Pencatatan Perkawinan Menurut Perundang-Undangan

39 demikian, pencatatan perkawinan ini walaupun di dalam Undang-Undang Perkawinan hanya diatur oleh satu ayat, namun sebenarnya masalah pencatatan ini sangat dominan. Ini tampak dengan jelas menyangkut tata cara perkawinan itu sendiri yang kesemuanya berhubungan dengan pencatatan, maka tidaklah berlebihan jika ada pakar hukum yang menempatkan pencatatan sebagai syarat administratif yang juga menentukan sah atau tidaknya sebuah perkawinan. 45 Dipertegas dalam pasal 5 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam KHI “Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat”. Ayat 2 “Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat 1, dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak, Cerai, dan Rujuk jo Undang-Undang No. 32 Tahun 1954 tentang Penetapan berlakunya Undang-Undang RI No. 22 tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak, Cerai, dan Rujuk diseluruh daerah luar Jawa dan Madura”. Pasal 6 ayat 1 “Untuk memenuhi ketentuan pada pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah”. Ayat 2 “Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat nikah tidak mempunyai kekuatan Hukum”. 46 Dalam kenyataannya, praktik perkawinan yang terjadi di lingkungan masyarakat berbeda karena tidak sepenuhnya mengacu kepada undang-undang. 45 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 123. 46 Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, h. 2-3. 40 Pencatatan perkawinan ini menjadi sebuah keharusan, bila kita telusuri eksistensinya secara luas dan agak mendalam, direnungkan dalam konteks kehidupan, masyarakat, bangsa, dan Negara, baik secara sosiologis, psikologis, maupun yuridis dengan segala akibat hukum dan konsekuensinya, tentulah sangat luas obyek yang ditimbulkan sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan peradaban manusia dengan teknologi tinggi dewasa ini, baik dalam hubungan individu sesamanya, maupun dalam kaitan hubungan sebagai anggota masyarakat, bahkan dapat mempengaruhi bentuk masyarakat serta sistem hukum yang berlaku dalam suatu Negara. Karena hukum menentukan bentuk masyarakat, masyarakat yang belum mengenal hukum dapat dicoba mengenalnya dengan mempelajari hukum yang berlaku dalam masyarakat itu, sebab hukum mencerminkan masyarakat itu sendiri. Dari seluruh sistem hukum, maka hukum perkawinanlah yang menentukan dan mencerminkan sistem kekeluargaan dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. 47 Pernikahan yang tidak tecatat tumbuh dan berkembang pada masyarakat Islam di Indonesia, sangat besar dampaknya bagi istri dan anak, posisi mereka sangat lemah di hadapan hukum. Bagi istri akan kehilangan hak nafkah, hak waris jika suatu saat suami meninggal dunia, dan jika terjadi perceraian pihak istri tidak akan bisa menuntut haknya karena tidak ada bukti otentik bahwa pasangan tersebut perna h menikah . Memiliki dampak negatif juga bagi status anak yang dilahirkan di mata hukum, status anak yang 47 M. Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal UU No. 1 Tahun 1974, h. 226-227. 41 dilahirkan dianggap sebagai anak tidak sah, konsekuensinya anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibu. Ketidakjelasan status anak di muka hukum, mengakibatkan hubungan antara ayah dan anak tidak kuat, sehingga bisa saja suatu waktu ayahnya menyangkal bahwa anak tersebut adalah bukan anak kandungnya. Yang jelas merugikan adalah, anak tidak berhak atas biaya kehidupan dan pendidikan, nafkah dan warisan dari ayahnya jika suatu saat sang ayah meninggal dunia, belum lagi diskriminasi dari pihak luar yang menganggap mereka sebagai anak hasil hubungan gelap karena orang tua yang menikah di bawah tangan.

C. Pengertian Nikah di Bawah Tangan, Nikah di Bawah Tangan Menurut

Hukum Islam, Nikah di Bawah Tangan Menurut Perundang-Undangan 1. Pengertian Nikah di Bawah Tangan Istilah nikah di bawah tangan lebih banyak dikenal masyarakat dengan nikah sirri atau nikah yang dirahasiakan, Menurut Huzaemah Tahido Yanggo, nikah sirri dengan nikah di bawah tangan urfi berbeda, nikah sirri adalah nikah yang dirahasiakan supaya orang lain tidak mengetahui, sedangkan nikah di bawah tangan adalah nikah yang secara fikih memenuhi syarat dan rukun nikah, namun dalam pernikahan tidak dicatat secara resmi oleh Pegawai Pencatat Nikah. 48 Dan pelaksanaan akad tersebut adalah benar dan sah dengan 48 Yayan Sopyan, Islam Negara, Jakarta: PT. Semesta Rakyat Merdeka, 2012, h. 133. 42 rukun dan syarat nikah yang sesuai dengan syari’at Islam. 49 Menurut hemat penulis yang dimaksud dengan nikah di bawah tangan adalah nikah yang dilakukan berdasarkan syari’at Islam yaitu dengan terpenuhinya rukun dan syarat nikah tetapi tidak didaftarkan atau dicatatkan pada Pegawai Pencatat Nikah PPN sehingga tidak ada bukti otentik bahwa telah dilangsungkannya sebuah pernikahan. Nikah di bawah tangan pada dasarnya adalah kebalikan dari nikah yang dilakukan menurut hukum. Nikah menurut hukum adalah nikah yang diatur dalam Undang-Undang Perkawinan. Dengan demikian, bahwa nikah di bawah tangan adalah nikah yang dilakukan tidak menurut hukum. Nikah yang dilakukan tidak menurut hukum dianggap nikah illegal, sehingga tidak mempunyai akibat hukum berupa pengakuan dan perlindungan hukum.

