2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa. 3.
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Menurut Rousseau yang dikutip oleh Sarwono 2005 bahwa terdapat empat tahapan perkembangan yang terjadi pada setiap individu, yaitu :
1. Umur 0-4 tahun : Masa kanak-kanak.
2. Umur 5-12tahun : Masa bandel savage stage.
3. Umur 12-15 tahun : Bangkitnya akal ratio, nalar reason, dan
kesadaran diri self consciousness. 4.
Umur 15-20 tahun : Masa kesempurnaan remaja adolescence proper yang merupakan puncak dari perkembangan emosi. Gejala lain yang juga
timbul pada tahap ini adalah dorongan seks.
2.8. Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI 2001, adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya. membawa remaja ke dalam masalah yang lebih kompeks lagi khususnya
remaja laki-laki. Dimana remaja laki-laki sangat rentan terinfeksi penyakit menular seksual seperti gonorhe GO, sifilis raja singa, herpes kelamin, klamidia,
trikomoniasis, kandidiasis vagina, kutil kelamin hingga HIVAIDS. Penyakit menular
Universitas Sumatera Utara
seksual PMS akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral, maupun anal seks.
2.9. Perilaku Seksual Remaja
Menurut Sarwono 2005, perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dari lawan jenisnya maupun dengan sesama
jenisnya. Seperti yang kita ketahui umumnya remaja laki-laki lebih mendominasi dalam melakukan tindak perilaku seksual bila dibandingkan dengan remaja
perempuan. Hal ini di karenakan banyaknya faktor yang membuat remaja laki-laki untuk menyalurkan hasrat seksualitasnya. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di beberapa Negara maju menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak melakukan hubungan seksual pada usia lebih muda bila dibandingkan dengan
remaja perempuan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yang terjadi
pada remaja, antara lain : 1
Faktor Internal a.
Tingkat perkembangan seksual fisikpsikologis Dimana perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual
yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun.
b. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi
Universitas Sumatera Utara
Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara
yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya. c.
Motivasi Perilaku yang pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk
memperoleh tujuan tertentu. Perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau
untuk memperoleh uang misalnya pekerja seks seksual PSK. 2
Faktor Eksternal a.
Keluarga Kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dapat
memperkuat munculnya perilaku menyimpang pada remaja. b.
Pergaulan Pada masa pubertas, perilaku seksual pada remaja sangat dipengaruhi oleh
lingkungan pergaulannya dimana pengaruh dari teman sebaya sebagai pemicu terbesar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lainnya.
c. Media massa
Kemajuan teknologi mengakibatkan maraknya timbul berbagai macam media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan yang paling dicari oleh
remaja adalah internet. Dari internet, remaja dapat dengan mudah mengakses informasi yang tidak dibatasi umur, tempat dan waktu. Informasi yang
diperoleh biasanya akan diterapkan dalam kehidupan kesehariannya.
Universitas Sumatera Utara
Banyaknya perilaku seksual yang terjadi muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan yang tujuannya hanya untuk mendapatkan kesenangan organ
seksual melalui berbagai perilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyudi 2004, beberapa perilaku seksual
secara rinci dapat berupa: a.
Berfantasi merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.
b. Pegangan tangan dimana perilaku ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan
seksual yang begitu kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba perilaku lain.
c. Cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir
d. Cium basah berupa sentuhan bibir ke bibir
e. Meraba merupakan kegiatan pada bagian-bagian sensitive rangsang seksual
seperti leher, dada, paha, alat kelamin dan lain-lain. f.
Berpelukan perilaku ini hanya menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual apabila mengenai daerah sensitif
g. Masturbasi wanita atau Onani laki-laki merupakan perilaku merangsang
organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual dan dilakukan sendiri. h.
Oral seks merupakan perilaku seksual dengan cara memasukkan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis.
i. Petting merupakan seluruh perilaku yang non intercourse hanya sebatas pada
menggesekkan alat kelamin.
Universitas Sumatera Utara
j. Intercourse senggama merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan alat
kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.
2.10. Pendidikan Seksual