Sikap Tentang Anak-anak dan Remaja Rentan Terhadap Pengaruh Pornografi

melampiaskan hasrat seksual melalui aneka kegiatan menggunakan internet, semakin tinggi depresi dan rasa khawatir para remaja tersebut. 5.3.3. Sikap Tentang Situs Porno Dapat Menyebabkan Keinginan Melakukan Melakukan Berbagai Perilaku Seksual Menyimpang. Sikap responden tentang situs porno dapat menyebabkan keinginan melakukan berbagai perilaku seksual menyimpang, diketahui bahwa lebih banyak responden menjawab setuju yaitu sebesar 78,5. Berdasarkan hasil penelitian yang dikutip oleh Eriandany 2006, bahwa situs porno mendorong terjadinya tindak kriminal dan perilaku seksual menyimpang. Selain itu juga situs porno memungkinkan para penggunanya untuk melakukan berbagai komunikasi erotik melalui komputer mulai dari tingkatan bersifat godaan atau lelucon porno, pencarian dan tukar-menukar informasi mengenai pelayanan seksual sampai pada sikusi terbuka tentang perilaku seksual menyimpang. Komunikasi melalui internet seringkali digunakan untuk mengeksploitasikan pornography yang melibatkan anak-anak dan remaja serta alat yang dipakai untuk menyamarkan identitas seksual seseorang dengan tujuan tertentu.

5.3.4. Sikap Tentang Anak-anak dan Remaja Rentan Terhadap Pengaruh Pornografi

Sikap responden tentang anak-anak dan remaja rentan terhadap pengaruh pornografi, diketahui bahwa lebih banyak responden menjawab setuju yaitu sebesar 77,7. Hal ini sejalan dengan pendapat Soebagijo 2008, pornografi yang dalam jangka pendek mampu mempengaruhi seseorang hingga pada tingkat kecanduan. Bila seseorang tersebut sudah kerap mengkosumsinya sejak usia yang demikian belia Universitas Sumatera Utara yakni usia anak-anak dan remaja. Remaja dan anak-anak yang rentan terhadap pengaruh pornografi dikarenakan rasa ingin tahu mereka terhadap perubahan fisiknya sementara pendidikan agama yang dibarengi dengan pendidikan seks yang bertanggung jawab sangat sulit didapatkan, namun materi-materi pornografi justru sangat mudah diperoleh. Rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya, merupakan cirri-ciri remaja pada umumnya. Sejalan dengan pendapat Sarwono 2005, dalam perkembangan dirinya, hal yang tersulit dihadapi oleh remaja adalah mengendalikan dirinya, terlebih mengontrol seksualitasnya. Dorongan seks manusia itu sudah ada semenjak manusia dilahirkan. Oleh karena itu ketika ada suatu stimulus yang membangkitkan gairah seks seseorang, maka seketika itu juga orang tersebut akan mencari objek untuk melampiaskan hasratnya tersebut hingga control itu hilang. 5.3.5. Sikap Tentang Kecanduan Pornografi Dapat Menjadi Kebebasan Dalam Seks dan Kaum Perempuan Kerap Menjadi Korban Dari Perilaku Tersebut. Sikap responden tentang pola kecanduan pornografi dapat menjadi kebebasan dalam seks dan kaum perempuan kerap menjadi korban dari perilaku tersebut, diketahui bahwa lebih banyak responden menjawab setuju yaitu sebesar 83,5. Hal ini sesuai dengan pendapat Soebagijo 2008, banyak orang yang masih meragukan apakah pornografi bisa berdampak terhadap timbulnya kejahatan seksual. Dalam hal ini kemungkinan hubungan antara konsumsi pornografi dengan terjadinya peristiwa kejahatan seksual. Dari studi yang dilakukan, ditemukan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara peredaran dan ketersediaan materi pornografi di suatu wilayah dengan tingkat kejahatan seksual yang terjadi di wilayah Universitas Sumatera Utara tersebut seperti pemerkosaan, pelecehan seksual, dan sebagainya. Hasil temuan terhadap 201 kasus perkosaan tahun 2000-2004, menunjukkan 56,71 diakui pelaku akibat film. VCD porno. Sementara itu, Lembaga bantuan Hukum LBH APIK Jakarta, menemukan, kebanyakan dari anak-anak atau remaja yang melakukan kekerasan seksual lantaran terangsang tayangan VCD porno dan pengaruh minuman keras. 5.3.6. Sikap Tentang Keluarga Merupakan Pintu Pertama Pendidikan Bagi Anak Dalam Membendung Pornografi. Sikap responden tentang keluarga merupakan pintu pertama pendidikan bagi anak dalam membendung pornografi, diketahui bahwa lebih banyak responden menjawab setuju yaitu sebesar 78,5. Sejalan dengan pendapat Soebagijo 2008, menanggulangi bahaya pornografi harus dimulai dari institusi keluarga. Bila keluarga kuat, dan punya sikap untuk membendung pornografi, maka akan mempunyai pengaruh yang besar bagi masyarakat. Selain itu, keluarga juga merupakan pintu pertama pendidikan bagi anak. Membebaskan keluarga dari media pornografi merupakan upaya yang tidak dapat ditawar lagi. Kenyataannya banyak orang tua yang tidak peduli terhadap nasib anaknya. Bila ada remaja atau anak-anak yang terjerumus masalah, terutama seks, banyak juga yang disebabkan oleh lingkungan keluarga yang kurang harmonis. Kondisi ini membuat anak-anak dan remaja tidak biasa mengungkapkan masalah mereka langsung kepada orang tua.

5.3.7. Sikap Tentang Pemblokiran Situs Porno Diinternet Yang Dilakukan Oleh Pemerintah