Hak dan Kewajiban Suami Istri

29 Islam yang wajib bekerja mencari penghidupan adalah suami. Sebagaimana dalam firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 233 yang artinya “Dan kewajiban ayah adalah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf...”. Sayyid sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah menyebutkan bahwa diwajibkannya suami memberi nafkah kepada istri karena adanya ikatan perkawinan yang sah. c. Memberi mahar Mahar adalah suatu pemberian wajib dari suami kepada istri sebagai hadiah yang tulus berkenaan dengan perkawinan antara keduanya. Mahar atau maskawin menjadi hak penuh istri, ia berhak mempergunakan hak miliknya menurut kehendaknya dan tidak boleh dihalangi oleh siapapun termasuk wali dan suami. 22 Kewajiban Istri dan Hak Suami : a. Taat kepada suami Taat adalah kewajiban istri dan sekaligus merupakan hak suami. Artinya istri wajib taat kepada suami dalam hal kebaikan, dan suami mempunyai hak untuk ditaati. Bahkan hak dari suami yang paling besar. Ketaatan inilah yang menjadi syarat berhaknya istri menerima nafkah dari suami dan suami berkewajiban memenuhinya. b. Menyelenggarakan urusan rumah tangga 22 Humaidi Tatapangarsa, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Islam, h. 4-34. 30 Selain taat kepada suami, istri wajib menyelenggarakan urusan rumah tangga dengan baik. Yang termasuk dalam penyelenggaraan rumah tangga adalah melaksanakan tugas kerumah tanggaan di rumah seperti menyiapkan keperluan sehari-hari, membuat suasana rumah tangga menyenangkan dan penuh ketentraman baik bagi suami maupun anak- anak, mengasuh dan mendidik anak-anak. 23 Hak Bersama Suami Istri : a. Hubungan seksual Suami istri keduanya berhak saling bergaul dan melakukan hubungan kenikmatan seksual. Hubungan ini dihalalkan bagi suami istri secara timbal balik. b. Harta waris Suami dan istri saling mempunyai hak antara yang satu dengan yang lain untuk mendapat harta waris sebagai akibat dari ikatan perkawinan yang sah jika salah seorang meninggal dunia. c. Perlakuan yang baik Suami dan istri saling mempunyai hak untuk mendapat perlakuan yang baik. Hanya dengan pergaulan yang baik antara keduanya maka dimungkinkan bahtera rumah tangga berjalan dengan baiak, bahagia, dan kekal. 23 Humaidi Tatapangarsa, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Islam, h. 18-25. 31 d. Perlindungan rahasia seksual Masing-masing suami istri sama-sama mempunyai hak untuk tidak diberitahukan kepada orang lain rahasia seksualnya, kecuali jika ada alasan yang dapat dibenarkan. Yang dimaksud dengan rahasia seksual adalah segenap rahasia di tempat tidur yang menyangkut hubungan intim suami istri. Baik suami maupun istri tidak boleh memberitahukannya kepada orang lain. 24 Sedangkan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan memberikan alasan yang jelas berkenaan dengan hak dan kewajiban suami istri yang diatur dalam pasal 31 sampai 34. Sesuai dengan prinsip yang dikandung oleh pasal 31 ayat 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan “kedudukan suami istri adalah sama dan seimbang baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan hidup bermasyarakat”. 25 Menurut Yahya Harahap, khusus menyangkut ayat 1 merupakan spirit of the age semangat tuntutan zaman dan merupakan hal yang sangat wajar untuk mendudukkan suasana harmonis dalam kehidupan keluarga, dan ini merupakan perjuangan emansipasi yang sudah lama berlangsung. 26 Beranjak dari Undang-Undang Perkawinan tersebut, menurut Sayuti Thalib setidaknya ada lima hal yang sangat penting. Pertama, pergaulan hidup 24 Humaidi Tatapangarsa, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Islam, h. 27-34. 25 Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983 Semarang: Beringin Jaya, h. 15. 26 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 186. 32 suami istri yang baik dan tentram dengan rasa cinta dan mencintai santun menyantuni. Kedua, suami memiliki kewajiban sebagai kepala keluarga dan istri juga memiliki kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Ketiga, rumah kediaman disediakan suami dan suami istri wajib tinggal dalam satu kediaman tersebut. Keempat, belanja kehidupan menjadi tanggung jawab suami. Kelima, istri bertanggung jawab mengurus rumah tangga dan membelanjakan biaya rumah tangga yang diusahakan suaminya dengan cara-cara yang benar, wajar, dan dapat dipertanggung jawabkan. 27 Berbeda dengan Undang-Undang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam mengatur masalah hak dan kewajiban suami istri sangat rinci, karena mengatur kedudukan suami istri serta kewajiban suami istri. Kompilasi Hukum Islam begitu merinci hal-hal yang di jelaskan secara umum dalam Undang-Undang Perkawinan seperti bentuk kebutuhan yang harus dipenuhi suami, nafkah, kiswah, dan kediaman atau sandang, pangan, dan papan. Demikian juga dengan biaya perawatan, pengobatan, istri, dan anak serta pendidikan anak. 28

B. Pengertian Pencatatan Nikah, Pencatatan Nikah Menurut Hukum Islam,

dan Pencatatan Nikah Menurut Perundang-Undangan 1. Pengertian Pencatatan Nikah 27 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 187. 28 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 193. 33 Di dalam kamus besar bahasa Indonesia Pencatatan adalah proses atau cara perbuatan mencatat. 29 Pencatatan perkawinan adalah suatu pencatatan yang dilakukan oleh pejabat negara terhadap peristiwa perkawinan, dalam hal ini Pegawai Pencatat Nikah PPN yang melakukan pencatatan, ketika akan melangsungkan suatu akad perkawinan antara calon suami dan calon istri. 30 Dalam Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 2 ayat 1 menyebutkan “pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya menurut agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 32 tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, talak, cerai, dan rujuk”. 31 Kesimpulannya adalah bahwa pencatatan perkawinan adalah proses pendataan atau penulisan administrasi perkawinan yang dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah PPN agar terciptanya ketertiban hukum.

