Keterbatasan Penelitian METODE PENELITIAN

3.6. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Pra Obsevasi X 2 ACC Judul X 3 Penyusunan Proposal Penelitian X X X 4 Seminar Proposal Penelitian X 5 Revisi Proposal Penelitian X X 6 Penelitian Ke Lapangan X 7 Pengumpulan Data dan Analisis Data X X X X X 8 BimbinganLaporan Akhir X X X X X 9 Sidang Meja Hijau X Tabel 1. Tabel Jadwal Kegiatan Penulisan Skripsi

3.7. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih terdapat kekurangan sesuai yang diharapkan. Masih banyak keterbatasan penelitian baik karena faktor intern di mana peneliti memiliki keterbatasan ilmu dan materi juga karena faktor eksternal seperti informan. Untuk itu bagi para akademisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar pengambilan keputusan diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini hanya membahas mengenai Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak Toba yang ada di wilayah Parapat, Kecamatan Girsang Sipanganbolon khususnya berbicara mngenai peranan Dalihan Na Tolu itu sendiri sebagai katup pengaman bagi potensi konflik pada masyarakat Batak Toba yang berbeda agama. Penelitian, pengolahan data, serta pembahasan mengenai Dalihan na Tolu pada masyarakat Batak Toba yang ada di wilayah Sidabariba Parapat hanya dibahas secara singkat dan tidak mendalam karena takut keluar dari pandangan Sosiologi. Dan apabila dibahas lebih jauh lagi akan merujuk pada kajian antropologi sosial. Namun, penelitian ini sangat menarik dilakukan terlebih berbicara peranan Dalihan Na Tolu itu sendiri sebagai katup pengaman terhadap potensi konflik masyarakat Batak Toba yang sangat sosiologis.. Namun akan menarik jika akan ada penelitian selanjutnya yang fokus pada nilai-nilai Dalihan Na Tolu yang memberikan fungsi baru lainnya pada masyarakat Batak Toba. 2. Ruang dan waktu dalam penelitian juga cukup terbatas, sehingga diharapkan penelitian ini sebaiknya dilakukan dalam waktu yang relatif lama agar data-data lapangan dapat terkumpul lebih mendalam lagi. 3. Dalam melakukan wawancara, peneliti kesulitan dalam berkomunikasi dengan informan, melihat perbedaan beberapa persepsi yang dimiliki terhadap data yang dibutuhkan penulis. Namun peneliti mengingat bahwa peneliti harus objektif, sehingga semua dapat teratasi. Kesulitan waktu untuk mewawancai para informan juga menjadi salah satu tantangan, dikarenakan sibuknya waktu beberapa informan untuk bisa bertemu dengan penulis, serta banyaknya kegiatan pesta adat masyarakat Batak Toba pada saat itu. Harapannya kedepan jika ada penelitian yang khusus mendalami penelitian ini atau ada hal penelitian yang sama, agar dapat memilih waktu penelitian yang tepat dan jauh-jauh hari dari hari besar dan hari libur serta sore hari hingga malam adalah waktu yang lebih tepat untuk bertemu informan di wilayah Sidabariba Parapat, Kecamatan Girsang Sipanganbolon. 4. Kurang lengkapnya data-data statistik maupun kualitatif yang dimiliki oleh pemerintah Kelurahan Parapat menjadikan penulis kesulitan dalam memperoleh data pasti sebagai acuan dan tambahan data sebagai bahan penelitian seperti profil desa dan karakteristik masyarakatnya secara tulisan baku.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan di wilayah Sidabariba yang sekarang dikenal Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipanganbolon. Sidabariba Parapat merupakan daerah yang terbentuk pada zaman kerajaan dan tepatnya pada zaman dinasti Raja-Raja marga Sinaga Bonor Tiang Di Tonga, dengan sistem kebudayaan Batak Toba yang ada pada saat itu bagi para masyarakatnya. Parapat yang dahulunya mayoritas wilayah galunghauma ladangpersawahan, dimana Parapat pertama kali menjadi suatu wilayah tempat tinggal yang rapi dengan berbagai sistem kehidupannya dimulai sejak dari kepemimpinan Raja Parapat yakni Guru Manasem Sinaga Raja Hatoguan hinga raja terakhir yakni Sintua Raja Israel Sinaga. Setelah era kemerdekaan pada tahun 1945 sistem pemerintahan di wilayah Parapat sudah berganti secara sistem pemerintahan Republik yakni kelurahan Parapat. Jumlah penduduk Parapat kurang lebih 6.105 jiwa yang terdiri dari sekitar 1292 kepala keluarga. Pada wilayah ini, 90 penduduknya berasal dari etnis Batak Toba terbanyak yang berbeda agama, selebihnya etnis Simalungun, Karo, Pakpak, Jawa, Sunda, Minang, dan Cina. Penduduk masyarakat Parapat mayoritas beragama Nasrani Protestan dan Katolik, selebihnya beragama Islam, dan Budha. Di wilayah ini terdapat Gereja Protestan seperti HKBP, GPDI, HKI, GKPS, GKPI, Sidang