Perilaku Siswa Pengakses Situs Porno Melalui Internet Terhadap Rangsangan Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008

(1)

PERILAKU SISWA PENGAKSES SITUS PORNO MELALUI INTERNET TERHADAP RANGSANGAN SEKSUAL DI SMKTI SWASTA

RAKSANA MEDAN TAHUN 2008

SKRIPSI

Oleh:

HASNA FADHILA NIM. 031000039

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

PERILAKU SISWA PENGAKSES SITUS PORNO MELALUI INTERNET TERHADAP RANGSANGAN SEKSUAL DI SMKTI SWASTA

RAKSANA MEDAN TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

HASNA FADHILA NIM. 031000039

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PERILAKU SISWA PENGAKSES SITUS PORNO MELALUI INTERNET TERHADAP RANGSANGAN SEKSUAL DI SMKTI SWASTA

RAKSANA MEDAN TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

HASNA FADHILA 031000039

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapn Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 Desember 2008 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Drs. Eddy Syahrial, MS Lita Sri Andayani, SKM, Mkes 131674466 132098925

Penguji II Penguji III

Drs. Tukiman, MKM Drs. Alam Bakti Keloko, MKes

13191819 131996172

Medan, 7 Januari 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dekan

Dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 131134053


(4)

ABSTRAK

Indonesia sebagai suatu Negara yang menjadi bagian dari globalisasi teknologi internet, dengan perkembangannya yang sudah mulai merambah dan mulai dikenal masyarakat. Ketika jumlah pengakses situs porno di internet mengalami peningkatan dengan konsumen utamanya adalah remaja yang mempunyai kecenderungan mencoba hal-hal baru serta tingginya rasa ingintahu mereka akan seks. Tingginya minat siswa SMKTI Swasta Raksana Medan dalam mengakses situs porno, yang diperkirakan dapat mendorong terjadinya perilaku seksual menyimpang pada remaja.

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan pengakses situs porno di internet pada siswa SMKTI Swasta Raksana Medan terhadap perilaku seksual remaja tahun 2008. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuatitatif. Populasi penelitian adalah siswa laki-laki kelas I, I dan III SMKTI Swasata Raksana Medan yaitu sebanyak 938 orang. Besar sampel adalah sebanyak 121 orang dengan pemilihan sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling. Data diperoleh dari kuesioner penelitian dan data umum yang diperoleh dari SMKTI Swasta Raksana Medan. Penyajian data dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 121 siswa SMKTI Swasta Raksana Medan, umumnya berada pada kategori pengetahuan sedang yaitu sebanyak 72 orang (59,5%) dan kategori sikap baik yaitu sebanyak 110 orang (90,9%). Pada kategori tindakan, keseluruhan siswa pernah mengalami perilaku seksual, yang terbanyak adalah onani yaitu sebanyak 75 orang (62,0%), selanjutnya berciuman yaitu sebanyak 62 orang (51,2%), yang melakukan petting yaitu sebanyak 29 orang (24,0%), sedangkan yang melakukan oral seks yaitu sebanyak 17 orang (14,0%). dan yang paling sedikit adalah melakukan hubungan seksual yaitu sebanyak 12 orang (9,9%).

Dari hasil penelitian disarankan kepada pihak sekolah SMKTI Swasta Raksana Medan hendaknya lebih memberikan materi tentang pendidikan seksual kepada siswanya sehingga informasi yang didapatkannya pun lebih bertanggung jawab. Adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa dalam mengontrol perilaku remaja yang menyimpang misalnya dengan memberi perhatian dan dukungan terhadap aktivitas atau kegiatan siswa. Perlu adanya pendidikan seksual bagi remaja dalam keluarga sedini mungkin untuk mencegah remaja mencari informasi yang tidak jelas dari media massa. Pendidikan seksual juga harus disesuaikan dengan tingkat kematangan seksual sang anak.


(5)

DAFTAR RIWARYAT HIDUP

Nama : Hasna Fadhila

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 1 Juli 1985 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 9 orang

Alamat Rumah : Perum. Bumi Paus Permai Blok D-1 Pekanbaru-Riau Riwayat Pendidikan : 1. SD Alwasliyah Medan (1991-1997)

2. SLTP Negri 40 Medan (1997-2000) 3. SMU Kartini Batam (2000-2003)


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah AWT atas berkat, rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikna skripsi yang berjudul Perilaku Siswa Pengakses Situs Porno Melalui Internet Terhadap Rangsangan Seksual Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008.

Dalam penulisan skripsi ini tisak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

2. Ibu Dra. Syarifah, selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.

3. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Pembimbing I penulis yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalammemberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.

4. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II penulis yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalammemberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Tukiman, MKM dan Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, MKes selaku Dosen Penguji penulis yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, pengetahuan, dan saran bagi penulis dalam penulis skripsi ini. 6. Seluruh staff pengajar Departemen Pendidikan kesehatan dan Ilmu Perilaku

FKM USU, serta Bang Hendro yang telah banyak membantu penulis.

7. Kedua orangtua penulis, Bapak Hawari dan Ibu Nurmi, yang telah banyak memberikan perhatian, kasih sayang, serta dukungan baik moril maupun materil dan terus mendoakan penulis selama ini, “kakak sayang mamak dan bapak”.


(7)

8. Bapak Drs. B. Silitonga selaku Kepala Sekolah SMKTI Swasta Raksana Medan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

9. Bapak Anton Siagian selaku Wakil Kepala Sekolah SMKTI Swasta Raksana, seluruh staff pengajar, serta seluruh siswa sekolah tersebut yang mana telah banyak membantu peneliti selama melakukan penelitian di sekolah tersebut. 10.Abang-abangku yang tercinta, Bang Ar, Bang Fadli, Bang Dayat dan Bang

Husni serta Adik-adikku yang tersayang Salman, Rusdi, Hani dan Halim. Terima kasih untuk perhatian, kasih sayang, canda tawa, bantuan serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

11.Seluruh keluarga besar kedua orang tuaku, terima kasih untuk dukungannya baik moril maupun materil dan terus mendoakan penulis selama ini.

12.Sahabat-sahabatku Ani, Lince, Mustika, dan Wayan terima kasih atas canda tawanya, dukungannya, serta doanya selama ini.

13.Anak-anak kos picauly 23 Ayu, Dina, Darma, Eli, Ida, Mira, Oja, Tika, Fina, Siska, dan K’nana terima kasih untuk canda tawanya, pemikiran, nasehatnya, serta kekompakkanya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14.Teman-teman stambuk 2003 dan teman-teman peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Endam, Bang Dika, Bang Buset, Endamora, Bang Heri dan Sherli terima kasih buat bantuannya selama ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya kepada kita semua. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, Desember 2008


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ...i

Abstarak ...ii

Riwayat Hidup Penulis ...iii

Kata Pengantar ...iv

Daftar Isi ...vi

Daftar Tabel ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...6

1.3. Tujuan Penelitian ...6

1.3.1. Tujuan Umum ...6

1.3.2. Tujuan khusus ...7

1.4. Manfaat Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8

2.1. Perilaku ...8

2.1.1. Pengetahuan ...9

2.1.2. Sikap ...11

2.1.3. Tindakan ...12

2.1.3. Proses Adopsi Perilaku ...13

2.2. Internet ...13

2.3. Situs Porno ...16

2.4. Efek Situs Porno ...18

2.5. Pornografi ...19

2.6. Undang-undang anti Pornografi Dan Pornoaksi ...21

2.7. Masa Remaja ...22

2.8. Kesehatan Reproduksi Remaja ...23

2.9. Perilaku Seksual Remaja ...24

2.10.Pendidikan Seksual ...27

2.10.1. Tujuan Pendidikan seksual ...28

2.11.Keluarga ...28

2.12.Kelompok Sebaya ...31

2.13.Kerangka Pikir Penelitian ...33

BAB III METODE PENELITIAN ...34

3.1. Jenis Penelitian ...34

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...34

3.2.1. Lokasi ...34

3.2.2. Waktu Penelitian ...34

3.3. Populasi Dan Sampel...35

3.3.1. Populasi ...35

3.3.2. Sampel ...35

3.4. Metode Pengumpulan Data ...36


(9)

3.4.2. Data Sekunder...36

3.5. Definisi Operasional ...36

3.6. Aspek Pengukuran ...37

3.6.1. Pengetahuan ...38

3.6.2. Sikap...39

3.6.3. Tindakan ...40

3.7. Teknik Analisa Data ...40

BAB IV HASIL PENELITIAN ...41

4.1. Gambaran Umum SMKTI Swasta Raksana Medan ...41

4.1.1. Peserta Program Pendidikan ...41

4.2. Karakteristik Responden ...42

4.3. Pengetahuan Responden ...45

4.3.1. Pengetahuan Tentang Pengertian Situs Porno ...45

4.3.2. Pengetahuan Tentang Keberadaan Situs Porno...46

4.4.3. Pengetahuan Tentang Penyebab Seorang Remaja Ingin Mengakses Situs Porno ...46

4.3.4. Penetahuan Tentang Bahaya Mengakses Situs Porno Bagi Remaja Usia Sekolah ...47

4.3.5. Pengetahuan Tentang Dorongan Seksual Yang Di timbulkan Dari Situs Porno ...47

4.3.6. Pengetahuan Tentang Pencegahan Yang Dilakukan Orang tua dalam Membebaskan Keluarga Dari Pornografi ...48

4.3.7. Pengetahuan Tentang Pentingnya Pendidikan Seks Diberikan Kepada Remaja Dalam Mencegah Dampak Maraknya Pornografi ...49

4.3.8. Pengetahuan Tentang Persamaan Pendidikan Seks Dan Pornografi ...49

4.3.9. Kategori Pengetahuan ...50

4.4. Sikap Responden ...51

4.4.1. Kategori Sikap Responden ...52

4.5. Tindakan Responden ...52

4.5.1. Tindakan Tentang Kapan Waktu Mengakses Situs Porno...52

4.5.2. Tindakan Tentang Lamanya Waktu Mengakses Situs Porno ..53

4.5.3. Tindakan Tetang Besar Biaya Untuk Mengakses Situs Porno 53 4.5.4. Tindakan Tentang Tempat Mengakses Situs Porno ...54

