Kasus Pernikahan di Bawah Tangan di Kelurahan Cinere Depok

68 memberitahu pada khalayak bahwa ia telah menikah. Ia sangat menyesal dan sedih karena pernikahannya tidak berlangsung lama, karena saat usia kehamilannya menginjak 7 bulan ia ditinggalkan suami begitu saja sampai sekarang, ia mengetahui dampak dari nikah di bawah tangan adalah sulit untuk membuat akte kelahiran karena tidak ada bukti nikah, namun pada saat itu keadaan yang mengharuskan ia untuk cepat menikah sehingga memilih nikah di bawah tangan. 2 Ketiga, Lala seorang ibu rumah tangga berusia 37 tahun, ia menikah pada tahun 1998, alasan ia menikah di bawah tangan adalah karena poligami, pekerjaan suami yang sebagai TNI menyulitkan keduanya untuk mendaftarkan nikah di KUA karena tidak ada izin dari istri pertama dari pada nantinya berzina jadi lebih baik nikah di bawah tangan saja. dari pernikahan tersebut pasangan ini dikaruniai 1 orang anak, tetapi pernikahannya tidak berlangsung lama karena istri pertamanya mengetahui suaminya melakukan poligami dengan jalan nikah di bawah tangan tanpa sepengetahuan istri pertama akhirnya suami tersebut memilih untuk kembali kepada istri pertama dan istri keduanya ditinggalkan begitu saja. Dalam kesempatan yang sama, penulis juga mewawancarai anak dari ibu Lala yang bernama Nana yang berusia 15 tahun, ia mengatakan sebagai seorang anak sangat kecewa atas pernikahan orang tuanya yang tidak resmi berdasarkan hukum negara karena ia merasa status ia sebagai anak dipertanyakan, apakah jelas atau 2 Wawancara Pribadi dengan Lulu, di Kediaman Responden, 25 Oktober 2014. 69 tidak karena tidak memiliki akta lahir, ia hanya memiliki surat bukti kelahiran dari tempat ia dilahirkan. 3 Keempat, Intan seorang ibu rumah tangga berusia 42 tahun, ia sudah menikah di bawah tangan sebanyak 2 kali. Alasannya, pernikahan yang pertama karena hamil di luar nikah sehingga harus cepat menikah, tetapi pernikahannya tersebut tidak berlangsung lama karena suami yang tidak jujur dengan istri, tidak pernah memberi nafkah dan sering meninggalkan istri tanpa alasan yang jelas dalam waktu lama. Ia mengatakan ada perasaan kecewa karena harus menerima nasib seperti itu. Walaupun pernah merasakan kekecewaan akibat nikah di bawah tangan, namun ia melakukan hal yang sama di pernikahannya yang kedua. Alasannya karena sama-sama sudah berumur dan sama-sama membutuhkan pendamping hidup untuk hari tua jadi menurutnya tidak memerlukan pencatatan karena tidak akan mungkin lagi memiliki anak. Dari pernikahan pertama ibu Intan memiliki 1 anak bernama iyus berusia 18 tahun, ia sudah menikah dan pernikahannya sama dengan ibunya secara bawah tangan dengan alasan hamil di luar nikah. Pergaulan yang bebas serta tidak ada perhatian dari orang tua sehingga ia seperti itu. Ia mengatakan sebagai anak sangat kecewa dan malu dengan orang tuanya karena banyak cemoohan dari orang sekitar mengenai orang tua dan dirinya, dan ia juga merasa bersalah karena sudah melakukan hal yang sama seperti orang tuanya dahulu. Tetapi ia menyatakan bahwa secepatnya akan mencatatkan pernikahannya di KUA. 4 3 Wawancara Pribadi dengan Lala, di Kediaman Responden, 25 Oktober 2014. 4 Wawancara Pribadi dengan Intan, di Kediaman Responden, 22 Oktober 2014. 70 Kelima, Ajeng seorang karyawan swasta berusia 30 tahun ia menikah pada tahun 2009. Alasannya menikah di bawah tangan karena dijadikan istri kedua atau poligami, mereka saling menyukai tetapi istri pertama tidak menyetujui untuk diduakan. Walaupun dalam pernikahan tersebut tidak terjadi kekerasan, namun ada rasa penyesalan dalam dirinya. Pertama karena pernikahannya tidak tercatat di KUA dan keabsahannya diragukan oleh negara karena tidak memiliki bukti otentik, kedua ia menjadi istri kedua yang perasaan cintanya terbagi dua, pernikahannya belum dikaruniai anak. 5 Keenam, Inah seorang ibu rumah tangga berusia 62 tahun ia menikah pada tahun 2007. Alasan ia menikah di bawah tangan adalah karena usia pasangan tersebut sama-sama sudah lanjut, dan ketidaktahuan mengenai prosedur pencatatan, bahkan ia tidak mengetahui dampak dari nikah di bawah tangan itu sendiri karena ia hidup dalam keadaan tenang dan bahagia bersama suami. 6

