Fungsi dan Jenis-Jenis Kredit

32 Demikian pula dengan masalah sanksi apabila sidebitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama. 41 Dalam kata kredit mengandung berbagai maksud atau dengan kata lain dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. Sehingga jika kita bicara kredit maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Menurut Thomas Suyatno, et.al., yang merupakan unsur-unsur dari kegiatan kredit antara lain: 42 1. Kepercayaan; 2. Tenggang Waktu; 3. Degree of risk; 4. Prestasi.

3. Fungsi dan Jenis-Jenis Kredit

Fungsi utama dari kredit pada dasarnya adalah pemenuhan jasa untuk melayanai kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, mendorong pertumbuhan produksi, jasa-jasa yang pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Suatu kredit mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis, baik bagi debitur, kreditur, maupun masyarakat membawa pengaruh pada tahapan yang lebih baik. Maksudnya, baik bagi pihak debitur maupun kreditur mendapatkan kemajuan. Kemajuan tersebut dapat tergambar apabila mereka memperoleh keuntungan juga mengalami peningkatan kesejahteraan, dan masyarakat ataupun negara mengalami suatu penambahan dari penerimaan pajak, juga kemajuan ekonomi,baik yang bersifat mikro maupun makro. Dari manfaat nyata dan manfaat yang diharapkan maka sekarang ini kredit dalam kehidupan 41 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Op. Cit. hal. 102. 42 Thomas Suyatno, et.al., Dasar-Dasar Perkreditan, Cetakan Ketiga, Gramedia, Jakarta, 1990, hal. 12-13. Universitas Sumatera Utara 33 perekonomian dan perdagangan mempunyai fungsi : 43 1 Meningkatkan daya guna uang; 2 Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang; 3 Meningkatkan daya guna dan peredaran barang; 4 Salah satu alat stabilitas ekonomi; 5 Meningkatkan kegairahan berusaha; 6 Meningkatkan pemerataan pendapatan; 7 Meningkatkan hubungan internasional. Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah. Dari segi tujuan penggunaan kredit, jenis kredit terdiri atas : 44 a. Kredit Konsumtif Yaitu kredit yang diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta yang diberikan kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsinya untuk kebutuhan sehari-hari. b. Kredit Produktif, baik kredit investasi maupun kredit eksploitasi Kredit investasi yaitu kredit yang ditujukan untuk penggunaan sebagai pembiayaan modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung dan mesin-mesin, juga untuk membiayai rehabilitasi, ekspansi, relokasi proyek atau pendirian proyek baru. Kredit eksploitasi yaitu kredit yang ditujukan untuk penggunaan pembiayaan kebutuhan dunia usaha akan modal kerja berupa persediaan bahan baku, persediaan produk akhir, barang dalam proses produksi, serta piutang, sedangkan jangka waktunya berlaku pendek. Di Indonesia jenis kredit eksploitasi ini boleh dikatakan sudah dilakukan sejak lama, yaitu sejak tahun 1950-an. 45 c. Perpaduan antara Kredit Konsumtif dan Kredit Produktif. Khusus untuk pemerintah daerah, kredit atau pinjaman daerah hanya diperkenankan untuk alternative sumber pembiayaan APBD danatau untuk menutup kekurangan kas. Namun, dimungkinkan pinjaman daerah dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang merupakan inisiatif dan kewenangan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan. 43 Thomas Suyatno, et.al., Dasar-Dasar Perkreditan, hal.14-16. 44 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 488. 45 Faried Wijaya, et.al., Lembaga-lembaga Keuangan dan Bank Perkembangan, Teori dan Kebijakan, Edisi Kedua Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1991, hal.60. Universitas Sumatera Utara 34 Menurut Kasmir, kredit produktif merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal kerja atau perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai. Sedangkan kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan konsumsi, baik pangan, sandang maupun papan. Contoh jenis kredit ini adalah kredit perumahan, kredit kenderaan bermotor yang kesemuanya untuk dipakai sendiri. 46 Menurut Muchdarsyah Sinungan kredit konsumtif adalah kredit yang dipergunakan oleh peminjam utnuk keperluan konsumsi, artinya uang kredit akan habis terpakai untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan kredit produktif digunakan untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi. 47 Kredit Pemilikan Rumah dalam hal ini tergolong dalam kredit konsumtif dimana pengertian Kredit Pemilikan Rumah adalah kredit yang diberikan oleh suatu lembaga keuangan atau bank yang bertindak sebagai kreditur kepada debitur yang tidak mempuyai dana yang cukup untuk membeli rumah beserta tanahnya secara tunai. 48 Dengan demikian pengertian Kredit Pemilikan Rumah adalah kredit yang diberikan oleh bank untuk membantu anggota masyarakat, guna membeli sebuah rumah berikut tanahnya untuk dimiliki. Menurut Pasal 43 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman disebutkan bahwa pemilikan rumah sebagaimana disebutkan dalam ayat 1 dapat difasilitasi dengan kredit atau pembiayaan pemilikan rumah dan dapat dibebani dengan hak tanggungan. Ada beberapa pihak yang saling terkait dalam pemberian Kredit Pemilikan 46 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Op. Cit. hal. 33. 47 Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar dan Teknik Management Kredit, Op Cit., hal. 20-21. 48 Sunaryo Basuki, Hukum Real Estate Indonesia, Djambatan Jakarta 1991, hal. 49. Universitas Sumatera Utara 35 Rumah KPR yaitu : 1 Penjual, yaitu pihak yang memiliki rumah baik itu perorangan maupun pengembang yang menyediakan perumahan dan bermaksud menjual rumah tersebut kepada yang membutuhkan. 2 Pembeli yaitu pihak yang dalam hal ini membutuhkan rumah berikut tanahnya, tetapi tidak cukup dananya untuk membeli rumah tersebut secara tunai. 3 Bank, dalam hal ini pihak yang bersedia menyediakanmenyalurkan dananya.