4.5.5. Tindakan Tentang Perilaku Seksual Setelah Mengakses Situs Porno...54

4.5.6. Kategori Tindakan Responden ...55

BAB V PEMBAHASAN ...56

5.1. Karakteristik Siswa SMKTI Swasta Raksana Medan ...56

5.2. Pengetahuan ...58

5.2.1. Pengetahuan Tentang Pengertian Situs Porno ...58

5.2.2. Pengetahuan Tentang Keberadaan Situs Porno...59

5.2.3. Pengetahuan Tentang Penyebab Seorang Remaja Ingin Mengakses Situs Porno ...60


(10)

5.2.4. Penetahuan Tentang Bahaya Mengakses Situs Porno Bagi

Remaja Usia Sekolah ...61

5.2.5. Pengetahuan Tentang Dorongan Seksual Yang Di timbulkan Dari Situs Porno ...61

5.2.6. Pengetahuan Tentang Pencegahan Yang Dilakukan Orang tua dalam Membebaskan Keluarga Dari Pornografi ...62

5.2.7. Pengetahuan Tentang Pentingnya Pendidikan Seks Diberikan Kepada Remaja Dalam Mencegah Dampak Maraknya Pornografi ...63

5.2.8. Pengetahuan Tentang Persamaan Pendidikan Seks Dan Pornografi ...64

5.2.9. Kategori Pengetahuan ...65

5.3. Sikap Responden ...66

5.3.1. Sikap Tentang Internet Memberikan Informasi Secara Benar Kepada Masyarakat Luas ...66

5.3.2. Sikap Tentang Situs Porno Dapat Merusak Mental Remaja ...66

5.3.3. Sikap Tentang Situs Porno Dapat Menyebabkan Keinginan Melakukan Berbagai Perilaku Seksual Menyimpang ...67

5.3.4. Sikap Tentang Anak-anak dan Remaja Rentan Terhadap Pengaruh Pornografi ...68

5.3.5. Sikap Tentang Kecnduan Pornografi Dapat Menjadi Kebebasan Dalam Seks dan Kaum Perempuan Kerap Menjadi Korban dari Perilaku Tersebut ...69

5.3.6. sikap Tentang Keluarga Merupakan Pintu Pertama Pendidikan Bagi Anak Dalam Membendung Pornografi ...69

5.3.7. Sikap Tentang Pemblokiran Situs Porno Diinternet Yang Dilakukan oleh Pemerintah ...70

5.3.8. Kategori Sikap Responden ...71

5.4. Tindakan Responden ...71

5.4.1. Tindakan Tentang Kapan Waktu Mengakses Situs Porno...71

5.4.2. Tindakan Tentang Lamanya Waktu Mengakses Situs Porno ..72

5.4.3. Tindakan Tetang Besar Biaya Untuk Mengakses Situs Porno 73 5.4.4. Tindakan Tentang Tempat Mengakses Situs Porno ...73

5.4.5. Tindakan Tentang Perilaku Seksual Setelah Mengakses Situs Porno...74

5.4.6. Kategori Tindakan Responden ...76

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...78

6.1. Kesimpulan ...78

6.1.1. Karaktersitik Responden ...78

6.1.2. Perilaku Responden ...78


(11)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian 2. Master Pengolahan Data


(12)

DARTAR TABEL

Hal. Tabel 4.1 Distribusi Siswa SMKTI Swasta Raksana Medan

Tahun Ajaran 2008/2009 ... 41 Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Umur Di SMKTI Swasta Raksana

Medan Tahun 2008 ... 42 Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Jumlah Uang Saku Di SMKTI

Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 42 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Orangtua

Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 43 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orangtua Di SMKTI

Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan Orangtua

Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.7 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengertian Situs

Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan 2008 ... 45 Tabel 4.8 Distribusi pengetahuan Responden Berdasarkan Keberadaan Situs

Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 46 Tabel 4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Penyebab Seorang

Remaja Ingin Mengakses Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana

Medan Tahun 2008 ... 46 Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Bahaya

Mengakses Situs Porno bagi Remaja Usia Sekolah Di SMKTI

Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 47 Tabel 4.11 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Dorongan Sekusual

Yang Ditimbulkan Dari Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana

Medan Tahun 2008 ... 47 Tabel 4.12 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pencegahan yang

Dilakukan Orangtua Dalam Membebaskan keluarga Dari Pornografi Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 48


(13)

Tabel 4.13 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pentingnya Pendidikan Seks Diberikan Dalam Mencegah Dampak Maraknya

Pornografi Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 49 Tabel 4.14 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Persamaan

Pendidikan Seks Dengan Pornografi Di SMKTI Swasta Raksana

Medan Tahun 2008 ... 49 Tabel 4.15 Distribusi Kategori Pengetahuan Pengakses Situs Porno Melalui

Internet Terhadap Seksual Di SMKTI Swasta Raksana Medan

Tahun 2008 ... 50 Tabel 4.16 Distribusi Sikap Pengakses Situs Porno Melalui Internet

Terhadap Seksual Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun

Tahun 2008 ... 51 Tabel 4.17 Distribusi Kategori Sikap Pengakses Situs Porno Melalui Internet

Terhadap Seksual Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 ... 52 Tabel 4.18 Distribusi Tindakan Responden Tentang Kapan Waktu Untuk

Mengakses Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan

Tahun 2008 ... 52 Tabel 4.19 Distribusi Tindakan Responden Tentang Lamanya Waktu Untuk

Mengakses Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan

Tahun 2008 ... 53 Tabel 4.20 Distribusi Tindakan Responden Tentang Besar Biaya Untuk

Mengakses Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan

Tahun 2008 ... 53 Tabel 4.21 Distribusi Tindakan Responden Tentang Tempat Untuk

Mengakses Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan

Tahun 2008 ... 54 Tabel 4.22 Distribusi Tindakan Responden Tentang Perilaku Seksual setelah

Mengakses Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan


(14)

Tabel 4.23 Distribusi Kategori Tindakan Pengakses Situs Porno Melalui Internet Terhadap seksual Di SMKTI Swasta Raksana Medan


(15)

ABSTRAK

Indonesia sebagai suatu Negara yang menjadi bagian dari globalisasi teknologi internet, dengan perkembangannya yang sudah mulai merambah dan mulai dikenal masyarakat. Ketika jumlah pengakses situs porno di internet mengalami peningkatan dengan konsumen utamanya adalah remaja yang mempunyai kecenderungan mencoba hal-hal baru serta tingginya rasa ingintahu mereka akan seks. Tingginya minat siswa SMKTI Swasta Raksana Medan dalam mengakses situs porno, yang diperkirakan dapat mendorong terjadinya perilaku seksual menyimpang pada remaja.

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan pengakses situs porno di internet pada siswa SMKTI Swasta Raksana Medan terhadap perilaku seksual remaja tahun 2008. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuatitatif. Populasi penelitian adalah siswa laki-laki kelas I, I dan III SMKTI Swasata Raksana Medan yaitu sebanyak 938 orang. Besar sampel adalah sebanyak 121 orang dengan pemilihan sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling. Data diperoleh dari kuesioner penelitian dan data umum yang diperoleh dari SMKTI Swasta Raksana Medan. Penyajian data dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 121 siswa SMKTI Swasta Raksana Medan, umumnya berada pada kategori pengetahuan sedang yaitu sebanyak 72 orang (59,5%) dan kategori sikap baik yaitu sebanyak 110 orang (90,9%). Pada kategori tindakan, keseluruhan siswa pernah mengalami perilaku seksual, yang terbanyak adalah onani yaitu sebanyak 75 orang (62,0%), selanjutnya berciuman yaitu sebanyak 62 orang (51,2%), yang melakukan petting yaitu sebanyak 29 orang (24,0%), sedangkan yang melakukan oral seks yaitu sebanyak 17 orang (14,0%). dan yang paling sedikit adalah melakukan hubungan seksual yaitu sebanyak 12 orang (9,9%).

Dari hasil penelitian disarankan kepada pihak sekolah SMKTI Swasta Raksana Medan hendaknya lebih memberikan materi tentang pendidikan seksual kepada siswanya sehingga informasi yang didapatkannya pun lebih bertanggung jawab. Adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa dalam mengontrol perilaku remaja yang menyimpang misalnya dengan memberi perhatian dan dukungan terhadap aktivitas atau kegiatan siswa. Perlu adanya pendidikan seksual bagi remaja dalam keluarga sedini mungkin untuk mencegah remaja mencari informasi yang tidak jelas dari media massa. Pendidikan seksual juga harus disesuaikan dengan tingkat kematangan seksual sang anak.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Indonesia sebagai suatu negara yang menjadi bagian dari globalisasi teknologi internet yang tentunya tidak terlepas dari berbagai akibat yang ditimbulkan oleh maraknya arus informasi tanpa kontrol tersebut. Internet yang secara positif memiliki muatan ilmu pengetahuan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi (Jufri, 2007).

Saat ini perkembangan internet sudah mulai merambah dan menempatkan posisi yang kuat dideretan media massa yang lebih dulu ada. Ketika internet sudah mulai dikenal masyarakat, sudah dapat diramalkan media ini akan menjadi sangat popular dikemudian hari. Jumlah pengakses situs-situs porno di internet yang cenderung mengalami peningkatan, maka perlu diwaspadai dampak penggunaan teknologi tersebut terhadap kesehatan mental dan hubungan interpersonal para pengguna (Erik, 2007).

