pada lawan jenisnya. Mereka bingung harus bertanya kepada siapa, apakah kepada teman atau bahkan kepada orangtuanya sendiri. Di pihak lain, arus informasi
memberikan tawaran yang mengarah ke permasalahan seksual yang vulgar. Pada kenyataannya, banyak media massa justru cenderung menjerumuskan remaja, seperti
maraknya situs porno di internet. Maka dalam hal ini pendidikan seks diperlukan untuk menjembatani antara rasa keingintahuan remaja tentang hal tersebut dan
berbagai tawaran informasi yang vulgar, dengan cara pemberian informasi tentang seksualitas yang benar, jujur, lengkap, dan disesuaikan dengan kematangan usianya.
Jika dikaitkan dengan pendapat diatas, peneliti berasumsi bahwa mengingat rasa ingin tahu remaja yang bergitu besar, pendidikan seksualitas yang diberikan
harus sesuai dengan kebutuhan remaja, serta tidak menyimpang dari prinsip pendidikan seksualitas itu sendiri. Ketika pornografi merupakan hal yang ramai
dibicarakn karena berdampak negatif, salah satu upaya untuk membentengi remaja dari pengetahuan seks yang menyesatkan adalah dengan memberikan pendidikan
seksualitas yang benar.
5.2.8. Pengetahuan Tentang Persamaan Pendidikan Seks dan Pornografi
Untuk pengetahuan responden tentang persamaan pendidikan seks dengan pornografi, dari tabel 4.14 diketahui bahwa lebih banyak responden yang menjawab
tidak setuju 59,5, dan yang paling sedikit adalah menjawab setuju 40,5. Hal ini sejalan dengan pendapat Soebagijo 2008, bahwa hanya pada
pendidikan seks, organ reproduksi tersebut diutarakan dengan menyajikan pertimbangan-pertimbangan atau konsekuensi bila terjadi hubungan seks. Atau
dengan kata lain pendidikan seks adalah bertujuan memberikan pengetahuan tentang
Universitas Sumatera Utara
organ-organ seksual atau organ-organ reproduksi manusia, bagaimana cara kerjanya dan dampaknya bila disalahgunakan. Sedangkan pada pornografi, organ reproduksi
dieksploitasikan sedemikian rupa tanpa peringatan akan dampak yang mungkin ditimbulkannya dan cenderung bertujuan untuk membangkitkan hasrat seksual
seseorang, akan tetapi masih banyak para produsen pornografi yang mengklaim bahwa produk yang mereka tawarkan adalah pendidikan seks. Selain itu konsekuensi
logisnya pornografi juga bisa dikaitkan dengan peningkatan jumlah kasus maupun ragam resiko kesehatan reproduksiseksual, termasuk kekerasan seksual.
Sedangkan menurut Nusantri 2005, pendidikan seks bertujuan mengurangi jumlah remaja melakukan perilaku seksual sebelum menikah. Sedangkan untuk
pornografi, bertujuan untuk membangkitkan hasrat seksual seseksual seseorang serta mendorong orang untuk melakukan berbagai kegiatan-kegiatan seksual seperti onani,
masturbasi dan sampai pada tingkat melakukan hubungan seksual.
5.2.9. Kategori Pengetahuan Responden
Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang pengaksesan situs porno di internet dikategorikan dalam kategori sedang sebesar
59,5 dan pada kategori baik sebesar 37,2 sedangkan pada katergori kurang sebesar 3,3. Responden masih kurang mengetahui dampak dari mengakses situs
porno di internet, sehingga hal ini memungkinkan responden untuk tetap mengakses situs porno. Hal ini sesuai dangan pendapat Green 2005, yaitu pengetahuan
merupakan salah satu factor mempermudah terjadinya perilaku seseorang sehingga pengetahuan responden yang berada pada tingkat sedang kemungkinan dapat
menyebabkan responden untuk tetap mengakse situs porno di internet.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Sikap Responden Tentang Situs Porno