Pengetahuan Responden Tentang Dorongan Seksual Yang Ditimbulkan dari Situs Porno

menjawab mengganggu konsentrasi belajar 88,4, dan yang paling sedikit adalah menghabiskan banyak waktu 63,6. Menurut Tukan 1993, pornografi yang mempertontonkan gambar vulgar dan pornoteks yang menceritakan kisah-kisah hubungan seksual dengan tujuan tidak untuk menjelaskan secara benar fungsi alat kelamin, melainkan lebih untuk membuat remaja berkhayal dan menjadi lebih terfokus kepada gambar-gambar maupun video- video yang disajikan dalam situs porno tersebut. Dan ketika mereka telah sampai pada tingkat kecanduan, remaja akan selalu mencoba untuk mendapatkan materi pornografi dari internet dan melupakan pelajaran maupun tugas yang diberikan dari sekolah sehingga konsentrasi remaja kepada pelajarannya menjadi berkurang dan sampai pada tingkat yang lebih parah yaitu membuat prestasi si remaja menjadi ikut menurun.

5.2.5. Pengetahuan Responden Tentang Dorongan Seksual Yang Ditimbulkan dari Situs Porno

Untuk pengetahuan responden tentang dorongan seksual yang ditimbulkan dari situs porno, dari tabel 4.11 diketahui bahwa lebih banyak responden menjawab dorongan melakukan hubungan seksual 91,7, dan yang paling sedikit adalah berfantasi 39,7. Hal ini sejalan dengan pendapat Soebagijo 2008, bahwa ketika seseorang telah menyaksikan hal-hal yang bermuatan pornografi, maka seseorang tersebut akan lebih merasa terbiasa dan wajar dengan adegan seksual yang disaksikannya tersebut. Ia juga akan cenderung memiliki dorongan untuk mempraktikan aktivitas seksual Universitas Sumatera Utara yang disaksikannya, meskipun sebelumnya hal itu merupakan sesuatu yang dianggap tabu. Bila dikaitkan dengan pendapat Soebagijo 2008, peneliti berasumsi bahwa responden merasa dengan melihat situs porno tidak membuat responden berfantasi karena cenderung menimbulkan perasaan erotisme semata dan kurang memiliki kepuasan yang nyata bila dibandingkan dengan kejadian seks yang sebenarnya. Dikarenakan sampel dalam penelitian sebagian besar adalah laki-laki sehingga pencapaian kepuasan seks tidak dapat disalurkan dengan hanya berfantasi. 5.2.6. Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan yang Dilakukan Orangtua Dalam Membebaskan Keluarga Dari Pornografi Untuk pengetahuan responden tentang pencegahan yang dilakukan orangtua dalam membebaskan keluarga dari pornografi, dari tabel 4.12 diketahui bahwa lebih banyak responden menjawab komunikasi antar anggota keluarga 86,8, dan yang paling sedikit adalah pendidikan seks sejak dini 33,9. Sedangkan menurut Bungin 2003, menanggulangi bahaya pornografi harus dimulai dari institusi keluarga. Bila keluarga kuat, dan punya sikap untuk membendung pornografi, maka akan mempunyai pengaruh yang besar bagi masyarakat. Selain itu, keluarga juga merupakan pintu pertama pendidikan bagi anak. Membebaskan keluarga dari media pornografi merupakan upaya yang tidak dapat ditawar lagi. Kenyataannya banyak orang tua yang tidak peduli terhadap nasib anak. Bila ada remaja atau anak-anak yang terjerumus masalah, terutama seks, banyak juga yang disebabkan oleh lingkungan keluarga yang kurang harmonis. Kondisi ini Universitas Sumatera Utara membuat anak-anak dan remaja tidak biasa mengungkapkan masalah mereka langsung kepada orang tuanya. Sejalan dengan pendapat Pramesemara 2007, orangtua selaku mitra bina utama para remaja yang notabene anak remaja sendiri hendaknya memberikan pendidikan seks kepada anak-anaknya sejak dini. Orangtua harus menjawab dengan jujur dan tepat ketika anaknya bertanya soal seks. Dan jawaban-jawaban yang diberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai dengan usia anak, hingga tidak terjadi salah penafsiran. Karena itulah orangtua dituntut membekali diri dengan pengetahuan cukup tentang seks dan psikologi remaja. Dari pernyataan di atas peneliti berasumsi bahwa untuk menghindarkan atau mencegah tindakan keluarga dari pornografi, sebagai orang tua haruslah menumbuhkan komunikasi yang sehat, yaitu setiap anggota keluarga harus merasa nyaman dan aman bila mengungkapkan perasaannya dan sikap saling menghargai. Masing-masing anggota keluarga siap menjadi pendengar yang baik. 5.2.7. Pengetahuan Tentang Pentingnya Pendidikan Seks Diberikan Kepada Remaja Dalam Mencegah Dampak Maraknya Pornografi Untuk pengetahuan responden tentang pentingnya pendidikan seks diberikan kepada remaja dalam mencegah dampak maraknya pornografi, dari tabel 4.13 diketahui bahwa lebih banyak responden yang menjawab ya 62,0, dan yang paling sedikit adalah menjawab tidak 38,0. Sejalan dengan pendapat Tukan 1993, ketika remaja sedang mengalami masa pubertas mempunyai dorongan atau keinginan yang kuat tentang perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan cenderung mulai timbul rasa ketertarikan Universitas Sumatera Utara pada lawan jenisnya. Mereka bingung harus bertanya kepada siapa, apakah kepada teman atau bahkan kepada orangtuanya sendiri. Di pihak lain, arus informasi memberikan tawaran yang mengarah ke permasalahan seksual yang vulgar. Pada kenyataannya, banyak media massa justru cenderung menjerumuskan remaja, seperti maraknya situs porno di internet. Maka dalam hal ini pendidikan seks diperlukan untuk menjembatani antara rasa keingintahuan remaja tentang hal tersebut dan berbagai tawaran informasi yang vulgar, dengan cara pemberian informasi tentang seksualitas yang benar, jujur, lengkap, dan disesuaikan dengan kematangan usianya. Jika dikaitkan dengan pendapat diatas, peneliti berasumsi bahwa mengingat rasa ingin tahu remaja yang bergitu besar, pendidikan seksualitas yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan remaja, serta tidak menyimpang dari prinsip pendidikan seksualitas itu sendiri. Ketika pornografi merupakan hal yang ramai dibicarakn karena berdampak negatif, salah satu upaya untuk membentengi remaja dari pengetahuan seks yang menyesatkan adalah dengan memberikan pendidikan seksualitas yang benar.

5.2.8. Pengetahuan Tentang Persamaan Pendidikan Seks dan Pornografi