Fakta menunjukkan bahwa konsumen utama pornografi adalah para remaja yang mana umumnya mempunyai kecenderungan untuk mencoba hal-hal baru, sangat tingginya rasa ingin tahu mereka tentang seks, dan pengaruh informasi yang tidak benar serta perubahan-perubahan hormonal yang terjadi pada remaja mengakibatkan timbulnya dorongan emosi dan pemicu bagi hasrat seksual mereka. Sampai pada banyak ditemuinya kasus remaja yang melakukan perilaku negatif dan tindakan kriminal seksualitas (Anonim, 2006).


(17)

Hal itu terjadi kemungkinan semakin maraknya jumlah warung internet (warnet), yang penyediaan dan penataan ruangannya cenderung tertutup, serta tidak adanya aturan khusus dalam memasuki warung internet, sehingga semakin memudahkan remaja dalam mengakses situs-situs porno. apalagi untuk mengaksesnya terbilang mudah bagi remaja. Cukup hanya dengan menggunakan fasilitas searching yahoo.com atau google.com, remaja dapat mencari apa saja disana termasuk tentang kata kunci seks dan erotika (Bungin, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian eMarketer sebuah lembaga penelitian internet di Amerika seperti yang dikutip oleh Kurniawati, H (2008), bahwa terdapat peningkatan jumlah situs porno dari tahun 2000 hingga 2007. Data tahun 2000 menyebutkan terdapat sekitar 28.000 situs porno, dan pada tahun 2006 terjadi kenaikan sebanyak 100.000 situs porno. Sedangkan pada tahun 2007 terjadi lagi peningkatan sekitar 1,3 milliar situs porno di seluruh dunia yang terdapat di internet. Sedangkan di Indonesia sendiri jumlah situs porno meningkat dari 22.100 situs pada tahun 1997 menjadi 280.000 situs pada tahun 2000 atau melonjak 10 kali banyak dalam kurun waktu tiga tahun. Diketahui setiap detiknya 28.258 orang di dunia melihat tayangan pornografi di internet (berupa gambar dan film). Sampai saat ini jumlah situs porno di internet telah mencapai 4,2 juta situs (Muslim, 2008).

Hasil penelitian di Amerika menunjukkan bahwa konsumen utama situs porno adalah umumnya remaja laki-laki yang berusia 12 sampai 17 tahun (Anonim, 2007). Menurut hasil penelitian LIPI yang dikutip oleh Erik (2007), bahwa 70% dari pengunjung warung internet di seluruh Indonesia, yang mengakses situs porno adalah remaja yang berusia belasan tahun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Jufri di


(18)

Makasar (2005), bahwa anak-anak yang berusia 12 sampai 17 tahun adalah pengakses situs porno terbanyak.

Berdasarkan hasil survey toptenreview.com seperti yang dikutip oleh Soebagijo (2008), Indonesia masuk kedalam peringkat 7 dari 10 peringkat dunia Negara pengakses pornografi. Dari hasil survey tersebut juga ditemukan pada tahun 2006 berkembang 100.000 situs yang bermaterikan pornografi anak yakni usia 18 tahun ke bawah. Data tersebut menyebutkan 89% chatting remaja bermaterikan seksual. Rata-rata pengaksesnya berusia 11 tahun. Sedangkan 80%nya berusia 15-75 tahun telah biasa mengakses situs pornografi hardcore atau adegan hubungan intim yang memperlihatkan alat kelamin. Lebih parah lagi data tersebut juga menyebutkan 90%pengaksesan situs pornografi dilakukan saat belajar dan melakukan tugas tugas bersama.

Menariknya hampir 80% pengakses situs porno di Indonesia terdapat di kota pelajar yaitu Yogyakarta, kemudian disusul kota Surabaya, Jakarta, Bandung dan Makasar. Untuk tingkat Asean, kota Yogyakarta menduduki posisi yang lebih tinggi dibandingkan Manila, Singapura, Bangkok, dan Kuala lumpur (Anonim, 2008). Sedangkan di Kediri hampir 78% pelajarnya datang ke warung internet (warnet) hanya untuk membuka situs porno (Hadley, 2006).

Menurut Elizabeth seorang ahli psikologi, yang dikutip oleh Longginus (2007), bagi remaja dorongan untuk melakukan hubungan seksual datang dari tekanan-tekanan sosial, terutama dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya tentang seks. Meningkatnya minat pada seks maka remaja selalu mencari berbagai informasi yang mungkin dapat diperoleh tentang seks.


(19)

Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Damayanti, R (2007), sebanyak 8.941 pelajar dari 119 SMA atau yang sederajat di Jakarta, sekitar 5% pelajar telah melakukan perilaku seks pranikah, karena pengaruh teman sebaya yang negatif. Lingkungan yang negatif ternyata berpengaruh buruk pada perilaku remaja, karena mereka belum punya proteksi terhadap perilaku orang-orang di sekelilingnya.

Penggunaan internet untuk mengakses situs-situs porno memang sangat sulit dihindarkan, mengingat bahwa situs semacam itu telah tersedia sangat banyak. Hal yang paling dikhawatirkan dari kebiasaan tersebut adalah mendorong timbulnya berbagai aktivitas seks yang menyimpang pada diri remaja yang mengakses situs porno tersebut. Kemungkinan tersulit yang dihadapi oleh remaja adalah mengendalikan perilaku seksualnya ketika situs porno yang dulunya adalah konsumsi orang dewasa namun kini telah menjadi sebuah media dalam menyalurkan perilaku seksualnya. Hal ini jelas salah dan sangat berpengaruh dengan remaja itu sendiri dan tanpa sadar mereka akan terangsang dan kemungkinan terdorong untuk melakukan perilaku seks dari apa yang mereka saksikan. Sehingga kontrol dari dalam diri mereka menjadi kurang baik dan mengakibatkan mereka dengan mudah mengambil keputusan seperti dorongan melakukan masturbasi, sampai pada tingkat dorongan melakukan hubungan seksual ( Eriandany, R. 2006).

Ketika semakin maraknya perkembangan akses pornografi, pemerintah pun sedang berusaha melakukan pemblokiran terhadap akses internet ke situs-situs pornografi bahkan memberikan ancaman bagi pelanggarnya. Adapun beberapa langkah yang disiapkan seperti antara lain undang-undang, software serta sosialisasi ke masyarakat. Namun pemerintah tidak dapat menutup situs-situs tersebut dengan


(20)

mudah karena sebagian besar ditempatkan di luar negeri dimana produk pornografi dianggap legal di negara lain. Oleh karena itu satu-satunya langkah untu meredam penyebaran pornografi di negara ini adalah dengan membatasi akses internet ke situs-situs pornografi serta melarang masyarakat khususnya remaja untuk mengaksesnya (Soebagijio, 2008).

Maraknya media yang menonjolkan pornografi baik melalui vcd, tv, bacaan porno maupun sampai pada kebebasan membuka situs pornografi di internet, sebagai pemicu tingginya angka seks pra nikah yang dilakukan oleh remaja. Berasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Wiyogo (2006), terhadap anak-anak yang berusia 14 tahun keatas, rata-rata mengatakan mengaku melakukan tindak pidana perkosaan atau kekerasan seksual karena seringnya menonton VCD porno, tayangan televisi dan situs-situs porno di internet.

Hasil penelitian Synovate International atas nama DKT Indonesia yang dikutip oleh Lubis (2005), yang melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian tersebut dilakukan pada 450 remaja dari Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan. Mengungkapkan 64% remaja mengakui secara sadar bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah. Berdasarkan hasil laporan dari pusat kajian dan perlindungan anak (PKPA) pada tahun 2000 terhadap 910 siswa-siswi SMU dan SMK di tiga kota besar, Medan, Lubuk Pakam dan Stabat. Menyebutkan 32,4% (223 orang) responden telah melakukan hubungan seksual dalam bentuk yang variatif; 9,4% (65 orang ) melakukan dalam bentuk hubungan kelamin; 23% (158 orang) melakukan dalam bentuk pelukan; 57,2% (393 orang)


(21)

melakukan dalam bentuk ciuman; dan 10,5% (72 orang) melakukan dengan meraba alat vital.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di SMKTI Swasta Raksana, yang menurut penuturan dari pihak Wakil Kepala Sekolah yang juga selaku guru BP (Bimbingan Penyuluhan) bahwa hampir keseluruhan siswanya adalah siswa laki-laki. Sedangkan untuk kurikulum pembelajarannya, terdapat juga mata pelajaran komputer akan tetapi pihak sekolah tidak menyediakan fasilitas internet didalamnya, siswa SMKTI Swasta Raksana juga tidak mendapatkan materi yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja. Setiap minggunya pihak sekolah melakukan razia kepada siswa-siswanya, dari hasil razia ditemukan masih banyak siswa SMKTI Swasta Raksana yang menyimpan gambar-gambar porno di dalam ponselnya yang diperoleh dari hasil download diinternet, serta terdapatnya kasus hubungan seksual diluar nikah yang dilakukan oleh seorang siswanya, yang akhirnya siswa tersebut dikeluarkan oleh pihak sekolah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

1.2. Perumusan Masalah

Untuk mengetahui bagaimana perilaku siswa pengakses situs porno melalui internet terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan tahun 2008.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku siswa pengakses situs porno melalui internet terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan.


(22)

1. Untuk mengetahui karakteristik responden/siswa SMKTI Swasta Raksana Medan, yaitu umur, tempat tinggal, uang saku, pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua dan penghasilan orang tua.

2. Untuk mengetahui sumber informasi pengakses situs porno di internet pada siswa SMKTI Swasta Raksana Medan terhadap perilaku seksual remaja. 3. Untuk mengetahui pengetahuan siswa pengakses situs porno melalui internet

Terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan. 4. Untuk mengetahui sikap siswa pengakses situs porno melalui internet

terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan.

5. Untuk mengetahui tindakan siswa pengakses situs porno melalui internet terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pengajar di SMKTI Swasta Raksana agar lebih memberikan pendidikan seksual kepada siswanya sehingga informasi yang didapatkan lebih bertanggung jawab.

