Bentuk dan Fungsi Perjanjian Kredit

72 darinya, kecuali kalau perjanjian perjanjian tersebut dimaksudkan untuk pihak ketiga. Maksud dari asas ini dalam perjanjian tidak lain untuk mendapatkan kepastian hukum bagi para pihak yang telah membuat perjanjian itu. 5 Asas berlakunya suatu perjanjian Pada dasarnya semua perjanjian itu berlaku bagi mereka yang membuatnya tak ada pengaruhnya bagi pihak ketiga, kecuali yang telah diatur dalam undang-undang, misalnya perjanjian untuk pihak ketiga. 75 Asas berlakunya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1315 KUH Perdata yang berbunyi : “Pada umumnya tidak seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu perjanjian dari pada untuk dirinya sendiri”.

3. Bentuk dan Fungsi Perjanjian Kredit

Bentuk umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu, dapat dibuat secara lisan dan andaikata dibuat secara tertulis maka ini bersifat sebagai alat bukti apabila terjadi perselisihan. Untuk beberapa perjanjian tertentu undang-undang menentukan suatu bentuk tertentu, sehingga apabila bentuk itu tidak dituruti maka perjanjian itu tidak sah. Dengan demikian bentuk tertulis tadi tidaklah hanya semata-mata merupakan alat pembuktian saja, tetapi merupakan syarat untuk adanya perjanjian itu. 75 Ibid., hal. 19. Universitas Sumatera Utara 73 Menurut hukum perjanjian kredit dapat dibuat secara lisan atau tertulis yang penting memenuhi syarat-syarat Pasal 1320 KUH Perdata. Namun dari sudut pembuktian perjanjian secara lisan sulit untuk dijadikan sebagai alat bukti, karena hakekat pembuatan perjanjian adalah sebagai alat bukti bagi para pihak yang membuatnya. Dasar hukum perjanjian kredit secara tertulis dapat mengacu pada Pasal 1 ayat 11 UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam Pasal itu terdapat kata-kata : Penyediaan uang atau tagihan atas persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa pemberian kredit harus dibuat perjanjian. Perjanjian kredit merupakan ikatan atau bukti tertulis antara bank dengan debitur sehingga harus disusun dan dibuat sedemikian rupa agar setiap orang dengan mudah untuk mengetahui bahwa perjanjian yang dibuat itu merupakan perjanjian kredit. Perjanjian kredit termasuk salah satu jenis bentuk akta yang dibuat sebagai alat bukti. Dalam praktik bank ada 2 dua bentuk perjanjian kredit yaitu 76 : 1 Perjanjian kredit dibuat dibawah tangan dinamakan akta dibawah tangan 77 artinya perjanjian yang disiapkan dan dibuat sendiri oleh bank kemudian ditawarkan kepada debitur untuk disepakati. Untuk mempermudah dan mempercepat kerja bank, biasanya bank sudah menyiapkan formulir perjanjian dalam bentuk standard standaardform yang isi, syarat-syarat dan ketentuannya disiapkan terlebih dahulu secara lengkap. Bentuk 76 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Op. Cit., hal. 100-101. 77 Pasal 1874 KUHPerdata menyebutkan bahwa sebagai tulisan-tulisan dibawah tangan dianggap akta-akta yang ditandatangani dibawah tangan, surat-surat, register-register, surat-surat urusan rumah tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa perantaraan seorang pegawai umum. Universitas Sumatera Utara 74 perjanjian kredit yang dibuat sendiri oleh bank tersebut termasuk jenis Akta Dibawah Tangan. 