B. Faktor Penyebab Nikah di Bawah Tangan

Seorang perempuan yang mau dinikahi secara bawah tangan berarti ia sudah siap dengan berbagai resiko yang harus di hadapi untuk kedepannya. Berikut ini pemaparan beberapa faktor seorang perempuan mau dinikahi secara bawah tangan di wilayah kelurahan Cinere; Pertama, bahwa motif mereka mau dinikahi secara bawah tangan adalah untuk menghindari dari zina dan fitnah. 7 Kedua, karena hamil di luar nikah 5 Wawancara Pribadi dengan Ajeng, di Kediaman Responden, 25 Oktober 2014. 6 Wawancara Pribadi dengan Inah, di Kediaman Responden, 23 Oktober 2014. 7 Wawancara Pribadi dengan Bpk. KH. Muhammad Hamzah, Tokoh Masyarakat di Cinere, di Kediaman Responden, 13 November 2014. 71 sehingga mereka malu untuk mencatatkan pernikahannya di KUA, prosedur yang diberikan oleh Kantor Urusan Agama dalam administrasi pencatatan perkawinan berbelit-belit; tetapi dari wawancara yang penulis lakukan kepada pihak KUA menyatakan prosedur yang mereka berikan sangat mudah hanya perlu melengkapi data dari para calon mempelai. Ketiga, karena poligami, mereka tidak mencatatkan pernikahannya apalagi jika yang berpoligami adalah salah satu aparatur negara; negara memberikan syarat kepada warganya yang menginginkan poligami; yang diatur dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 3 ayat 1 menyebutkan “ pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri dan seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami”, ayat 2 “ pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan”. Pasal 4 ayat 1 “ dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat 2, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya”, ayat 2 “pengadilan dimaksud dalam ayat 1 pasal ini hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila: istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, istri tidak dapat melahirkan keturunan. pasal 5 “untuk dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan, sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat 1, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: adanya persetujuan dari istriistri-istri, adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka, adanya 72 jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka”. 8 Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan sudah sangat diatur sedemikian rupa untuk menekan angka poligami, karena berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pada pasal 3 ayat 1 yang telah disebutkan di atas bahwa Negara Indonesia menganut asas monogami bukan asas poligami. Poligami boleh saja dilakukan asal para pihak yang bersangkutan dapat menyetujui dan hanya dapat dilakukan jika seorang istri tidak lagi dapat menjalankan kewajibannya, dengan kata lain poligami sebagai jalan akhir seperti yang terlihat dari prosedur pengajuan izin menikah lagi yang sangat rumit dan sulit. Alasan yang terkhir Keempat, karena usia yang sudah lanjut sehingga mereka tidak mendaftarkan pernikahannya; mereka hanya berfikir yang terpenting adalah pernikahannya sah berdasarkan agama dan sudah sah menjadi suami istri daripada ia berbuat zina walaupun tidak mencatatkan, hal tersebut sebenarnya sah-sah saja namun ada yang perlu di garis bawahi bahwa pencatatan sebuah pernikahan adalah hal yang sangat penting sekali pada zaman sekarang ini, bagaimana tidak jika tidak memiliki bukti otentik berupa akta nikah pernikahan itu tidak memiliki kekuatan hukum dan akan menyulitkan diri orang tersebut ketika ia sedang berurusan untuk membuat surat-surat resmi seperti paspor terlebih lagi terhadap anaknya. Selebihnya dari mereka sedikit sekali yang 8 Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983 Semarang: Beringin Jaya, h. 8.

Dokumen yang terkait

Eksplorasi Jamur Perombak Serasah di Bawah Tegakan Pinus (Pinus merkusii Jungh et de vriese) dan Rasamala (Altingia excelsa Noronha)

1 80 38

Pelimpahan Hak Asuh Anak Di Bawah Umur Kepada Bapak Akibat Perceraian (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Nomor:411/Pdt.G/2012/PN.Mdn)

15 223 118

Kekuatan Pembuktian Akta Di Bawah Tangan Dikaitkan Dengan Kewenangan Notaris Dalam Legalisasi Dan Waarmerking Berdasarkan UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

0 46 80

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskular di Bawah Tegakan Sengon (Paraserienthes falcataria) Studi Kasus di Areal PT Raja Garuda Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

4 57 54

Perhitungan Kuat Medan Listrik Di Bawah Saluran Transmisi Studi Kasus : Perencanaan Transmisi 275 kV Galang-Binjai

8 119 87

Analisis Hukum Klausul Perjanjian Kredit Bank Di Bawah Tangan Dalam Hubungannya Dengan Penyelesaian Utang Debitur Yang Wanprestasi Pada Bank Perkreditan Rakyat Yekti Insan Sembada Boyoyali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah

1 57 59

Kedudukan Anak Di Bawah Umur Atas Harta Peninggalan Orangtuanya Pada Masyarakat Minangkabau...

0 15 5

Hilangnya hak-hak anak dan istri akibat nikah dibawah tangan: Studi di Kelurahan Kebon Sirih Kecamatan Menteng

1 18 94

Itsbat nikah akibat pernikahan di bawah tangan bagi pasangan menikah di bawah umur (studi analisis penetapan pengadilan agama Cibinong Nomor: 499/Pdt.P/2014/PA.Cbn)

4 22 105

Pelaksanaan Dispensasi Nikah Dalam Praktek Nikah Sirri di Bawah Umur (Analisis Studi Kasus Desa Sukamaju,Kecamatan Cinungnulang,Kabupaten Bogor,Jawa Barat)

3 31 113