Kredit.

Setelah permohonan Kredit Pemilikan Rumah disetujui oleh pihak bank berdasarkan Surat Penegasan Persetujuan permohonan Kredit dan semua persyaratan telah dipenuhi calon debitur, maka selanjutnya pihak bank membuat perjanjian Kredit Pemilikan Rumah antara pihak nasabah debitur dengan pihak bank. Pada umumnya perjanjian Kredit Pemilikan Rumah tersebut merupakan Universitas Sumatera Utara 81 perjanjian kredit dibawah tangan dan mempergunakan perjanjian baku standard contract, karena perjanjanjian Kredit Pemilikan Rumah sudah ditentukan oleh pihak bank tentang apa yang akan dicantumkan dalam perjanjian tersebut. Perjanjian baku adalah perjanjian yang hampir seluruh Pasal - Pasal sudah dibakukan dalam pemakaiannya dan pada dasarnya tidak ada peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan. Komposisi perjanjian Kredit Pemilikan Rumah pada umumnya terdiri dari 4 empat bagian, yaitu : 1. Judul perjanjian, dalam praktek judul yang dipergunakan oleh bank bermacam-macam dan setiap bank berlainan. Judul dalam suatu akta perjanjian kredit mutlak adanya sehingga setiap orang yang melihat akan dengan mudah mengetahui bahwa akta yang mereka lihat adalah suatu akta perjanjian kredit. 2. Komparisi, yaitu bagian dari suatu akta yang memuat keterangan tentang orangpihak yang bertindak mengadakan perbuatan hukum. Penuangannya adalah berupa ; a. Uraian terperinci tentang identitas meliputi nama, pekerjaan dan Domisili. b. Dasar hukum yang memberi kewenangan yuridis untuk bertindak dari para pihak. c. Kedudukan para pihak. 3. Isi perjanjian, yaitu merupakan bagian dari perjanjian kredit bank yang di dalamnya dimuat hal-hal yang diperjanjikan para pihak, misalnya : Jumlah hutang, jangka waktu, pengembalian, bunga, syarat penarikan kredit, tujuan kredit, cara pengembalian, cidera janji dan jaminan kredit. 4. Penutup, yaitu merupakan bagian atau tempat dimuatnya hal tentang pilihan domisli hukum para pihak, tempat dan tanggal perjanjian ditandatangani, tanggal mulai berlakunya perjanjian kredit. Pada umumnya dari uraian di atas nasabahdebitur dibacakan seluruh isi ketentuan Pasal yang telah ditentukan oleh pihak bankpengembang, sehingga nasabah debitur tinggal membubuhkan tandatangannya dan apabila bersedia menerima seluruh isi perjanjian kredit pemlikan rumah KPR. Perjanjian baku yang Universitas Sumatera Utara 82 telah dipersiapkan oleh pihak bankkreditur mengakibatkan kedudukan dari nasabah debitur dalam hal ini lemah, disebabkan tidak dapat berbuat leluasa untuk menyampaikan hak dan kewajibannya secara keseluruhan sesuai dengan persetujuan dan kesepakatan yang nantinya dituangkan dalam akta perjanjian Kredit Pemilikan Rumah. Lemahnya kedudukan nasabah debitur dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah sangat berpengaruh, karena apabila pihak nasabah debitur tidak dapat menyelesaikan hutang kredit kepada bankkreditur, pihak bank akan melakukan pendekatan yang bersifat administratif. Jika tindakan administratif yang dilakukan oleh bankkreditur, tidak dapat diselesaikan dengan baik dan kredit tersebut sudah dikategorikan macet maka penanganannya lebih banyak ditekankan melalui upaya yang bersifat lembaga hukum. Setelah perjanjian Kredit Pemilikan Rumah selesai ditandatangani oleh bank dengan debitur seterusnya dilanjutkan dengan proses pembebanan Hak Tanggungan.

