44
ءﺎﺴّﻨﻟا ٤
: ٥٩
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya
. Menurut penulis maksud dari ayat tersebut adalah memerintahkan
kepada manusia untuk mentaati pemimpin dan mendidik manusia agar tercipta masyarakat yang sadar dan taat hukum agama dan hukum negara, demi
terwujudnya kebaikan hidup di dunia dan di akhirat. Pencatatan nikah merupakan salah satu yang harus dipenuhi dalam hal
anjuran pemerintah, ulil amri yang dalam hal ini mencakup urusan duniawi. Sementara beberapa kalangan masyarakat muslim, lebih memandang
keabsahan pernikahan dari sisi agama saja yang lebih penting karena mengandung unsur ukhrawi karena lebih menentramkan, sementara sisi
duniawi tadi adalah unsur pelengkap saja setelah unsur utama terpenuhi, dalam hal ini unsur duniawi yaitu nikah dengan dicatatkan adalah langkah
kedua setelah ketenangan batin didapatkan.
53
Dalam hal ini para ulama telah mengeluarkan Fatwa pada tahun 2006
53
Agustina Bilondatu, Optimalisasi Peran Kua Dalam Mengatasi Illegal Wedding, artikel di akses dari http:ejurnal.ung.ac.idindex.phpJLarticleview882823, pada 23 Januari 2014.
45
tentang nikah di bawah tangan, yaitu: a. Pernikahan di bawah tangan hukumnya sah karena telah terpenuhinya
syarat dan rukun nikah, tetapi haram jika terdapat madharat. b. Pernikahan harus dicatat secara resmi pada instansi berwenang, sebagai
langkah preventif untuk menolak dampak negatif atau madharat sa’ddud dzari’ah.
54
Berdasarkan fatwa Majlis Ulama di atas maka saya mengambil kesimpulan bahwa, haram hukumnya apabila pernikahannya dikemudian hari
menimbulkan perselisihan sampai pengingkaran terjadinya perkawinan yang disebabkan tidak tercatat perkawinannya, karena tidak dapat memperlihatkan
alat bukti pernikahannya semisal akta nikah dalam pernikahannya, sehingga menyebabkan dampak negatif dari pernikahan tersebut seperti untuk
pemenuhan hak isteri dan anak menjadi terlantar atau terbengkalai.
3. Nikah di Bawah Tangan Menurut Perundang-Undangan
Sistem hukum Indonesia tidak mengenal istilah “kawin bawah tangan” dan semacamnya serta tidak mengatur secara khusus dalam sebuah peraturan.
Istilah “nikah di bawah tangan” muncul setelah Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan berlaku secara efektif tanggal 1 Oktober 1975
yaitu setelah diundangkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan dan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
,
54
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan, Jakarta: Graha Paramuda, 2008, h. 49.
46
dalam kedua peraturan tersebut disebutkan bahwa tiap-tiap perkawinan selain harus dilakukan menurut ketentuan agama juga harus dicatatkan
. Namun,
secara sosiologis istilah ini diberikan bagi perkawinan yang tidak dicatatkan dan dianggap dilakukan tanpa memenuhi ketentuan undang-undang yang
berlaku.
55
Khususnya tentang pencatatan perkawinan yang diatur dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan
“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu”. Ayat 2 “Tiap-tiap perkawinan dicatat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
56
Peraturan perundang-undangan mengatur perkawinan dari formalitasnya yaitu
perkawinan sebagai sebuah peristiwa hukum yang harus dilaksanakan menurut peraturan agar terjadi ketertiban dan kepastian hukumnya.
57
D. Hakikat Psikologi
1. Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche yang artinya jiwa, sedangkan Logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, secara etimologi
psikologi berarti “Ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejala,
55
Iskandar, Nikah Sirri dan Nikah di Bawah Tangan, artikel ini diakses dari http:iskandar- islam-indonesia.blogspot.com201301nikah-sirri-nikah-di-bawah-tangan-dan.html, tanggal 2 Februari
2014.
56
Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983, h. 7-8.
57
Iskandar, Nikah Sirri dan Nikah di Bawah Tangan, artikel ini diakses dari http:iskandar- islam-indonesia.blogspot.com201301nikah-sirri-nikah-di-bawah-tangan-dan.html, tanggal 2 Februari
2014.
47
proses, maupun latar belakangnya”. Namun, pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda karena :
a. Ilmu jiwa adalah ilmu jiwa secara luas termasuk khayalan dan spekulasi tentang jiwa itu.
b. Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah.
58
Psikologi didefinisikan sebagai kajian saintifik tentang tingkah laku dan proses mental organisme. Berdasarkan definisi psikologi tersebut, maka
psikologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari dan mengkaji tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungan, dalam
pengertian tersebut, terdapat beberapa unsur yaitu : a. Ilmu pengetahuan, yaitu suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dan mempunyai metode tertentu yang bersifat ilmiah. b. Tingkah laku, yaitu segala manifestasi hayati yang meliputi tingkah laku
kognitif, afektif, dan motorik. c. Lingkungan, yaitu tempat di mana manusia hidup, berinteraksi,
menyesuaikan dan mengembangkan dirinya. Secara garis besar, lingkungan dibedakan atas lingkungan dalam internal environment dan
lingkungan luar external environment.
59
Psikologi tidak mempelajari jiwa atau mental secara langsung karena
58
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana, 2011, h. 7
59
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, h. 7-8.