2 Perjanjian kredit yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris yang dinamakan akta otentik 78 atau akta notariil. Yang menyiapkan dan membuat perjanjian ini adalah seorang Notaris namun dalam praktik semua syarat dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan oleh Bank kemudian diberikan kepada Notaris untuk dirumuskan dalam akta notariil. Memang Notaris dalam membuat perjanjian hanyalah merumuskan apa yang diinginkan para pihak dalam bentuk akta notariil atau akta otentik. Perjanjian kredit yang dibuat dalam bentuk akta notariil atau akta otentik biasanya untuk pemberian kredit dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu menengah atau panjang, seperti kredit investasi, kredit modal kerja, kredit sindikasi kredit yang diberikan lebih dari satu kreditur atu lebih dari satu bank. Perbedaan antara akta otentik dan akta dibawah tangan dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Akta otentik 1. Bentuk akta ditentukan undang-undang. Contoh Akta Jual beli tanah yang dibuat PPAT, Akta Kelahiran,Akta Perkawinan, Anggaran Dasar Perseroan Terbatas, Keputusan Hakim dan lain sebagainya. 2. Dibuat oleh Pejabat Umum seperti Notaris, PPAT,Pejabat Catatan Sipil, Pejabat KUA, Ketua Pengadilan, Hakim Pengadilan dan lain sebagainya. 3. Kekuatan pembuktian akta otentik sempurna artinya akta otentik itu dianggap sah dan benar tanpa perlu membuktikan atau menyelidiki 78 Pasal 1868 KUHPerdata menyebutkan bahwa suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya. Universitas Sumatera Utara 75 keabsahan tanda tangan pihak-pihak tersebut. 4. Akta otentik mempunyai kekuatan formal artinya akta otentik membuktikan kebenaran daripada yang dilihat, didengar dan dilakukan para pihak tersebut. Jadi dapat menjamin kebenaran identitas para pihak, tandatangan para pihak, tempat akta dibuat dam para pihak menjamin keterangan yang diuraikan dalam akta. 5. Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian materiil artinya akta otentik isinya mempunyai kepastian sebagai alat bukti yang sah diantara para pihak, para ahliwaris dan orang-orang yang memperoleh hak dari akte tersebut. Dengan diajukannya akta otentik, hakim terikat dan tidak diperkenankan meminta alat bukti tambahan, kecuali ada pembuktian sebaliknya yang menyanggah isi akta itu. 6. Apabila akta otentik diajukan sebagai alat bukti didepan hakim, kemudian pihak lawan membantah akta otentik tersebut maka pihak pembantah yang harus membuktikan kebenaranbantahannya. b. Akta dibawah tangan. 1. Bentuk akta dibawah tangan bebas artinya pihak yang membuat akta dibawah tangan tersebut bebas untuk menentukan bentuknya. 2. Kalau akta otentik dibuat oleh pejabat negara, notaris, PPAT maka akta dibawah tangan dibuat oleh pihak-pihak yang membuat akta tersebut. Jadi setiap orang yang cakap menurut hukum dapat membuat akta dibawah tangan. Universitas Sumatera Utara 76 3. Akta dibawah tangan mempunyai kekuatan hukum pembuktian seperti akta otentik jika tanda tangan yang ada dalam akta tersebut diakui oleh yang menandatangani. 4. Akta dibawah tangan baru mempunyai kekuatan materiil jika tandatangannya itu diakui oleh yang mendatanganinya itu. 5. Untuk pembuktian didepan hakim, jika salah satu pihak mengajukan bukti dibawah tangan dan akta tersebut dibantah oleh pihak lawannya, maka yang mengajukan akta dibawah tangan itu yang harus mencari bukti tambahanmisalnya saksi-saksi untuk membuktikan bahwa akta dibawah tangan yang diajukan sebagai bukti tersebut benar-benar ditandatangani oleh pihak yang membantah. Perjanjian Kredit yang telah ditandatangani para pihak , baik yang berbentuk akta di bawah tangan dibuat para pihak sendiri atau dalam bentuk akta otentik dibuat oleh dan dihadapan Notaris, mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: Adapun fungsi daripada perjanjian kredit itu sendiri diantaranya, yaitu: 79 1. sebagai perjanjian-perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian lain yang mengikutinya. 2. sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur. 3. sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit. 79 H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hal. 183. Universitas Sumatera Utara 77

4. Berakhirnya Perjanjian Kredit