D. Hambatan-Hambatan dan Upaya dalam Pelaksanaan Kredit Pemilikan Rumah KPR

Dalam hal permohonan KPR tersebut, tidak semua calon debitur yang mengajukan permohonan KPR dapat diterima tetapi ada juga yang ditolak, dan juga dalam proses pelaksanaan pemberian KPR tentu juga banyak tahapan-tahapan yang dilalui. Dalam pelaksanaan tahapan tersebut tentu memiliki hambatan. Adapun hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan KPR tersebut dan upaya yang dilakukan oleh Pihak Bank XYZ untuk mengatasi hambatannya antara lain : Universitas Sumatera Utara 83 1. Pada saat proses KPR dilaksanakan Data-data pendukung sebagai syarat kelengkapan data permohonan kredit belum dilengkapi, seperti; copy NPWP, foto copy PBB tahun terakhir, IMB, penghasilan tambahan suamiistri, uang mukaDP belum tersedia, nilai jaminan tidak sesuai dengan permohonan, bonfaktur tidak lengkaptidak tersedia dan lainnya, sehingga untuk menunggu kelengkapan data tersebut proses menjadi tertundalama. Untuk mengatasi hal ini, bank biasanya menjelaskan secara detail kepada calon debitor syarat-syarat dan ketentuan apa yang seharusnya dilengkapi sehingga nantinya proses pengajuan kreditnya bisa berjalan cepat, lancar dan sesuai dengan prosedur yang ada. Dan sekiranya rumah yang akan dibeli tersebut bekerjasama dengan pihak developerpengembang, bank biasanya meminta kepada marketing developer untuk melengkapi semua persyaratan kpr tersebut sebelum diajukan ke bank dan juga mencantumkan secara jelas di brosur perumahan perihal persyaratan kpr di Bank XYZ. 2. Pada saat penandatangan Perjanjian Kredit Hambatan yang seringkali terjadi dalam proses akad kredit di Bank XYZ, dimana istrisuami calon debitur sedang berada diluar kota, pajak jual beli belum diselesaikan, biaya-biaya sehubungan dengan persetujuan kredit belum disetor ke rekening Bank XYZ, take over dari bank lain yang membutuhkan waktu cukup lama, dan check bersih di BPN atas sertipikat tanah tersebut belum selesai, sehingga proses pelaksanaan penandatanganan dan pencairan kreditnya menjadi terrhambat. Terhadap hal tersebut diatas, upaya yang dilakukan antara petugas kreditbank Universitas Sumatera Utara 84 dengan calon debitor adalah harus adanya saling koordinasi dan komunikasi demi kelancaran proses kredit, sehingga lamanya waktu proses sampai dengan cair sesuai dengan waktu yang ditentukan. 84 3. Setelah kredit berjalan Didalam pemberian kredit, hal yang paling sering terjadi adalah resiko kegagalan pelunasan, sehingga memungkinkan terjadinya kredit bermasalah. Kredit bermasalah yang dapat terjadi pada bank berpotensi terhadap kerugian bank yang bersangkutan. Bila kerugian bank yang timbul karena adanya kredit bermasalah yang tidak dapat diselesaikan sehingga digolongkan sebagai kredit hapus buku atau hapus tagih, maka akan dapat mengurangi modal bank. Bank yang tidak memenuhi ketentuan persyaratan modal minimum akan termasuk sebagai bank bermasalah. Kredit bermasalah ini, dalam praktiknya bisa terjadi baik dari faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor intern yang paling dominan yang mengakibatkan tingginya angka kredit bermasalah adalah justru berasal dari bank itu sendiri karena disebabkan adanya penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan baik dikarenakan pejabat kredit telah mengesampingkan prosedur kebijakan kredit ataupun dikarenakan rendahnya kualitas personal atau ketidak-profesionalismenya pejabat kredit bank. Upaya yang paling effektif yang dapat ditempuh untuk meminimal terjadinya penyimpangan prosedur perkreditan selain dengan meningkatkan kualitas personal pejabat kredit adalah dengan memformulasikan kebijakan-kebijakan kredit 84 Sumber petugas bank bagian Mailing Room. Universitas Sumatera Utara 85 yang meminimal celah-celah penyimpangan yang diback-up dengan sanksi-sanksi baik secara pidana ataupun perdata terhadap pejabat kredit yang tidak mengindahkan kebijakan-kebijakan kredit yang berlaku. Sedangkan faktor ekstern penyebab timbulnya kredit bermasalah antara lain resesi ekonomi yang diikuti menurunnya kegiatan ekonomi, daya beli dan tingginya suku