Kategori Tindakan Tabel 4.23. Distribusi Kategori Tindakan Responden Pengakses Situs Porno

4.5.4. Tindakan Tentang Tempat Mengakses Situs Porno Tabel 4.21. Distribusi Tindakan Responden Tentang Tempat Mengakses Situs Porno Melaui Internet di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 Berdasarkan tabel 4.21 diatas diketahui bahwa keseluruhan responden menyatakan bahwa warung internet adalah tempat untuk mengakses situs porno. 4.5.5. Tindakan Tentang Perilaku Seksual Setelah Mengakses Situs Porno Tabel 4.22. Distribusi Tindakan Responden Tentang Perilaku Seksual Setelah Mengakses Situs Porno Melalui Internet di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 Berdasarkan tabel 4.22 diatas diketahui bahwa dari 121 orang responden pengakses situs porno, perilaku seksual yang paling banyak dirasakandialami responden adalah onani yaitu sebanyak 75 orang 62,0, sedangkan perilaku seksual yang paling sedikit dirasakandialami responden adalah melakukan hubungan seks yaitu sebanyak 12 orang 9,9.

4.5.6. Kategori Tindakan Tabel 4.23. Distribusi Kategori Tindakan Responden Pengakses Situs Porno

Melalui Internet Terhadap Seksual di SMKTI Swasta Raksana Medan Tahun 2008 No Tempat Mengakses Situs Porno Jumlah orang 1 Warung Internet 121 100,0 Jumlah 121 100,0 No Perilaku Seksual Setelah Mengakses Situs Porno Jumlah orang 1 Berciuman 62 51,2 2 Onani 75 62,0 3 Petting 29 24,0 4 Oral seks 17 14,0 5 Hubungan seks 12 9,9 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 4.23 diatas diketahui bahwa 121 orang responden pengakses situs porno, terdapat 97 orang 80,2 mentakan merasakan efek dari situs porno dan 24 orang 19,8 menyatakan tidak merasakan efek dari situs porno. BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Siswa SMKTI Swasta Raksana Medan No Kategori Tidakan Jumlah orang 1 Pernah mengakses tetapi tidak merasakan efek dari situs porno 24 19,8 2 Pernah mengakses dan merasakan efek dari situs porno 97 80,2 Jumlah 121 100,0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa usia responden berkisar antara 14 sampai 19 tahun, dan usia yang terbanyak adalah responden yang berusia 16 tahun yaitu sebanyak 45 orang 37,2, sedangkan usia responden yang paling sedikit adalah 14 dan 19 tahun yaitu sebanyak 3 orang 2,5. Hal ini tentu saja berhubungan karena pada tingkat sekolah menengah atassederajat usia siswanya berkisar antara 14-19 tahun. Sejalan dengan hasil yang dikutip oleh Soebagijo 2008, ada sekitar 80 remaja berusia 15 sampai 17 tahun yang sudah mengakses materi pornografi di internet. Sedangkan untuk usia anak termuda pengakses situs porno yaitu usia 11 tahun atau sekitar anak kelas V sampai VI SD. Menurut Hurlock 2004 pada kelompok usia ini, teman sebaya memiliki peran yang penting dalam sebuah perubahan perilaku. Remaja juga mengembangan kematangan tingkah laku, belajar membuat keputusan sendiri dan selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu. Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata responden memiliki jumlah uang saku antara Rp5.000,- − Rp10.000,- yaitu sebanyak 100 orang 82,6, sedangkan kelompok jumlah uang saku responden yang paling sedikit adalah Rp5.000,- yaitu sebanyak 4 orang 3,3. Dari sini dapat dilihat bahwa uang saku diatas Rp5.000,- yang mana dalam hal ini akan semakin memudahkan siswa untuk mengakses situs porno di warung internet yang tarifnya relatif murah hanya sekitar Rp.3.000 − Rp.3.500jam. Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar pendidikan ayah dan ibu responden adalah SMU masing-masing sebanyak 63 orang 52,1 dan 64 orang Universitas Sumatera Utara 52,9. Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang menjadi lebih baik sehingga memungkinkan untuk menyerap informasi dan dapat berfikir secara rasional dalam menanggapi berbagai informasi termasuk tentang situs porno dan pengaruhnya, sehingga orang tua diharapkan dapat memberikan pemahaman yang baik kepada anak-anaknya. Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa semua ayah responden bekerja dengan jenis pekerjaan ayah terbanyak adalah wiraswasta sebanyak 91 orang 75,2. Dan dari tabel 4.5 juga dapat dilihat ada sebanyak 61 orang 50,4 ibu responden yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, dan sebanyak 60 orang 49,6 ibu responden bekerja dengan jenis pekerjaan yang terbanyak yaitu wiraswasta sebanyak 45 orang 37,2 dan untuk jenis pekerjaan yang paling sedikit yaitu PNS sebanyak 6 orang 5,0. Ketika orang tua sibuk bekerja, kemungkinan dipastikan kontrol terhadap anak-anak mereka menjadi berkurang. Orang tua yang semestinya menjadi tokoh panutan utama, justru kurang berperan karena kesibukan mereka sendiri dan membuat si anak mencari tahu sendiri apa yang mereka butuhkan yaitu yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi. Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar penghasilan orangtua responden adalah lebih besar atau sama dengan Rp 761.000 dengan pendapatan tertinggi rata-rata adalah Rp 1.000.000 yaitu sebanyak 112 orang 92,6 dan untuk pendapatan orang tua responden yang lebih kecil dari Rp 761.000 dengan pendapatan terendah Rp 600.000 ada sebanyak 9 orang 7,4. Disini dapat dilihat bahwa rata-rata penghasilan orangtua responden sudah diatas UMP Upah Minimum Provinsi tahun 2007. Besarnya pendapatan orang tua mempengaruhi perkembangan Universitas Sumatera Utara anak karena mereka lebih fokus kepada bagaimana memenuhi kebutuhan hidup dan pendapatan yang terbatas tersebut. Sehingga mereka terkadang mengabaikan perkembangan anak yang memerlukan perhatian dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi dan kasih sayang dari orang tuanya.

5.2. Pengetahuan Responden tentang Situs Porno