2. Sebagai bahan masukan bagi siswa SMKTI Swasta Raksana tentang bahaya situs porno terhadap perilaku seksualnya.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan pustaka dalam bidang pornografi khususnya bahaya situs porno bagi peneliti lain.

4. Menambah wawasan dan sumber pustaka bagi orang lain.


(23)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku

Perilaku merupakan suatu aktivitas dari pada manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia iu berprilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masin. Menurut pendapat Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap oganisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut teori ”S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Respon ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Respondent respons atau reflxive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.

2. Operant respons atau Instrumental respon, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemusian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:


(24)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung ata tertutup (covert) respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behaviour atau unobservable behaviour.

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice) yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavoiur.

Menurut teori Bloom (1908) seorang ahli psikologi pednidikan dalam Notoatmodjo (2005), perilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni

Cognitive Domain, Afektif Domain, Psycomotor Domain. Ketiga domain tersebut

diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice).

2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).


(25)

Kedalaman Pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni :

1. Tahu (know)

Merupakan mengingat suatu materi yang telah pelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.

5. Sintesis (synthesis)

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


(26)

6. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2005).

2.1.2. Sikap

Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup.

Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni :

− Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

− Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep

Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, anatara lain :

1. Menerima (receiving)

Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (valuing)


(27)

4. Bertanggung jawab (responsible)

Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon teerhadap suatu objek. Orang bisa berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.

2.1.3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.


(28)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.1.4. Proses Adopsi Perilaku

Menurut penelitian Rogers (1947) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut telah terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awarness : Menyadari akan suatu stimulus atau objek.

b. Interest : Dimana seseorang mulai tertarik terhadap suatu stimulus atau objek.

c. Evaluation : Membandingkan baik tidaknya suatu stimulus atau objek terhadap dirinya sendiri.

d. Trial : Mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption : Telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap suatu stimulus.

2.2. Internet

Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia (Word Wide Network), yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari yang mulai statis hingga yang dinamis dan interaktif (Purwanto,


(29)

E. 2007). Sedangkan menurut Alwi (1998), internet adalah jaringan komputer yang sangat besar, terdiri dari jutaan perangkat komputer yang terhubung sebagai pertukaran informasi diantara pemakai komputer.

Komputer merupakan salah satu media elektronik yang sangat canggih, yang mana dikomputer terdapat program yang dikenal dengan nama internet. Dengan komputer program internet dapat dioperasikan, bahkan hampir semua orang di seluruh dunia menggunakan komputer sebagai sarana mengoperasikan internet. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari internet, terutama dalam proses komunikasi dan penggalian informasi, namun tidak sedikit yang menyalahgunakan penggunaan internet tersebut.

Ketidakterbatasan ruang lingkup internet yang mampu menembus seluruh jaringan komputer yang ada diseluruh dunia telah membawa peradaban baru manusia yang mengarah pada suatu perkembangan pengetahuan dan teknologi yang lebih pesat atau cepat. Layanan yang diberikan pun beraneka ragam, seperti situs (Homepage), email, dan sebagainya. Namun realita yang ditemukan ketika maraknya warung-warung internet, fasilitas yang lebih digemari untuk dimanfaatkan adalah membuka berbagai jenis situs porno yang mana dapat membangkitkan syahwat manusia. Bahkan pemakainya (user) lebih mengarah pada kalangan remaja.

Komunikasi melalui internet sering digunakan untuk mengeksploitasi yang melibatkan anak-anak dan remaja serta alat-alat yang dipakai untuk menyamarkan identitas seksual seseorang dengan tujuan tertentu. Tidak sedikit pula remaja yang menghabiskan waktunya hanya untuk keperluan hura-hura melalui internet. Terlebih lagi pada remaja atau pelajar yang tanpa rasa malu atau rasa takut untuk membuka


(30)

situs porno. Selain itu banyak manfaat-manfaat yang dapat diambil dari internet. Semua tergantung oleh orang-orang yang memanfaatkan media internet tersebut.

Keberadaan internet juga dapat memberi dampak positif bagi seluruh masyarakat pengguna internet termasuk remaja. Dengan internet remaja dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Kebanyakan remaja menggunakan internet untuk mencari teman, chatting, kirim e-mail dan mencari tugas-tugas sekolah.

Adapun dampak positif lain dari penggunaan internet, yaitu:

1. Internet sebagai media komunikasi, merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.

2. Media pertukaran data, dengan menggunakan email, atau jaringan situs web lainnya sehingga para pengguna internet diseluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan mudah.

3. Kemudahan dalam memperoleh informasi yang ada di internet sehingga manusia tahu apa saja yang terjadi.

4. Kemudahan dalam bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan sehingga tidak perlu pergi ke tempat penawaran/penjualan.

Banyaknya dilema yang dihadapi para pengguna internet sekarang ini adalah tanpa batas tersebut rentan terhadap dampak negatif seperti penyalahgunaan internet. Para orang tua maupun guru di sekolah masih merasakan bahaya internet untuk anak didik mereka. Siswa dengan leluasa dapat mengakses situs-situs pornografi maupun perjudian. Pembatasan yang sampai saat ini dilakukan oleh para orang tua dan guru


(31)

disekolah adalah dengan memberikan bekal pengetahuan keagamaan berupa keimanan dan perbuatan yang baik guna mencegah perbuatan yang tercela.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan siswa-siswi tersebut akan berbuat di luar jalur yang baik dan benar dan karena usia mereka tergolong remaja dimana rasa keingintahuan mereka sangat besar, oleh karena itu kondisi yang dihadapi saat ini tidak cukup untuk memberikan rasa aman bagi orang tua dan guru di sekolah dalam memberikan kebebasan berinternet (Zakiah, 2007).

Dampak negatif dari penggunaan internet, antara lain :

1. Mengetahui sifat sosial karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet daripada bertemu secara langsung.

2. Dilihat dari sifat sosial yang berubah dapat mengakibatkan perubahan pola masyarakat dalam berinteraksi.

3. Kejahatan seperti menipu dan mencuri juga dapat juga dilakukan di internet 4. Dapat membuat seseorang kecanduan, terutama yang menyangkut pornografi

dan dapat menghabiskan uang karena hanya untuk melayani kecanduan tersebut.

2.3. Situs Porno

Pokok materi yang terdapat di internet yang secara spesifik menjual gambar-gambar erotik dan informasi porno yang isinya tidak senonoh atau cabul dan sengaja dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu seksual para pengaksesnya disebut dengan situs porno (Anonim, 2006).

Segala sesuatu yang dinilai porno jika berada dalam situasi-situasi berikut : 1. Isolasi seks


(32)

Seksualitas personal hanya sebatas pada alat kelamin genital untuk merangsang nafsu birahi. Seks dipentaskan hanya untuk hiburan saja, akan tetapi tidak diceritakan sebagai sarana untuk ungkapan cinta dalam perkawinan dan cara untuk melanjutkan keturunan.

2. Perangsangan nafsu birahi

Pornografi menonjolkan kelamin genital untuk merangsang nafsu birahi, tanpa memperhitungkan kelemahan-kelemahan emosional-psikis dari seksualitas.

3. Tidak adanya hormat terhadap lingkungan intim

Manusia membutuhkan lingkungan intim, khususnya dalam perkawinan. Hubungan seksual personal yang intim antara suami-istri disajikan secara terbuka dalam pornografi atau pornoteks tanpa hormat sama sekali.

4. Membangkitkan dunia khayal

Pornografi yang mempertontonkan gambar telanjang dan pornoteks yang menceritakan kisah-kisah hubungan seksual dengan tujuan tidak untuk menjelaskan secara benar fungsi alat kelamin, melainkan lebih untuk membuat remaja berkhayal (Tukan, 1993).

Menurut Bungin (2003), situs porno yang terdapat di internet terkandung dua bentuk porno, yaitu:

1. Pornografi, yaitu gambar-gambar porno yang dapat diperoleh dalam bentuk foto maupun gambar video.

2. Pornoteks, yaitu karya pencabulan yang mengangkat cerita dari berbagai versi hubungan seksual yang disajikan dalam bentuk narasi ataupun pengalaman pribadi secara detail dan vulgar, sehingga si pembaca merasa ia menyaksikan


(33)

sendiri, mengalami atau melakukan sendiri peristiwa hubungan-hubungan seks tersebut.

2.4. Efek Situs Porno Terhadap Remaja

Adapun efek yang ditimbulkan dari situs porno, yaitu:

1. Dalam kegiatan belajar disekolah, situs porno membuat turunnya konsentrasi belajar siswa, karena setelah melihat situs porno remaja jadi lebih suka berkhayal.

2. Dari segi finansial

Remaja akan menghabiskan banyak waktu untuk mengakses situs porno tersebut yang secara otomatis akan meningkatkan biaya akses internet.

3. Pornografi merusak perkembangan kepribadian remaja.

Jika stimulus (pendorong) awal adalah foto-foto, remaja akan terkondisikan untuk terangsang dengan foto-foto. Jika ini terjadi beberapa kali, besar kemungkinan akan menjadi permanen. Akibatnya, remaja tersebut akan tumbuh menjadi orang yang susah membangun hubungan yang normal dengan lawan jenis yang normal, tanpa pengaruh foto-foto porno.

4. Situs porno mendorong terjadinya perilaku seksual menyimpang pada remaja. 5. Pornografi di internet dapat menyebabkan tindakan kriminal

Ada teori yang mengatakan bahwa belajar dapat dilakukan melalui pengamatan (observational learning theory) yang dikembangkan oleh Bandura (1963). Teori ini diasumsi bahwa anak-anak maupun orang dewasa dapat belajar mengenai perilaku tertentu dengan cara mengamati perilaku orang lain dan mencontoh film, sinetron atau tayangan televisi termasuk games online dan situs porno di


(34)

internet. Khusus anak laki-laki yang kerap membuka situs porno akan cenderung merendahkan derajat kaum perempuan.