bunga kredit, adanya itikad tidak baik dari debitur dan juga musibah yang terjadi pada debitur atau kegiatan usahanya. Didalam Pasal 12 ayat 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor 72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum PBI No. 72PBI2005 yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 112PBI2009 jo. Pasal 4 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30267KEPDIR SKBI No. 30267KEPDIR tentang Kualitas Aktiva Produktif, mengatur tentang penggolongan kolektibilitas kredit yaitu sebagai berikut : 1. Lancar pass, yaitu apabila memenuhi kriteria : a. Pembayaran angsuran pokok danatau bunga tepat b. Memiliki mutasi rekening yang aktif c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai cash collateral 2. Dalam perhatian khusus special mention, yaitu apabila memenuhhi kriteria : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang belum melampaui 90 sembilanpuluh hari b. Kadang-kadang terjadi cerukan overdraf c. Mutasi rekening rendah d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan e. Didukung oleh pinjaman baru 3. Kurang lancar substandard, yaitu apabila memenuhi kriteria : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 90 sembilanpuluh hari b. Sering terjadi cerukan c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah Universitas Sumatera Utara 86 d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 sembilanpuluh hari e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur f. Dokumentasi pinjaman yang yang lemah 4. Diragukan doubtful, yaitu apabila memenuhi kriteria : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 180 seratus delapanpuluh hari b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 seratus delapanpuluh hari d. Terjadi kapitalisasi bunga e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan 5. Kredit macet loss, yaitu apabila memenuhi kriteria : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 duaratus tujuhpuluh hari b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar. Penggolongan kredit tersebut ditinjau berdasarkan beberapa faktor yaitu prospek usaha, kondisi keuangan, dan kemampuan membayar. 85 Untuk menanggulangi kredit macet tersebut berdasarkan Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.2622.KEP.DIR tanggal 29 Mei 1993 dan Surat Edaran Bank Indonesia SEBI Nomor 264BPPP tanggal 29 Mei 1993 mengenai beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh bank, yaitu antara lain : 1 Penjadwalan kembali rescheduling, yaitu perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal atau jangka waktunya. Bank memberikan kelonggaran kepada debitur untuk membayar utangnya yang telah jatuh tempo dengan cara menunda tanggal jatuh tempo tersebut. Bank akan menanyakan berapa lama debitur akan dapat melunasi kreditnya. 2 Persyaratan kembali reconditioning yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan persyaratan lainnya sepanjang tidak mengenai jumlah maksimal saldo kreditnya. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat posisi tawar menawar 85 Pasal 10, Peraturan Bank Indonesia tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, PBI Nomor 72PBI2005. Universitas Sumatera Utara 87 antar bank dengan debitur yang salah satu upayanya adalah mengubah syarat pengadaan jaminan kredit. Jika bank merasa nilai jaminan yang dirasa kurang, maka bank wajib meminta debitur untuk menambah jaminan yang jenis dan nilainya dapat diterima bank. 3 Penataan kembali restructuring yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut : 1. Menambah dana bank atau, 2. Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi kredit baru. 3. Konversi seluruh atau sebagian dari kredit yang menjadi penyertaan modal perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, yang merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Bank XYZ sebagai pemberi kredit dalam hal debitur penerima kredit tidak dapat memenuhi kewajiban wanprestasi adalah sebagai berikut : a. Pihak bank berupaya untuk mengadakan konfirmasi dan menghubungi debitur yang menunggak, baik menggunakan alamat pada saat memohon kredit maupun alamat rumah KPR Bank XYZ yang wajib dihuni untuk menyelesaikan masalah tunggakan tersebut, melalui surat teguran. b. Pihak bank sebagai pemberi kredit akan melakukan musyawarah dengan debitur penerima kredit mengenai rescheduling, reconditioning dan atau restructuring. c. Pihak bank sebagai pemberi kredit akan menagih debitur penerima kredit untuk melunasi seluruh utangnya. d. Pihak bank sebagai pemberi kredit menyuruh debitur penerima kredit untuk mengosongkan rumah dan tanah dalam waktu yang telah ditentukan. e. Pihak bank pemberi kredit akan mengalihkan piutang dan hak jaminan kreditnya kepada pihak lain alih debitur. Universitas Sumatera Utara 88 Sehubungan dengan hal tersebut diatas, untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah, bank harus segera menangani kredit bermasalah yang dihadapainya melalui pedoman dan prosedur tertulis yang ditetapkan oleh peraturan internnya. Dalam pedoman tertulis tersebut ditetapkan tentang kebijakan penanganan kredit bermasalah yang dapat berupa penyelamatan kredit atau penyelesaian kredit, masing- masingnya disertai dengan cara-cara dan prosedur yang harus dilalui. Kebijakan penanganan kredit bermasalah sangat berkaitan pula dengan kondisi masing-masing bank. Selain itu juga bank perlu mempertimbangkan akibat hukum terhadap objek jaminan kredit yang akan diterimanya bila diikat secara sempurna atau sebaliknya. Universitas Sumatera Utara 89

BAB IV ASPEK JAMINAN YANG DITERAPKAN DAN RESIKO YANG TIMBUL

APABILA TANAH PERTAPAKAN DIJADIKAN JAMINAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH KPR DI PT. BANK XYZ

A. Aspek Hukum Jaminan Kredit dan Pengikatannya. 1. Pengertian dan Kegunaan Jaminan Kredit

Dalam praktek perbankan di Indonesia, pemberian kredit umumnya diikuti penyediaan jaminan oleh pemohon kredit, sehingga pemohon kredit yang tidak bisa memberikan jaminan sulit untuk memperoleh kredit dari bank. Persyaratan bagi pemohon kredit untuk menyediakan jaminan ini dapat menghambat pengembangan usaha pemohon kredit karena pengusaha kecil yang modal usahanya sangat terbatas tidak memiliki harta kekayaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan jaminan kreditnya. Pengertian jaminan menurut Mariam Darus Badrulzaman adalah suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur dan atau pihak ketiga kepada kreditor untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan. 86 Adapun Suyatno, ahli hukum perbankan mendefinisikan jaminan adalah penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu utang. 87 Disisi lain, Hartono Hadisaputro berpendapat bahwa jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditor untuk menimbulkan keyakinan bahwa kreditor akan 86 Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal. 20. 87 Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, Gramedia, Jakarta, 1998, hal. 70. 89 Universitas Sumatera Utara 90 memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. 88 Menurut Gatot Supramono, menyebutkan : ”Barang jaminan pada prinsipnya harus milik debitur, tetapi undang-undang juga memperoleh barang milik pihak ketiga dipergunakan sebagai jaminan, asalkan pihak yang bersangkutan merelakan barangnya dipergunakan sebagai jaminan utang debitur”. 89 Berlakunya perjanjian jaminan selalu bergantung dengan perjanjian pokoknya. Apabila perjanjian pokoknya selesai maka perjanjian jaminannya juga ikut selesai, sebab tidak mungkin ada orang yang bersedia menjamin sebuah utang kalau utang itu sendiri tidak ada wujudnya, sifat perjanjian yang demikian disebut accessoir. Istilah jaminan yang digunakan oleh M. Bahsan adalah ”Segala sesuatu yang diterima kreditor dan diserahkan debitor untuk menjamin suatu utang piutang dalam masyarakat”. 90 Menurut Thomas Suyatno dkk, secara umum jaminan kredit diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan sesorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu utang. 91 88 Hartono Hadisaputro, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty, Yogyakarta, 1984, hal. 50. 89 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal. 196. 