26
terjadinya perceraian.
18
b. Hikmah Nikah
Islam sangat menganjurkan pernikahan dalam rangka mewujudkan tatanan keluarga yang tenang, damai, tenteram, dan penuh kasih sayang.
Selain itu pernikahan merupakan salah satu sarana untuk melahirkan generasi yang baik. Dengan adanya pernikahan sebagaimana diatur oleh
agama, maka anak-anak dan keturunan akan terpelihara nasab keturunannya, dan salah satu harapan adanya pernikahan juga untuk
memperoleh keturunan yang baik, sholeh dan sholeha.
19
Dengan demikian, pernikahan dalam Islam mempunyai hikmah dan manfaat yang sangat besar, baik bagi kehidupan individu, keluarga,
masyarakat, bahkan agama, bangsa dan negara serta kelangsungan umat manusia, berikut ini beberapa hikmah dari pernikahan:
1 Pernikahan sejalan dengan fitrah manusia untuk berkembang biak, dan keinginan untuk melampiaskan syahwat secara manusiawi dan syar’i.
2 Upaya menghindarkan diri dari perbuatan maksiat akibat penyaluran hawa nafsu yang tidak benar seperti perzinaan.
3 Terwujudnya kehidupan yang tenang dan tenteram. 4 Membuat ritme kehidupan seseorang menjadi lebih tertib dan teratur.
5 Pernikahan dan adanya keturunan akan mendatangkan rizki yang halal
18
M. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata, h. 181.
19
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Bandung: PT. Al Ma’arif, jilid 6, 1990, h. 18.
27
dan berkah. 6 Nikah memiliki kontribusi di dalam membentuk pribadi untuk
berperilaku disiplin. 7 Memperkokoh tali persaudaraan antar masyarakat, terutama antar
kedua keluarga sehingga terwujud solidaritas sosial takaful ijtima’i dengan memperluas hubungan persaudaraan.
8 Dapat menghasilkan keturunan yang baik dan jelas nasabnya.
20
4. Hak dan Kewajiban Suami Istri
Akad nikah yang sah, akan menimbulkan akibat hukum baik bagi suami maupun istri dan dengan demikian akan menimbulkan pula hak dan kewajiban
suami kepada istri dan sebaliknya dan akan menimbulkan pula hak bersama suami istri.
Supaya rumah tangga bahagia dan kekal, diperlukan syarat-syarat tertentu. Salah satu di antaranya adalah dipenuhinya hak masing-masing dari suami
dan istri dan dilaksanakannya apa yang menjadi kewajiban, baik oleh suami maupun oleh istri. Tanpa dipenuhinya hak dan tanpa dihiraukannya
kewajiban, mustahil rumah tangga bisa bahagia dan kekal. Kalau suami dan istri masing-masingnya hanya pandai menuntut hak tetapi tidak melaksanakan
apa yang menjadi kewajibannya pertanda rumah tangga suami istri seperti ini bukannya surga yang menyenangkan tetapi neraka dunia yang menyedihkan
20
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h. 47.
28
yang pada gilirannya akan berakhir dengan perceraian.
21
Berikut ini adalah hak dan kewajiban suami istri menurut hukum Islam:
Kewajiban Suami dan Hak Istri : a. Sebagai pemimpin keluarga
Keluarga sangat memerlukan pemimpin, dan oleh Islam yang ditentukan sebagai peminpin adalah suami bukan istri. Laki-laki
memimpin perempuan adalah sesuai dengan kenyataan, dalam Qur’an dikemukakan dua alasan mengapa suami menjadi pemimpin bagi istri.
Pertama, karena Allah memang melebihkan laki-laki atas perempuan, misalnya dalam segi kemampuan fisik. Dan kedua, karena laki-lakilah
yang menanggung belanja istri, seperti yang dikemukakan di dalam QS. An Nisa ayat 34 yang artinya “laki-laki adalah pemimpin bagi kaum
wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka laki-laki dengan sebagian yang lain wanita, dan oleh karena mereka laki-laki
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka...”. b. Memberi nafkah
Rumah tangga mempunyai sejumlah kebutuhan seperti pangan, sandang, dan papan dan suamilah yang menanggung kebutuhan rumah
tangga ini. Bagi suami memberi nafkah keluarga adalah kewajiban yang harus ditunaikan dan adalah hak istri untuk menerimanya. Karena menurut
21
Humaidi Tatapangarsa, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1993, h. 2.