Beberapa faktor yang menyebabkan remaja ingin melihat situs porno, yaitu: 1. Keingintahuan tentang seks merupakan faktor utama remaja dalam melihat situs

porno.

2. Agar menjadi lebih bergairah.

3. Ingin meningkatkan kehidupan seksual mereka dengan pacar dikehidupan sebenarnya dengan mencontohkan berbagai hal yang ada di situs porno tersebut. 4. Kurangnya pemberian informasi tentang pendidikan seksual secara benar.

2.5. Pornografi

Pornografi kini tersedia lebih beragam dan dapat dijangkau dengan sangat mudah bahkan murah oleh siapa pun termasuk anak-anak dan remaja. Bicara masalah pornografi, berarti kita harus menyiapkan diri untuk mengetahui mulai dari efek kecanduan sampai efek pelampiasan hasrat seksual yang diakibatkan materi-materi pornografis. Itu berarti, bicara pornografi tidak bisa kita lepaskan dari masalah-masalah perilaku-perilaku seksual sampai kejahatan-kejahatan seksual (Soebagijo, 2008).

Media pornografis yang saat ini banyak berkembang telah menjadi referensi pengetahuan dan pemahaman anak-anak dan remaja, juga telah menjadi sumber pembelajaran utama mengenai seks dan kehidupan seksual. Pesan-pesan kehidupan seksual, seperti gaya hidup seks bebas, yang banyak terdapat di media perlahan membentuk remaja dan anak-anak menjadi pribadi yang terobsesi secara seksual.


(35)

Menurut Soebagijo (2008), pornografi adalah segala bentuk produk media yang bernuansa seksual atau yang mengeksploitasikan perilaku seksual manusia. Sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia merumuskan pornografi sebagai : (1) gambaran tingkah laku yang secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi; (2) bahan bacaan yang sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi/seks. Selanjutnya kita akan melihat wujud pornografi yang telah berkembang di masyarakat. Hal ini dikarenakan bentuk pornografi sesungguhnya tidaklah tunggal akan tetapi bisa sangat beragam.

Jenis muatan pornografi yang terdapat di masyarakat, diantaranya:

1. Sexually violent material, yaitu materi pornografi dengan menyertakan

kekerasan.

2. Nonviolent material depiciting degradation, domination, subordinaton or humiliation. Meskipun tidak menguanakan unsur kekerasan dalam materi seks

yang disajikan akan tetapi di dalamnya terdapat unsur melecehkan perempuan.

3. Nonviolent and nondegrading materials, dimana produk media yang memuat

adegan hubungan seksual tanpa unsur kekerasan ataupun pelecehan terhadap perempuan.

4. Nudity, yaitu materi pornografi dalam bentuk fiksi.

5. Child Pornography adalah materi pornogarafi yang menampilkan anak-anak

dan remaja sebagai modelnya (Soebagijo, 2008).

Cara paling mudah untuk bebas dari pornografi adalah menghindari media-media yang menjajakan pornografi. Pornografi jika dituruti, lama-lama akan


(36)

menjerumuskan kita dan jika kita terjebak ke dalamnya akan sangat sulit untuk melepaskan diri dari cengkramannya. Seseorang yang telah dibelit pornografi akan terus tergoda mencari petualangan-petualangan baru. Hal kongkret yang dapat dilakukan untuk menghindari media-media pornografi :

1. Menjauhkan mata, telinga dan hati dari poduk-produk yang berbau pornografi, meskipun itu yang bisa diperoleh tanpa mengeluarkan biaya.

2. Menyadari akan hal bahwa produk-produk pornografi hanya akan menguras uang.

3. Menyadari bahwa media-media pornografi hanya akan menimbulkan penyakit dalam diri (Nusantri, 2005).

2.6. Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi

Salah satu efek negatif pengaruh globalisasi yang mengusung kebebasan adalah wilayah “gelap” budaya, seperti masalah pornografi. Berbagai kasus tindakan asusila dan meningkatnya masalah pornografi yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia belakangan ini menunjukkan adanya kegagalan dalam penanaman norma-norma dan nilai-nilai luhur.

Konsekuensi logisnya pornografi juga bisa dikaitkan dengan peningkatan jumlah kasus maupun ragam resiko kesehatan reproduksi/seksual, termasuk kekerasan seksual. Tumbuh pesatnya ketersediaan serta keterjangkauan materi pornografis diberbagai produk media komunikasi dan lebih dari itu belum ada hukum yang menjangkau pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi seperti pada perkembangan internet dan selain internet juga maraknya jasa layanan seks diberbagai daerah. Faktanya, di Indonesia media internet adalah sumber materi


(37)

pornografi yang tidak hanya mudah diakses, tetapi juga mudah diproduksi (Soebagijo, 2008).

Banyaknya kasus-kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak dengan alasan pelaku terangsang akibat sebelum melakukan kekerasan melihat atau menonton materi pornografi. Munculnya kebutuhan di masyarakat akan undang-undang yang dapat mencegah meluasnya pembuatan dan penyebaran materi pornografi. Pemerintah pun merespon kebutuhan tersebut dengan menyusun Rancangan Undang-undang anti pornografi.

Rancangan Undang-undangan menyebutkan, pornografi adalah substansi dalam media atau alat komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan tentang seks dengan cara mengeksploitasi seks, kecabulan dan/atau erotika. Sedangkan pornoaksi adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja mempertontonkan atau mempertunjukkan eksploitasi seksualitas kecabulan, dan/atau erotika.

2.7. Masa Remaja

Berdasarkan program pelayanan, defenisi remaja yang digunakan DEPKES adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum menikah. Sementara menurut BKKBN, remaja adalah individu dengan batasan usia antara 10 sampai 21 tahun. Menurut WHO yang dikutip Sarwono (2005), remaja adalah masa transisi pada diri individu dengan batasan usia antara usia 12 sampai 24 tahun, Serta akan mengalami suatu masa dimana:

1. Individu akan berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.


(38)

2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Menurut Rousseau yang dikutip oleh Sarwono (2005) bahwa terdapat empat tahapan perkembangan yang terjadi pada setiap individu, yaitu :

1. Umur 0-4 tahun : Masa kanak-kanak.

2. Umur 5-12tahun : Masa bandel (savage stage).

3. Umur 12-15 tahun : Bangkitnya akal (ratio), nalar (reason), dan kesadaran diri (self consciousness).

4. Umur 15-20 tahun : Masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) yang merupakan puncak dari perkembangan emosi. Gejala lain yang juga timbul pada tahap ini adalah dorongan seks.

2.8. Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI (2001), adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya. membawa remaja ke dalam masalah yang lebih kompeks lagi khususnya remaja laki-laki. Dimana remaja laki-laki sangat rentan terinfeksi penyakit menular seksual seperti gonorhe (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, klamidia, trikomoniasis, kandidiasis vagina, kutil kelamin hingga HIV/AIDS. Penyakit menular


(39)

seksual (PMS) akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral, maupun anal seks.

2.9. Perilaku Seksual Remaja

Menurut Sarwono (2005), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dari lawan jenisnya maupun dengan sesama jenisnya. Seperti yang kita ketahui umumnya remaja laki-laki lebih mendominasi dalam melakukan tindak perilaku seksual bila dibandingkan dengan remaja perempuan. Hal ini di karenakan banyaknya faktor yang membuat remaja laki-laki untuk menyalurkan hasrat seksualitasnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa Negara maju menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak melakukan hubungan seksual pada usia lebih muda bila dibandingkan dengan remaja perempuan.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yang terjadi pada remaja, antara lain :

1) Faktor Internal

a. Tingkat perkembangan seksual (fisik/psikologis)

Dimana perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun.


(40)

Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya.

c. Motivasi

Perilaku yang pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk memperoleh tujuan tertentu. Perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau untuk memperoleh uang misalnya pekerja seks seksual (PSK).

2) Faktor Eksternal a. Keluarga

Kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku menyimpang pada remaja.

b. Pergaulan

Pada masa pubertas, perilaku seksual pada remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya dimana pengaruh dari teman sebaya sebagai pemicu terbesar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lainnya.

c. Media massa

Kemajuan teknologi mengakibatkan maraknya timbul berbagai macam media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan yang paling dicari oleh remaja adalah internet. Dari internet, remaja dapat dengan mudah mengakses informasi yang tidak dibatasi umur, tempat dan waktu. Informasi yang diperoleh biasanya akan diterapkan dalam kehidupan kesehariannya.


(41)

Banyaknya perilaku seksual yang terjadi muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan yang tujuannya hanya untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku.

Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyudi (2004), beberapa perilaku seksual secara rinci dapat berupa:

a. Berfantasi merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.

b. Pegangan tangan dimana perilaku ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang begitu kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba perilaku lain.

c. Cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir d. Cium basah berupa sentuhan bibir ke bibir

e. Meraba merupakan kegiatan pada bagian-bagian sensitive rangsang seksual seperti leher, dada, paha, alat kelamin dan lain-lain.

f. Berpelukan perilaku ini hanya menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual (apabila mengenai daerah sensitif)

g. Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki) merupakan perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual dan dilakukan sendiri. h. Oral seks merupakan perilaku seksual dengan cara memasukkan alat kelamin

ke dalam mulut lawan jenis.

i. Petting merupakan seluruh perilaku yang non intercourse (hanya sebatas pada menggesekkan alat kelamin).


(42)

j. Intercourse (senggama) merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan alat

kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.

2.10. Pendidikan Seksual

Menurut Sarlito (2005), pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang di lazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan sekaual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.

Menurut Singgih (1991), pendidikan seksual seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya perbedaan kelamin antara dirinya dengan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan, umur serta daya tangkap anak. Idealnya pendidikan seksual diberikan pertama kali oleh orang tua dirumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri.