90 M. Bahsan, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rejeki Agung, Jakarta, 2002, hal. 148. 91 Kasmir, Op. Cit., hal. 88. Universitas Sumatera Utara 91 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan Pasal 24 1 menyebutkan bahwa “bank umum tidak memberikan kredit tanpa jaminan kepada siapapun”. Berdasarkan pengertian tersebut, nilai dan legalitas jaminan yang dikuasai oleh bank atau yang disediakan oleh debitur harus cukup untuk menjamin fasilitas kredit yang diterima nasabahdebitur. Barang-barang yang diterima bank harus dikuasai atau diikat secara yuridis, baik berupa akta di bawah tangan maupun akta otentik. Menurut Muchdarsyah Sinungan di Indonesia, setiap pemberian kredit harus disertai dengan jaminan fisik yag jumlah dan nilainya harus dapat menjamin jumlah kredit, bilamana terjadi sesuatu kemacetan nantinya. Jaminan kredit tersebut dikenal dengan nama agunan. 92 Dalam penilaian jaminanagunan, yang selalu diperhatikan tentang : 1. Jumlah dan nilainya. 2. Status kepemilikan 3. Daya tahan dan marketability 4. Cara-cara pengikatannya. Ad. 1. Jumlah dan nilainya. Bank-bank dalam menetapkan nilai dari jaminan menentukan sendiri-sendiri. Biasanya jaminan yang ada dinilai sedemikian rupa dan harus berada diatas jumlah kredit yang dinikamatinya ditambah dengan sesuatu jumlah atau persentase tertentu. 92 Muchdarsyah Sinungan, Op. Cit., hal. 140. Universitas Sumatera Utara 92 Untuk menjamin kepentingan bank, sebaiknya nilai jaminan kredit itu adalah 125 dari jumlah kredit. Ini ditentukan secara minimal. Dapat pula jaminan tersebut nilainya berada diataspersentase diatas, misalnya 150 atau 200 . Ad. 2. Status pemilikan. Status pemilikan jaminan ini harus benar-benar diperhatikan dan harus jelas dapat diketahui bahwa jaminan tersebut benar-benar milik sipenerima kreditpemilik jaminan.Bila agunan bukan milik sipenerima kredit, harus ada surat kuasa atau surat pernyataan dari sipemilik untuk bersedia harta miliknya dijaminkan oleh si penerima kredit kepada bank. Selain itu diperhatikan pula tentang kelengkapan bukti-bukti penilaian berupa surat-surat yang sah dan keterangan-keterangan lain yang meyakinkan tentang buktistatus pemilikan surat-surat jaminan tersebut SHMSHGB. Seringkali terjadi kesulitan bank dalam menyelesaikan kredit macet karena persoalan status kepemilikan ini. Tegasnya selama kredit berjalan, status pemilikan barang jaminan tersebut berpindah sementara kepada bank sampai kredit lunas. Ad. 3. Daya tahan dan marketability. Agunan kredit berupa barangbangunan, sesuai dengan umur dan teknisnya berbeda-beda dalam daya tahan dan marketability. Diperhatikan apakah barang- barang tersebut cepat rusak tahan lama atau bangunan masih kondisi terawat, minimal sampai lunas. Misalnya rumah, bila rumah yang dijaminkan dalam keadaan yang tidak baik, buruk dan rusak, tentu marketabilitynya akan jauh berkurang dari keadaan saat kredit Universitas Sumatera Utara 93 diberikan. Marketability adalah kekuatan barang jaminan itu untuk dijualdipasarkan. Bila marketabilitynya lemahkurang tentu nilainya akan turun terus menerus. Lain halnya bila harga tanah dirumah tersebut akan terus meningkat sesuai dengan perkembangan pembangunan kota. Dalam hal tanah harus diperhatikan apakah tanah tersebut telah ada bukti sertifikat dari Badan Pertanahan Nasional. Ad. 4. Cara-cara pengikatan Cara pengikatan barang jaminan sangat penting untuk diperhatikan oleh pihak bank, artinya pengikatan itu harus benar-benar dapat menjamin kepentingan bank, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Kegunaan jaminan adalah untuk ; a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan barang-barang jaminan tersebut, apabila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian. b. Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya, dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil. c. Memberi dorongan kepada debitur tertagih untuk memenuhi perjanjian kredit. Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuatu dengan syarat- syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank. Universitas Sumatera Utara 94

2. Jenis - Jenis Jaminan Kredit.