pendidikan terakhir sebagai tamatan Sekolah Menengah Atas SMA. Saat ini pekerjaan informan adalah sebagai Petani di Parapat.
Informantinggal di parapat sudah 18 Tahun lebih. Informan dahulunya merantau sebagai buruh sawit di kisaran sejak tamat SMA dari Porsea. Setelah
menikah dengan wanita Batak Toba yang berasal dari parapat, informan pindah dari Kisaran mengikut istri ke Parapat dan bekerja sebagai petani kopi dan berladang.
Informan sudah memiliki orang 2 anak. Menurut penuturan informan mengatakan bahwa informan sudah memiliki peran dalam Dalihan Na Toluyang sudah diikat
lewat tali pernikahan dan informan juga ikut serta aktif dalam perkumpulan marga dan serikat kampung istilahnya STMserikat tolong-menolong di Parapat.
4.3. Sejarah
Dalihan Na Tolu Masyarakat Batak Toba di Sidabariba Parapat
Sejarah Dalihan Na Tolu ada bagi masyarakat Batak Toba, khususnya bagi masyarakat Batak Toba yang ada di wilayah Sidabariba Parapat, Kecamatan Girsang
Sipanganbolon dalam penuturan beberapa informan menyatakan bahwa adanya Dalihan Na Tolu di wilayah Sidabariba Parapat semenjak adanya peradaban baru di
wilayah Sidabariba Parapat itu sendiri. Hal ini sama seperti yang dikatakan oleh informan Rohana Sampe Tua Sinaga, SH pr, 43 sebagai berikut :
“Dalihan Na Tolu itu ada di Parapat ini sejak masyarakat itu sendiri ada. Dimana ketika ada kehidupan peradaban manusia, khususnya orang Batak
Toba maka disitulah Dalihan Na Tolu itu ada”. Hal ini juga sama seperti yang dikatakan oleh informan Mangihut Sinaga lk,
59 sebagai berikut :
“Dalihan Na Tolu itu kan sudah tumbuh sejak adanya suku Batak. Artinya kalau generasi Parapat sekarang tinggal mengikuti petunjuk, petuah dari
pada leluhur-leluhurnya.” Dalihan Na Tolu yang ada di wilayah Sidabariba Parapat bermula dari sistem
budaya Batak Toba yang ada di wilayah tetangganya yakni perkampungan Sipangan Bolon yang sudah ada sejak generasi ke-5 marga sinaga keturunan dari Sinaga Bonor
Tiang Ditonga. Dalihan Na Tolu yang ada tersebut berasal dari kampung asalnya leluhur marga Sinaga yakni Bona Pasogit Urat, Samosir. Tepatnya sejak adanya
peradaban manusia di wilayah Girsang Sipanganbolon yang di buka oleh Raja Sirikki Sinaga Op. Mamontang Di Laut Sinaga. Kemudian keturunannya ada dua kelompok
besar yakni Sidaha Pintu Girsang yang menetap di Girsang dan Sidabariba Parapat yang bermigrasi ke kampung parapat di sosor saba tepatnya dengan mendirikan
sebuah kerajaan dengan sistem pemerintahannya Bius Silima Tali. Awal mulanya terbentuk kerajaan parapat merupakan awal terbentuknya dan berlakunya sistem
Dalihan Na Tolu. Hal ini sama seperti yang dikatakan oleh informan D. Sinaga lk, 76 sebagai berikut :
“Dalihan Na Tolu ada di kampung Parapat ini sejak berdirinya kerajaan Parapat, yang sebelumnya di bawa leluhur kami marga Sinaga Bonor Tiang
Ditonga generasi ke-5 dari Urat Samosir yang merantau ke Girsang Sipanganbolon yang bernama Op. Mamontang Dilaut Namartua Sirikki
yang terus kemudian berkembang keturunannya menyebar dengan mendirikan perkampungan baru di Parapat ini. Sekarang saya sudah generasi ke-14 dari
oppung yang datang ke kampung Sidabariba ini”
Dalihan Na Tolu sudah ada di wilayah Sidabariba Parapat sudah ada sekitar tahun 1850an, seiring berdirinya kerajaan Parapat. Dengan adanya sistem Dalihan Na
Tolu ini, seluruh warga masyarakat Parapat patuh dan berpedoman terhadap Dalihan Na Tolu yang menjadi kunci dasar hubungan interaksi sosial masyarakat Batak Toba
yang ada di wilayah Sidabariba Parapat. Hal ini sama seperti yang dikatakan oleh informan Mangihut Sinaga lk, 59 sebagai berikut :
“Ya kalau di pahami, dulu kan ada kerajaan Parapat. Kira-kira tahun 850-an kan sudah ada kerajaan Parapat ya dan sejak itu sudah berkembanglah pola
pikir tentang Dalihan Na Tolu, karna disana kan ada kehidupan sosial masyarakat Batak. Jadi sejak awal pun ini adalah pesan atau poda leluhur.
Jadi setiap warga yang bersuku Batak sangat-sangat menghormati dan berpedoman kepada Dalihan Na Tolu itu. Itulah sebenarnya sebagai kunci
dasar hubungan interaksi sosial masyarakat Batak. Jadi dia sudah ada sekitar 1850-an ketika kerajaan Parapat sudah berdiri.”
Dalihan Na Tolu merupakan sistem budaya yang memiliki posisi sangat penting bagi masyarakat Parapat sejak 1850an. Melalui Dalihan Na Tolu masyarakat
diatur oleh hukum budaya tersebut, sistem pemerintahan kerajaannya juga diatur melalui Dalihan Na Tolu dimana raja berperan sebagai hula-hula dan rakyat sebagai
boru. Dengan adanya sistem Dalihan Na Tolu, menjadikan wilayah Sidabariba menjadi wilayah kerajaan memiliki tatanan sosial masyarakat yang rapi. Dalam
sejarahnya, Parapat merupakan salah satu wilayah yang sangat sulit dijajah dan ditaklukkan oleh kolonial Belanda karena sistem Dalihan Na Tolu disana sangat kuat
di pegang oleh masyarakatnya. Lewat Dalihan Na Tolu tersebutlah rakyatnya yang berperan sebagai boru mendukung penuh raja, sehingga raja mempunyai semangat
dan kekuatan untuk melawan penjajah ketika itu . Hal inilah salah satu bukti kuat
yang menjadikan Dalihan Na Tolu itu sangat penting bagi masyarakat Batak Toba yang tinggal di wilayah Sidabariba Parapat, Kecamatan Girsang Sipanganbolon dalam
mengatasi konflik mereka yang berasal dari luar.Hal ini sama seperti yang dikatakan oleh informan Mangihut Sinaga lk, 59 sebagai berikut :
“Bagaimanapun dengan Dalihan Na Tolu ini belanda pun tidak bisa mengacak-acak masyarakat Toba khususnya di parapat. Karna apa?, karna
Dalihan Na Tolu ini lah yang mengikat marga-marga itu satu, lalu punya pandangan hidup yang bersama, baru kemudian ketika Belanda pun datang
tidak mempan. Artinya termasuk Parapat itu bukan jajahan Belanda sebenarnya, hanya lintasan belanda. Dari situlah sebenarnya kelebihan
Dalihan Na Tolu itu, karna apa?, yang menjadi raja di parapat itu adalah hula-hula, baru kemudian boru lah yang lain-lain. Jadi secara kultural jelas
pihak perempuan atau boru itu kan mendukung hula-hulanya. Ya itulah sebenarnya kelebihan betapa pentingnya Dalihan Na Tolu ini bagi
masyarakat Parapat.”
4.4. Posisi