Pendidikan seks yang benar harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat, guna mengurangi konflik dan mitos-mitos yang salah selama ini berkembang dimasyarakat. Tentunya setelah mengetahui kesehatan reproduksi dan resiko-resiko serta konsekuensi yang harus ditanggung jika melakukan hubungan seks pra nikah,


(43)

yang akan membuat remaja lebih berhati-hati dan menjaga dirinya, termasuk ketika memutuskan untuk berpacaran. Dengan adanya pendidikan seks, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan intelektualisai remaja.

2.10.1. Tujuan Pendidikan Seksual

Tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksual. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu sebagai suatu yang menjijikan dan kotor.

Dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, akan tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang.

2.11. Keluarga

Keluarga adalah lembaga (wadah) tempat berkumpul anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat (Nasution, 2004).

Keluarga seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan anatar ayah dengan ibu, ayah dengan anak. Dalam keluarga ini orang tua bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Setiap anggota keluarga saling menghormati dan memberi tanpa diminta. Orang tua sebagai koordiantor keluarga harus berperilaku proaktif. Jika anak menentang otoritas, segera ditertibkan karena didalam


(44)

keluarga terdapat aturan-aturan dan harapan-harapan. Anak-anak merasa aman, walaupun tidak selalu disadari. Di antara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua. Setiap masalah dihadapi dan diupayakan untuk dipecahkan bersama.

Keutuhan orang tua dalam keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Keluarga yang utuh memberikan peluang yang besar bagi anak untuk mebangun kepercayaan terhadap kedua orangtuanya. Kepercayaan dari orang tua yang dirasakan oleh anak akan mengakibatkan arahan, bimbingan dan bantuan orang tua yang diberikan kepada anak akan menyatu dan memudahkan untuk menangkap makna dari upaya yang dilakukan (Shochib, 1998).

Menurut Hawari (2006), kondisi keluarga yang tidak baik atau disfungsi keluarga yang dimaksud adalah :

1. Keluarga tidak utuh, misalnya salah seorang dari orang tua meninggal, kedua orang tua bercerai atau berpisah.

2. Kesibukan orang tua, misalnya : kedua orang tua telah sibuk dengan pekerjaan atau aktivitas lain, sehingga waktu untuk anak kurang. Keberadaan orang tua di rumah juga mempunya pengaruh, misal : orang tua jarang dirumah menyebabkan komunikasi atau waktu bersama dan perhatian untuk anak juga kurang bahkan tidak ada sama sekali.

3. Hubungan interpersonal yang tidak baik, yaitu hubungan antara anak dengan kedua orang tuanya, anak dengan sesama saudaranya (anak sesama anak) dan hubungan antara ayah dan ibu yang ditandai dengan sering cekcok, bertengkar,


(45)

masing-masing tidak saling bicara dan lain sebagainya sehingga suasana menjadi tegang dan kurang kehangatan.

Menanggulangi bahaya pornografi harus dimulai dari institusi keluarga. Bila keluarga kuat, dan punya sikap untuk membendung pornografi, maka akan mempunyai pengaruh yang besar bagi masyarakat. Selain itu, keluarga juga merupakan pintu pertama pendidikan bagi anak. Membebaskan keluarga dari media pornografi merupakan upaya yang tidak dapat ditawar lagi.

Kenyataannya banyak orang tua yang tidak peduli terhadap nasib anak. Bila ada remaja atau anak-anak yang terjerumus masalah, terutama seks, banyak juga yang disebabkan oleh lingkungan keluarga yang kurang harmonis. Kondisi ini membuat anak-anak dan remaja tidak biasa mengungkapkan masalah mereka langsung kepada orang tuanya.

Keluarga khususnya para orang tua, hendaknya mulai melakukan tindak pencegahan agar media pornografi tidak meneror anggota keluarganya. Adapun langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain :

1. Pengetahuan Agama.

Agama dapat membantu untuk mengerem seseorang dari godaan-godaan maksiat yang hadir di sekitar mereka.

2. Pendidikan Seks Sejak Dini

Orang tua juga penting untuk membekali pendidikan seks kepada anak-anak mreka sejak dini. Dapat dilakukan mulai dari yang sederhana, seperti memisahkan kamar anak-anak perempuan dan laki-laki sejak mereka berusia


(46)

dini. Dan terutama mengajarkan tentang fungsi-fungsi alat-alat reproduksi saat mereka memasuki usia baligh.

3. Komunikasi

Menumbuhkan suasana komunikasi yang sehat, yaitu setiap anggota keluarga merasa nyaman dan aman bila mengungkapkan perasaannya dan sikap saling menghargai. Masing-masing anggota keluarga siap menjadi pendengar yang baik.

4. Menumbuhkan Sikap Asertif

Kemampuan untuk bersikap tegas terhadap ancaman yang datang. Para orang tua penting untuk membekali anak-anak mereka kemampuan ini. Hal ini karena orang tua tidak selamanya dapat berada setiap saat disamping anak-anaknya (Sobagijo, 2008).

2.12. Kelompok Sebaya

Ketika seorang anak akan menjauh dari orang tuanya dan lebih dekat dengan teman sebayanya, sehingga pengaruh teman sebaya ini akan sangat lebih kuat dalam menentukan perilaku yang akan dipilih. Masa ini juga merupakan masa pencarian identitas diri dan membina sosialisasi dengan teman-teman sebaya dalam memperluas lingkungan pergaulannya.

Dalam kesehariannya remaja cenderung mengikuti kata-kata teman sebayanya daripada kata-kata orang tuanya, sehingga kontrol dirinya menjadi berkurang. Penyebab kurangnya kontrol pada diri remaja antara lain; kurang percaya diri, kurangnya keterampilan berkomunikasi (misalnya: kesulitan menolak teman), kurang


(47)

dapat bersifat tegas serta rendahnya kemampuan dalam mengambil keputusan (Anonim, 2003).

Teman sebaya adalah orang-orang yang seumur dan mempunyai kelompok sosial sama, seperti teman sekolah atau tetangga. Jenis-jenis tekanan pada kelompok sebaya ada dua macam yaitu :

1. Tekanan kelompok sebaya positif yaitu desakan yang kuat dari seseorang atau beberapa orang yang menyetujui dan berperilaku seperti mereka inginkan, tetapi dalam kegiatan yang baik atau positif.

2. Tekanan kelompok sebaya negatif yaitu desakan kuat dari seseorang atau beberapa orang untuk menyetujui atau berbuat seperti yang mereka inginkan namun kegiatannya negatif (Nasution, 2004).


(48)

2.13. Kerangka Konsep

Keterangan :

Skema diatas menjelaskan karakteristik (umur, tempat tinggal, uang saku, pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua) siswa SMKTI Swasta Raksana dan sumber informasi (keluarga, kelompok sebaya dan media massa), sumber informasi yang diperoleh dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap si anak misalnya orang tua, sebagai orang terdekat bagi si anak akan menjelaskan pengaruh negatif dari situs porno dan lebih menganjurkan untuk tidak membukanya ketika sedang mengakses internet. Kemudian karakteristik dan sumber informasi tersebut akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap, dan selanjutnya akan mempengaruhi tindakan pengakses situs porno melalui internet terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan.

Karakteristik : − Umur

− Tempat tinggal

− Uang saku

− Pendidikan terakhir orang tua

− Pekerjaan orang tua

− Penghasilan orang tua

Sumber informasi situs porno di internet : Keluarga

Kelompok sebaya

Media massa

PENGETAHUAN SIKAP

TINDAKAN PENGAKSES SITUS

PORNO MELALUI INTERNET TERHADAP RANGSANGAN


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian bersifat deskriptif kuantitatif yang dilakukan untuk mengetahui perilaku siswa pengakses situs porno melalui internet terhadap rangsangan seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMKTI Raksana Medan Jl. Gajah Mada no.20 Medan, dengan alasan karena :

1. Terdapatnya kasus hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan oleh siswa sekolah tersebut sehingga akhirnya siswa tersebut dikeluarkan oleh pihak sekolah

2. Lokasi sekolah yang tidak begitu jauh dengan letak warung internet, dimana warung internet terletak di Jl. Mataram yang dengan mudah dapat dijangkau oleh siswa SMKTI Swasta Raksana.

3. Siswa SMKTI Swasta Raksana tidak mendapatkan materi tentang kesehatan reproduksi remaja.

3.2.2. Waktu Penelitian


(50)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi (N) dalam penelitian ini adalah siswa kelas I, II, dan kelas III SMKTI Swasta Raksana Medan sebanyak 938 orang. Siswa laki-laki berjumlah 935 orang dan siswa perempuan berjumlah 3 orang.

3.3.2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Vincent Gaspersz, yaitu

dari perhitungan rumus di atas diperoleh besar sample sebanyak = 121 orang.

Besar sampel setiap kelas di tentukan dengan menggunakan Simple Random

Sampling karena populasi memiliki tingkat kesamaan yang tinggi (homogen).

Adapun besar sampel acak sederhana, dimana setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diundi.

Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel adalah sebanyak 121 orang. N = Besar populasi (938 siswa) n = Besar sampel 121 orang P = Proporsi populasi yang mengakses situs porno (0,1)


(51)

3.3. Metode Pengumpulan Data 3.3.1. Data Primer

Data diperoleh dari kuesioner penelitian yang telah disiapkan dan kemudian disebarkan kepada responden yang telah dipilih.

3.3.2. Data Sekunder

Data umum sekolah yang diperoleh dari SMKTI Raksana Kota Medan, yang meliputi peserta program pendidikan.