2. Pencatatan Perkawinan Menurut Hukum Islam

Pada dasarnya, baik Qur’an maupun Hadis tidak mengatur secara jelas mengenai pencatatan perkawinan. Pelaksanaan Pencatatan perkawinan ini didasarkan kepada “maslahah mursalah” , karena pencatatan perkawinan 29 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa indonesia, h. 247. 30 Muhammad Zain dan Mukhtar Alshodiq, Membangun Keluarga Humanis, Jakarta: Graha Cipta, 2005, h. 38. 31 Undang-Undang Perkawinan :UU No. 1Th 1974, PP No. 9 Th 1975, PP No. 10 Th 1983 Semarang: Beringin Jaya, h. 36. 34 sangat penting untuk dilaksanakan oleh pasangan mempelai, sebab buku nikah yang didapatkan merupakan bukti otentik tentang keabsahan pernikahan baik menurut agama maupun negara. Dengan buku nikah tersebut, mereka dapat membuktikan keturunan yang sah yang dihasilkan dari perkawinan yang sah dan dapat memperoleh hak-haknya sebagai ahli waris terlebih lagi di era globalisasi seperti sekarang ini. 32 Walaupun ada ayat Qur’an yang menganjurkan untuk mencatat segala bentuk transaksi muamalah. Pada masa Rasulullah Saw maupun sahabat memang belum dikenal adanya pencatatan perkawinan, pada waktu itu perkawinan sah apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya. Pertama, larangan untuk menulis sesuatu selain Qur’an, akibatnya kultur tulis tidak begitu berkembang dibanding dengan kultur hafalan oral. Kedua, mereka sangat mengandalkan hafalan ingatan dan mengingat sebuah peristiwa perkawinan bukanlah sebuah hal yang sulit untuk dilakukan. Ketiga, tradisi walimatul ‘urusy walaupun dengan seekor kambing merupakan saksi disamping saksi syar’i tentang sebuah perkawinan, sebagaimana sabda Nabi Saw : ِﺔَﺸِﺋ ﺎَﻋ ْﻦَﻋ َو َلﺎَﻗ م.ص ِﻲِﺒﱠﻨﻟا ِﻦَﻋ ﺎَﻬْـﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر ِلﺎَﺑْﺮِﻐْﻟﺎِﺑ ِﻪْﻴَﻠَﻋ اﻮُﺑِﺮْﺿاَو َحﺎَﻜﱢﻨﻟا اَﺬَﻫ اﻮُﻨِﻠْﻋَأ ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻋ ﺔﺟﺎﻣ ﻦﺑا ﻩاور ۳۳ 32 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2006, h. xix-xx. 33 Nailul Authar, Penerjemah Mu’ammal Hamidy dkk, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001, h. 2258.

Dokumen yang terkait

Eksplorasi Jamur Perombak Serasah di Bawah Tegakan Pinus (Pinus merkusii Jungh et de vriese) dan Rasamala (Altingia excelsa Noronha)

1 80 38

Pelimpahan Hak Asuh Anak Di Bawah Umur Kepada Bapak Akibat Perceraian (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Nomor:411/Pdt.G/2012/PN.Mdn)

15 223 118

Kekuatan Pembuktian Akta Di Bawah Tangan Dikaitkan Dengan Kewenangan Notaris Dalam Legalisasi Dan Waarmerking Berdasarkan UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

0 46 80

Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskular di Bawah Tegakan Sengon (Paraserienthes falcataria) Studi Kasus di Areal PT Raja Garuda Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

4 57 54

Perhitungan Kuat Medan Listrik Di Bawah Saluran Transmisi Studi Kasus : Perencanaan Transmisi 275 kV Galang-Binjai

8 119 87

Analisis Hukum Klausul Perjanjian Kredit Bank Di Bawah Tangan Dalam Hubungannya Dengan Penyelesaian Utang Debitur Yang Wanprestasi Pada Bank Perkreditan Rakyat Yekti Insan Sembada Boyoyali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah

1 57 59

Kedudukan Anak Di Bawah Umur Atas Harta Peninggalan Orangtuanya Pada Masyarakat Minangkabau...

0 15 5

Hilangnya hak-hak anak dan istri akibat nikah dibawah tangan: Studi di Kelurahan Kebon Sirih Kecamatan Menteng

1 18 94

Itsbat nikah akibat pernikahan di bawah tangan bagi pasangan menikah di bawah umur (studi analisis penetapan pengadilan agama Cibinong Nomor: 499/Pdt.P/2014/PA.Cbn)

4 22 105

Pelaksanaan Dispensasi Nikah Dalam Praktek Nikah Sirri di Bawah Umur (Analisis Studi Kasus Desa Sukamaju,Kecamatan Cinungnulang,Kabupaten Bogor,Jawa Barat)

3 31 113