2. Nikah di Bawah Tangan Menurut Hukum Islam

Dalam Islam tidak mengenal adanya nikah di bawah tangan, nikah di bawah tangan baru dikenal setelah adanya Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, karena menurut Islam sah atau tidaknya pernikahan bukan ditentukan oleh pencatatan perkawinan tetapi dari kelengkapan rukun dan syarat nikah. 50 Namun, pada masa Imam Malik bin Anas telah dikenal istilah nikah sirri atau nikah yang dirahasiakan bukan nikah di bawah tangan, hanya saja 49 Muhammad Fuad Syakir, Perkawinan Terlarang, Jakarta: Cendikiawan Muslim, 2002, h. 46. 50 Iskandar, Nikah Sirri dan Nikah di Bawah Tangan, artikel ini diakses dari http:iskandar- islam-indonesia.blogspot.com201301nikah-sirri-nikah-di-bawah-tangan-dan.html, tanggal 2 Februari 2014. 43 nikah sirri yang dikenal pada masa dahulu berbeda pengertiannya dengan pada masa sekarang. Pada masa dahulu yang dimaksud dengan nikah sirri yaitu pernikahan yang memenuhi unsur-unsur atau rukun dan syarat sahnya perkawinan menurut syariat, yaitu adanya mempelai laki-laki dan mempelai perempuan, adanya ijab qabul yang dilakukan oleh wali dengan mempelai laki-laki dan disaksikan oleh dua orang saksi, hanya saja si saksi diminta untuk merahasiakan atau tidak memberitahukan terjadinya pernikahan tersebut kepada khalayak ramai, dengan sendirinya tidak ada i’lanun nikah dalam bentuk walimatul ‘ursy. 51 Adapun nikah di bawah tangan yang dikenal oleh masyarakat Indonesia sekarang ini ialah pernikahan yang dilakukan oleh wali atau wakil wali dan disaksikan oleh para saksi, tetapi tidak dilakukan di hadapan Petugas Pencatat Nikah sebagai aparat resmi pemerintah atau perkawinan yang tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama bagi yang beragama Islam, sehingga dengan sendirinya tidak mempunyai Akta Nikah yang dikeluarkan oleh pemerintah. 52 Bukankah kita diperintahkan oleh Allah untuk mentaati pemimpin, sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. An Nisa’ [4]: 59;                51 Ahmad Jauhari, Problematika dan Implikasi Perkawinan di Bawah Tangan, artikel ini diakses dari http:www.lbh-apik.or.idfact51-bwh20tangan.htm, pada tanggal 2 Februari 2014. 52 Iskandar, Nikah Sirri dan Nikah di Bawah Tangan, artikel ini diakses dari http:iskandar- islam-indonesia.blogspot.com201301nikah-sirri-nikah-di-bawah-tangan-dan.html, tanggal 2 Februari 2014.

Dokumen yang terkait

Eksplorasi Jamur Perombak Serasah di Bawah Tegakan Pinus (Pinus merkusii Jungh et de vriese) dan Rasamala (Altingia excelsa Noronha)

1 80 38

Pelimpahan Hak Asuh Anak Di Bawah Umur Kepada Bapak Akibat Perceraian (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Nomor:411/Pdt.G/2012/PN.Mdn)

15 223 118

Kekuatan Pembuktian Akta Di Bawah Tangan Dikaitkan Dengan Kewenangan Notaris Dalam Legalisasi Dan Waarmerking Berdasarkan UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

0 46 80

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskular di Bawah Tegakan Sengon (Paraserienthes falcataria) Studi Kasus di Areal PT Raja Garuda Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

4 57 54

Perhitungan Kuat Medan Listrik Di Bawah Saluran Transmisi Studi Kasus : Perencanaan Transmisi 275 kV Galang-Binjai

8 119 87

Analisis Hukum Klausul Perjanjian Kredit Bank Di Bawah Tangan Dalam Hubungannya Dengan Penyelesaian Utang Debitur Yang Wanprestasi Pada Bank Perkreditan Rakyat Yekti Insan Sembada Boyoyali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah

1 57 59

Kedudukan Anak Di Bawah Umur Atas Harta Peninggalan Orangtuanya Pada Masyarakat Minangkabau...

0 15 5

Hilangnya hak-hak anak dan istri akibat nikah dibawah tangan: Studi di Kelurahan Kebon Sirih Kecamatan Menteng

1 18 94

Itsbat nikah akibat pernikahan di bawah tangan bagi pasangan menikah di bawah umur (studi analisis penetapan pengadilan agama Cibinong Nomor: 499/Pdt.P/2014/PA.Cbn)

4 22 105

Pelaksanaan Dispensasi Nikah Dalam Praktek Nikah Sirri di Bawah Umur (Analisis Studi Kasus Desa Sukamaju,Kecamatan Cinungnulang,Kabupaten Bogor,Jawa Barat)

3 31 113