3.4. Defenisi Operasional

1. Karakteristik Responden :

a. Umur adalah lama hidup respoden yang dihitung melalui ulang tahun terakhir responden dalam tahun pada saat penelitian dilakukan.

b. Tempat tinggal adalah lokasi dimana individu bermukim bersama dengan anggota keluarganya dan bergaul dengan masyarakat.

c. Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua kepada siswa setiap harinya yang digunakan untuk biaya transport dan jajan.

d. Pendidikan terakhir orang tua adalah tingkat pendidikan formal orang tua yang terakhir berdasarkan ijazah yang dimiliki. Dengan kategori rendah jika orang tua tidak sekolah atau hanya sampai tingkat SD, sedang jika orang tua hanya sampai tingkat SMP, tinggi jika orang tua menyelesaikan SMA atau sampai PT/Akademi.

e. Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan baik formal maupun informal orang tua yang dilakukan di luar maupun di dalam rumah sebagai sumber penghasilan.


(52)

f. Penghasilan orang tua adalah penghasilan rutin orang tua setiap bulannya yaitu < Rp 761.000 dan ≥ Rp 761.000 (UMP 2007).

2. Sumber Informasi

a. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, yang merupakan unit terkecil dari masyarakat.

b. Kelompok sebaya adalah kelompok anak-anak atau pemuda yang berumur sama atau berasosiasi sama dan mempunyai kepentingan umum tertutup, seperti persoalan-persoalan anak-anak umur sekolah sampai dengan masa remaja.

c. Media massa adalah media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas , misalnya televisi, radio, surat kabar, internet. 3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui siswa tentang situs porno

serta dampak dari situs porno tersebut.

4. Sikap adalah respon tertutup siswa terhadap segala sesuatu mengenai situs porno.

5. Situs porno adalah situs yang didalamnya terdapat gambar-gambar dan video (pornografi) atau tulisan (pornoteks) yang dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu seksual.

6. Tindakan adalah segala sesuatu yang telah dilakukan siswa sehubungan dengan pengetahuan dan sikap tentang situs porno dan dampaknya.


(53)

3.5. Aspek Pengukuran

Selanjutnya pengukuran dikategorikan atas baik, sedang dan kurang, dengan defenisi sebagai berikut (Pratomo, 1986) :

1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai 75% dari seluruh skor yang ada. 2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 40%-75% dari seluruh skor yang

ada.

3. Nilai kurang, apabila responden mendapat nilai < 40% dari seluruh skor yang ada.

3.5.1. Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden disusun jumlah pertanyaan sebanyak 20 dengan total skor 74. Untuk pertanyaan nomor 1, 4, 9, 14, dan 15 jika responden menjawab salah satu pilihan dari a-c diberi skor 1 sehingga jika menjawab semua pilihan diberi skor 3 dan yang menjawab tidak, akan diberi skor 0. Untuk pertanyaan nomor 2, 5, 6, 8, 10, 11, 16 dan 17 jika responden menjawab salah satu pilihan dari a-d diberi skor 1 sehingga jika menjawab semua pilihan akan diberi skor 4 dan yang menjawab tidak, akan diberi skors 0. Untuk nomor 3 dan 7 jika responden menjawab salah satu pilihan dari a-f diberi skor 1 sehingga jika menjawab semua pilihan diberi skor 6 dan yang menjawab tidak, akan diberi skor 0. Untuk nomor 12 jika responden menjawab salah satu pilihan dari a-h diberi skor 1 sehingga jika menjawab semua pilihan diberi skor 8 dan yang menjawab tidak, akan diberi skor 0. Untuk nomor 18 dan 19 jika responden menjawab ya diberi skor 1 dan yang menjawab tidak akan diberi skor 0. Seangkan untuk pertanyaan nomor 20 jika responden menjawab tidak, akan diberi skor 1 dan yang menjawab ya akan dibero skor 0.


(54)

Berdasarkan jumlah nilai yang ada, dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu :

1. Baik, apabila siswa mengetahui sebagian besar tentang situs porno dan perilaku seksual remaja (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu > 56)

2. Sedang, apabila siswa mengetahui sebagian tentang situs porno dan perilaku seksual remaja (skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 30-56)

3. Kurang, apabila siswa mengetahui sebagian kecil tentang situs porno dan perilaku seksual remaja (skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu < 30)

3.5.2. Sikap

Sikap diukur melalui 22 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman (Ridwan, 2005), untuk pertanyaan nomor 1-3, 6-11, 13-17, dan 19-22 jika responden menjawab setuju akan diberi skor 2, sedangkan tidak setuju diberi skor 1. Sedangkan untuk nomor 4, 5, 18, dan 12 jika responden menjawab tidak setuju akan diberi skor 2 dan yang menjawab setuju akan diberi skor 1. Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai oleh responden adalah 44.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang, dengan defenisi sebagai berikut:

1. Baik, apabila responden mempunyai sikap yang baik terhadap sebagian besar atau seluruh tentang situs porno dan perilaku seksual remaja ( skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu > 33)


(55)

2. Sedang, apabila siswa memiliki sikap yang baik terhadap sebagian tentang situs porno dan perilaku seksual remaja (skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 16−33)

3. Kurang, apabila siswa memiliki sikap yang baik terhadap sebagian kecil tentang situs porno dan perilaku seksual remaja (skor jawaban responden < 40%dari nilai tertinggi yaitu < 16).

3.5.3. Tindakan

Tindakan diukur melalui pernah atau tidak pernahnya responden melihat situs porno, dengan rincian:

1. Pernah melihat situs porno tetapi responden tidak merasakan efek dari situs porno tersebut.

2. Pernah melihat situs porno dan responden merasakan efek situs porno tersebut pada dirinya.

3. Tidak pernah melihat situs porno dan tidak merasakan efeknya sama sekali.

3.6. Teknik Analisa Data

Data diolah dengan memakai komputer menggunakan program SPSS 13, selanjutnya data di analisa secara deskriptif dan disajikan dalam table distribusi frekwensi.


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum SMKTI Swasta Raksana Medan 4.1.1. Peserta Program Pendidikan

Peserta program pendidikan di SMKTI Swasta Raksana tahun ajaran 2008/2009 dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Siswa SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun Ajaran 2008/2009

Kelas Jurusan Jenis Kelamin Total

LK PR

I Mesin (Automotif)

Elektronik (Audio Visual) Listrik

Mesin Produksi (MP)

256 60 43 27 − 2 − − 256 62 43 27

II Mesin (Automotif)

Elektronik (Audio Visual) Listrik

Mesin Produksi (MP)

229 42 37 29 − 1 − − 229 43 37 29

III Mesin (Automotif)

Elektronik (Audio Visual) Listrik

Mesin Produksi (MP)

150 26 15 20 − − − 150 27 15 20


(57)

4.2. Karakteristik Siswa SMKTI Swasta Raksana Medan

Adapun gambaran karakteristik siswa SMKTI Swasta Raksana Medan berdasarkan golongan umur, tempat tinggal, uang saku siswa/hari, pendidikan terakhir ayah, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, dan pengahasilan orang tua/bulan yaitu:

4.2.1. Umur Responden

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Umur Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008

No Umur (Tahun) Jumlah (orang) %

1 14 3 2,5

2 15 29 24,5

3 16 45 37,2

4 17 30 24,8

5 18 11 9,1

6 19 3 2,5

Jumlah 121 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa sebagian besar umur responden yaitu berusia 16 tahun sebanyak 45 orang (37,2%), sedangkan sebagian kecil umur responden yaitu berusia 14 dan 19 tahun sebanyak (2,5%).

4.2.2. Uang Saku/Hari Responden

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Jumlah Uang Saku Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008

No Uang Saku Jumlah (orang) %

1 < Rp 5.000 4 3,3

2 Rp 5.000 − Rp 10.000 100 82,6

3 > Rp 10.000 17 14


(58)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar jumlah uang saku/hari responden yaitu Rp 5.000 − Rp 10.000 dengan uang saku rata-rata tertinggi Rp 10.000 adalah sebanyak 100 orang (82,6%), sedangkan sebagian kecil jumlah uang saku/hari responden yaitu < Rp 5.000 dengan uang saku terendah Rp 3.000 adalah sebanyak 4 orang (3,3%).

4.2.3. Pendidikan Terakhir Orangtua Responden

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Orangtua Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa sebagian besar pendidikan ayah responden yaitu SMU sebanyak 63 orang (52,1%), sedangkan sebagian kecil pendidikan ayah responden yaitu Tidak Sekolah sebanyak 1 orang (0,8%). Sedangkan untuk pendidikan ibu diketahui bahwa sebagian besar adalah SMU sebanyak 64 orang (52,9%) dan sebagian kecil pendidikan ibu responden yaitu SD sebanyak 14 orang (11,6%).

No Pendidikan Ayah % Ibu %

1 Tidak sekolah 1 0,8 − −

2 SD 19 15,7 14 11,6

3 SMP 23 19,0 28 23,1

4 SMU 63 52,1 64 52,9

5 Perguruan tinggi 15 12,4 15 12,4


(59)

4.2.4. Pekerjaan Orangtua Responden

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orangtua Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan ayah responden yaitu Wiraswasta sebanyak 91 orang (75,2%), sedangkan sebagian kecil pekerjaan ayah responden yaitu Buruh sebanyak 4 orang (3,3%). Sedangkan untuk pekerjaan ibu diketahui bahwa sebagian besar status pekerjaan ibu responden yaitu tidak bekerja (IRT) sebanyak 61 orang (50,4%) dan sebagian kecil status pekerjaan ibu responden yaitu bekerja sebanyak 60 orang (49,6%). Dan untuk jenis pekerjaannya, sebagian besar yaitu wiraswasta 45 orang (37,2%) dan sebagian kecil pekerjaan ibu yaitu PNS sebanyak 6 orang (5,0%).

