64
C. Kondisi Sosiologis Kelurahan Cinere
Kelurahan Cinere yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta menyebabkan wilayahnya sangat strategis sebagai lokasi usaha, baik usaha
dibidang jasa maupun perdagangan. Karenanya tidak sedikit masyarakat yang bermata pencaharian sebagai wiraswasta dan pedagang, walaupun tenaga buruh
masih mendominasi mata pencaharian sebagian masyarakat. Dan tidak sedikit pula masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani, karena masih ada
lokasi pertanian yang dikelola masyarakat sekitar. Berikut ini tabel jumlah
penduduk berdasarkan pekerjaan: Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Berdasarkan Pekerjaan Petani
28
Wiraswasta
3527
Pengrajin 3
Buruh 7213
Pedagang 2464
PNS
2738
TNIPOLRI
1321
Pensiun 1170
Lain-lain 16120
Sumber: Data Kelurahan Cinere-Depok, Tahun 2014.
Karena letak wilayah kelurahan Cinere yang sangat strategis untuk berwiraswasta dan sebagian wilayahnya masih terbilang asri sehingga
menyebabkan banyak Warga Negara Asing yang menetap di wilayah Cinere .
65
Dan ada bermacam-macam agama di wilayah kelurahan Cinere, Keberagaman warga negara dan Agama ini tidak menghalangi masyarakatnya hidup rukun,
berikut ini tabel jumlah penduduk Warga Negara Asing dan tabel penduduk berdasarkan agama yang dianut :
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Warga Negara Asing
Jumlah Penduduk Laki-laki
Perempuan Jumlah
Jumlah KK
32 18
50 17
Sumber: Data Kelurahan Cinere-Depok, Tahun 2014.
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Berdasarkan Agama
Agama
Islam Kristen
Katolik Kristen
Protestan Hindu Budha Konghucu
Jumlah 21765
5872 5114
888 930
15
Jumlah Keseluruhan
34584
Sumber: Data Kelurahan Cinere-Depok, Tahun 2014.
66
BAB IV NIKAH DI BAWAH TANGAN DAN PENGARUH PSIKOLOGIS
BAGI ISTRI DAN ANAK
A. Kasus Pernikahan di Bawah Tangan di Kelurahan Cinere Depok
Pernikahan yang sah menurut Undang-Undang adalah perkawinan yang mengacu pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan
Kompilasi Hukum Islam yaitu dengan melakukan pencatatan perkawinan. Menurut Hukum positif yang berlaku di Indonesia pencatatan perkawinan
menentukan keabsahan dari sebuah pernikahan, karena tanpa pencatatan perkawinan maka seorang yang menikah tidak akan mendapat bukti otentik dari
pernikahannya dan pernikahannya tidak pernah dianggap terjadi. Jika kita hanya mengandalkan kesaksian dari manusia maka tidak akan
kuat, terkecuali jika saksi manusia tersebut akan terus hidup sepanjang zaman dan ingatannya tidak diragukan lagi. Dari pernikahan yang sah akan menimbulkan hak
dan kewajiban suami istri. Dari penilitian yang penulis lakukan pada masyarakat kelurahan Cinere Depok, perempuan yang menikah di bawah tangan di tinggalkan
oleh suaminya tanpa ada nafkah sama sekali. Seorang suami seenaknya saja pergi meninggalkan istri karena ia merasa pernikahannya tidak resmi, sehingga
menurutnya tidak memenuhi hak dan kewajiban tidak apa-apa, kalaupun seorang istri tersebut menuntut apa yang menjadi haknya maka tidak akan bisa, karena
tidak ada bukti kuat dari pernikahan tersebut. Oleh karena itu betapa pentingnya pencatatan dari sebuah perkawinan.