B. Aspek Hukum Pemohon Kredit. 1.

Subjek Hukum Dalam pemberian kredit undang-undang perbankan menegaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka mengamankan dana masyarakat yang dikelola bank dan disalurkan dalam bentuk kredit. Salah satu yang harus dipahami dalam pemberian kredit adalah mengenai aspek hukum pemohon kredit. Dalam memahami aspek hukum pemohon kredit, terlebih dahulu dijelaskan mengenai arti dan wujud subjek hukum karena pemohon- pemohon kredit menurut hukum termasuk subjek hukum. Para ahli hukum seperti Subekti mendefinisikan bahwa subjek hukum adalah “Pembawa hak atau subjek dalam hukum”. Juga Sudikno Mertokusumo dalam bukunya hukum acara perdata menjelaskan bahwa subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum. 49 49 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Jakarta, 2005, hal. 9. Universitas Sumatera Utara 36 Menurut Sutarno bahwa subyek hukum adalah pendukung atau pembawa hak dan kewajiban artinya subjek hukum itu mempunyai hak-hak dan kewajiban- kewajiban dalam perbuatan hukum yang dilakukan. Karena subjek hukum mempunyai hak dan kewajiban tentunya subjek hukum juga dapat memiliki harta kekayaan. 50 Bentuk dari subjek hukum tersebut ada 2 dua macam , antara lain : a. Manusia persoon Manusia dalam hukum positif merupakan persoon natuurlijke persoon. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa adalah makhluk yang sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa lainnya. Status manusia sebagai subjek hukum melekat pada manusia itu sehingga hukum tinggal mengakui saja. Manusia sebagai subjek hukum dimulai sejak lahir sampai meninggal dunia. Karena manusia sebagai subjek hukum maka manusia sebagai pendukung hak dan kewajiban oleh karena itu mempunyai kewenangan hukum atau kewenangan berhak atau disebut juga kecakapan berhak ialah kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum sendiri. Kewenangan berhak manusia itu merupakan pembawan dari kodrad dan dimulai sejak dilahirkan dan lahirnya hidup dan berakhir sampai saat meninggal dunia. Apabila manusia pada saat dilahirkan mati maka dikatakan tidak mempunyai kewenangan berhak. Pada umumnya setiap manusia dalam hukum dinamakan orang memiliki kewenangan berhak atau kecakapan berhak atau kewenangan hukum. Namun orang- orang tertentu oleh undang-undang dianggap tidak mempunyai kewenangan berhak 50 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Ibid. Universitas Sumatera Utara 37 artinya tidak berwenang atau tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum yaitu : 51 1 Orang-orang yang belum dewasa. Menurut Pasal 1330 KUH Perdata jo Pasal 47 UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan orang belum dewasa adalah anak dibawah umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan pernikahan. 2 Orang-orang yang ditaruh dibawah pengampuan. Menurut Pasal 1330 jo Pasal 433 KUHPerdata yaitu orang yang telah dewasa tetapi dalam keaadan dungu, gila, mata gelap, dan pemboros. 3 Orang-orang yang dilarang undang-undang untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, misalnya orang yang telah dinyatakan pailit. Menurut Pasal 1330 tak cakap untuk membuat persetujuan : 52 a Orang-orang yang belum dewasa; b Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan; c Orang-rang perempuan dalam hal yang ditetapkan undang-undang. b. Badan Hukum recht persoon Badan hukum menurut Menurut Subekti, badan hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau menggugat di depan hakim. 53 Rochmat Soemitro mengatakan bahwa badan hukum rechtspersoon ialah suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak, serta kewajiban seperti orang pribadi. 54 Selanjutnya Tirto Diningrat 55 mengatakan bahwa badan hukum itu adalah 51 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Ibid.hal. 10. 52 Subekti,et.al,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT.Pradnya Paramita,Jakarta,hal. 306 53 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Inter Masa, Jakarta, 1987, hal. 182. 54 Rochmat Soemitro, Penuntutan Perseroan Terbatas dengan Undang-Undang Pajak Perseroan, PT. Eresco, Bandung, 1979, hal. 36. 55 Abdul Muis, Hukum Persekutuan Perseroan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2006, hal. 15 Universitas Sumatera Utara 38 suatu pengertian yang diciptakan untuk membantu hukum menunjuk sebuah subyek khusus menjadi pendukung dari hak-hak. Suatu perkumpulan perdata atau perhimpunan perdata yang didirikan oleh sedikitnya dua orang atau lebih tidak dengan sendirinya berstatus sebagai badan hukum. Untuk memperoleh status sebagai badan yang berarti subjek hukum, akta pendirian dari perkumpulan atau perhimpunan - perhimpunan perdata tersebut harus mendapat pengesahan dari Negara melalui perangkatnya. Misalnya orang yang akan mendirikan badan usaha dalam bentuk perseroan terbatas atau koperasi maka akta pendirian harus mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman.

2. Pemohon Kredit Perorangan