4.2.5. Penghasilan/Bulan Orangtua Responden SMKTI Swasta Raksana Medan Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan jumlah Penghasilan Orang Tua

Di SMKTI Swasata Raksana Medan Tahun 2008

Berdasarkan table 4.6 di atas diketahui bahwa sebagian besar penghasilan orang tua responden yaitu lebih besar atau sama dengan Rp 761.000 sebanyak 112

No Pekerjaan Ayah % Ibu %

1 PNS 7 5,8 6 5,0

2 Wiraswasta 91 75,2 45 37,2

3 Buruh 4 3,3 − −

4 Petani 12 9,9 9 7,4

5 IRT − − 61 50,4

6 Lain-lain 7 5,8 − −

Jumlah 121 100,0 121 100,0

No Penghasilan Orang tua Jumlah (orang) %

1 < Rp 761.000 9 7,4

2 ≥ Rp 761.000 112 92,6


(60)

orang (92,6%), sedangkan sebagian kecil penghasilan orang tua responden yaitu Rp 761.000 sebanyak 9 orang (7,4%).

4.3. Pengetahuan Responden

4.3.1. Pengetahuan Tentang Pengertian Situs Porno

Tabel 4.7. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengertian Situs Porno

Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008

Berdasarkan tabel 4.7 diatas bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang pengertian situs porno yaitu berupa gambar-gambar porno yang dapat diperoleh dalam bentuk gambar dan video sebanyak 114 orang (94,2%), sedangkan sebagian kecil mengetahui pengertian situs porno yaitu berupa cerita berbagai versi hubungan seksual dalam bentuk narasi atau pengalaman pribadi detail dan vulgar sebanyak 71 orang (58,7%).

4.3.2. Pengetahuan Tentang Keberadaan Situs Porno

Tabel 4.8. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Keberadaan Situs Porno Di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008

No Pengertian Situs Porno Ya Tidak Jumlah

n % n % N %

1 Situs yang berisikan gambar-gambar porno yang dapat diperoleh dalam bentuk gambar dan video

114 94,2 7 5,8 121 100,0

2 Situs yang berisikan cerita berbagai versi hubungan seksual dalam bentuk narasi atau pengalaman pribadi detail dan vulgar


(1)

c. Tabloid porno misalnya POP (1) d.Poster-poster vulgar (1)

e. Film dengan adegan porno dibioskop (1) f. VCD porno (1)

8. Menurut anda jenis pornografi apa yang beredar dimasyarakat?

Ya Tidak a. Pornografi dengan menyertakan kekerasan (1)

b. Pornografi yang memuat hubungan seksual tanpa kekerasan (1)

c. Materi pornografi dalam bentuk fiksi seperti majalah playboy (1)

d.Materi pornografi yang menampilkan anak-anak dan remaja sebagai modelnya (1)

9. Menurut anda situasi yang bagaimana yang dapat dikatakan dengan porno? Ya Tidak a. Isolasi seks yaitu seks dipentaskan hanya untuk hiburan saja

(1)

b. Pornografi ditonjolkan hanya untuk merangsang nafsu birahi (1)

c. Mempertontonkan hubungan seksual secara terbuka dalam pornografi dan pornoteks (1)

10.Menurut anda Apa yang menyebabkan seorang remaja ingin mengakses situs porno?

Ya Tidak a. Rasa keingintahuan tentang seks (1)

b. Pengaruh pergaulan bebas (1) c. Agar bergairah dan terangsang (1)

d. Kurangnya informasi mengenai seksual secara benar (1)

11.Menurut anda Apa bahaya dari mengakses situs porno bagi remaja usia sekolah? Ya Tidak a. Merusak mental remaja (1)

b. Mengganggu konsentrasi belajar (1) c. Menghabiskan banyak biaya (1) d. Menghabiskan banyak waktu (1)


(2)

12.Situs porno dapat mendorong seseorang untuk berperilaku seksual?

Ya Tidak a. Berfantasi (1)

b. Cium basah (1) c. Meraba (1)

d. Menyebabkan keinginan melakukan masturbasi (1) e. Menyebabkan keinginan melakukan oral seks (1) f. Menyebabkan keinginan melakukan petting (1)

g. Menyebabkan keinginan melakukan hubungan seksual (1) h. Menyebabkan keinginan melakukan tindak kekerasan dan

pelecehan (1)

13.Menurut anda apa yang membuat para remaja pada masa ini sangat menginspirasikan tayangan pornografi?

Ya Tidak a. Tingkah laku dan perbuatan yang dipengaruhi oleh

maraknya berbagai tayangan diberbagai media (1)

b. Hadirnya teknologi seperti internet yang mengirimkan informasi tanpa batas yang dapat diakses oleh siapapun (1) c. Kebebasan dalam berinteraksi dengan lawan jenis (1)

14.Menurut anda apa yang seharusnya dilakukan oleh remaja dalam menentang pornografi?

Ya Tidak a. Menjauhkan mata, telinga dan hati dari produk pornografi

(1)

b. Menyadari bahwa produk-produk pornografi hanya akan menguras uang (1)

c. Menyadari bahwa produk-produk pornografi hanya akan menimbulkan penyakit dalam diri (1)

15.Menurut anda pencegahan apa yang dapat dilakukan oleh para orang tua dalam membebaskan keluarganya dari pornografi?

Ya Tidak a. Bekal pengetahuan agama (1)

b. Pendidikan seks sejak dini (1)


(3)

d. Kemampuan orang tua dalam bersikap tegas kepada anak (1)

16.Menurut anda apa penyebab tumbuh pesatnya perkembangan materi pornografis di berbagai produk media?

Ya Tidak a. Masih lemahnya hukum yang berlaku (1)

b. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi (1) c. Maraknya jasa layanan media seperti internet (1) d. Maraknya jasa layanan seks (1)

17.Menurut anda apa yang semestinya dilakukan pemerintah dalam membrantas pornografi?

Ya Tidak a. Membuat undang-undang anti pornografi (1)

b. Memberi teguran kepada media massa yang menampilkan gambar-gambar yang berbau pornografi (1)

c. Memberi sanksi kepada para tersangka kasus pornografi (1) d.Melakukan pemblokiran situs-situs porno di internet (1)

18.Menurut anda apakah media pornografi yang telah banyak berkembang dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan dan pemahaman bagi remaja tentang kesehatan seksual?

a. Ya (1) b. Tidak (0)

19.Menurut anda apakah pendidikan seks penting diberikan kepada remaja dalam mencegah dampak yang ditimbulkan dari maraknya media pornografi?

a. Ya (1) b. Tidak (0)

20.Menurut anda apakah pendidikan seks dapat disamakan dengan pornografi, meskipun topiknya sama yaitu organ reproduksi?

a. Ya (0) b. Tidak (1)

III. Pertanyaan tentang Sikap

Setuju Tidak setuju 1. Internet memberikan informasi secara benar kepada

masyarakat luas.

2 1

2. Dampak negatif internet memberikan pengaruh buruk terhadap remaja usia sekolah karena menimbulkan efek


(4)

kecanduan.

3. Situs porno membuat anak menjadi malas belajar 2 1 4. Situs porno bermanfaat bagi remaja usia sekolah. 1 2 5. Situs porno memberikan informasi seks secara benar. 1 2 6. Situs porno dapat merusak mental remaja. 2 1 7. Situs porno dapat merusak konsentrasi belajar siswa 2 1 8. Situs porno dapat menghabiskan banyak biaya dalam

mengaksesnya

2 1

9. Situs porno dapat menghabiskan banyak waktu remaja dalam mengaksesnya

2 1

10. Situs porno dapat menyebabkan keinginan untuk melakukan berbagai perilaku seksual menyimpang.

2 1

11. Situs porno dapat menyebabkan terjadinya tindak kekerasan dan pelecahan seksual

2 1

12. Remaja usia sekolah seharusnya diperbolehkan melihat, membaca atau mendengar hal-hal yang berbau pornografi

1 2

13. Anak-anak dan remaja rentan terhadap pengaruh pornografi.

2 1

14. Remaja merupakan kelompok yang sulit dalam mengontrol hasrat seksualnya

2 1

15. Remaja dianggap sebagai generasi yang ceroboh dan tidak bermoral karena menjadi konsumen utama pengakses dan penikmat tayangan pornografi.

2 1

16. Remaja adalah korban terbesar dari penyebaran tayangan materi pornografi lewat internet

2 1

17. Pola kecanduan pornografi dapat menjadi kebebasan dalam seks dan kaum perempuan kerap menjadi korban dari perilaku tersebut.

2 1

18. Media pornografi merupakan sumber pembelajaran utama mengenai pengetahuan seks dan seksualitas

1 2

19. Tindak kekerasan dan pornografi juga kerap hadir di media seperti televisi yang mana sangat berpengaruh terhadap remaja

2 1

20. Keluarga merupakan pintu pertama pendidikan bagi anak dalam membendung pornografi.

2 1

21. Penegakan hukum yang masih lemah belum mampu menjangkau pesatnya ketersediaan materi pornografi

2 1

22. Bagaimana menurut anda mengenai pemblokiran situs porno di internet yang dilakukan oleh pemerintah

2 1

IV. Pertanyaan tentang Tindakan


(5)

2. Berapa lama waktu yang anda habiskan ketika mengakses situs porno? 3. Berapa besar biaya yang anda keluarkan setiap mengakses situs porno? 4. Kapan terakhir kali anda melihat situs porno?

5. Dimana biasanya anda mengakses situs porno? a. Warung internet (warnet)

b. Internet dirumah

6. Apakah anda memiliki telepon genggam (hp)? a. Ya ( lanjut ke no. berikutnya)

b. Tidak

7. Apa jenis hp yang anda miliki

8. Apakah anda menyimpan gambar-gambar porno di dalam hp tersebut? a. Ya

b. Tidak

9. Apakah anda pernah berciuman bibir, setelah mengakses situs porno? a. Ya

b. Tidak

10. Apakah anda pernah melakukan onani, setelah mengakses situs porno? a. Ya

b. Tidak

11.Apakah anda pernah melakukan petting, setelah mengakses situs porno? a. Ya

b. Tidak

12.Apakah anda pernah melakukan oral seks, setelah mengakses situs porno? a. Ya

b. Tidak

13.Apakah anda pernah melakukan hubungan seks, setelah mengakses situs porno? a. Ya


(6)