18
demikian ini akan mempunyai kemungkinan lancar, karena sudah diperhitungkan sebelumnya.
28
3. Sifat- Sifat Sekolah Non Formal Pendidikan Luar Sekolah
Disamping adanya tugas yang sama antara pendidikan formal dengan pendidikan non formal, maka pendidikan non formal mempunyai
sifat yang lebih daripada pendiidkan formal. Sifat-sifaat yang di maksud : a.
Sekolah Non Formal Lebih Fleksibel Sifat fleksibel diatas dalam artian luas seperti tidak ada tuntuan
syarat credential yang keras bagi anak didiknya, waktu penyelenggara disesuaikan dengan kesempatan yang ada artinya dapat beberapa
bulan, bebapa tahun dan beberapa hari saja. Dari segi tujuan, maka pendiidkan non formal dapat luas tujuanny, dan bisa spesifik sesuai
dengan kebutuhan. Sedangkann para pengajarannya, juga tidak perlu syarat-syarat yang ketat, hanya dalam pelajaran yang diberikan ia lebih
dari murid-muridnya sedang metode dapat disesuiakan dengan besarnya kelas.
b. Sekolah Non Formal Mungkin Lebih Efektif Dan Efesien.
Bersifat efektif karena “ program pendidikan non formal bisa spesifik sesuai dengan kebutuhan dan tidak memerlukan syarat guru,
metode, fasilitas lain secara ketat ”. Dan tempat penyelenggaraannya pun dapat dimana saja seperti disawah, di bengkel, dirumah, dipasar,
ditempat kerja yang lain. c.
Sekolah Non Formal Bersifat Quick Yielding Artinya dalam waktu yang singkat dapat digunakan untuk
melatih tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama untuk memperoleh tenaga yang memiliki kecakapan.
d. Sekolah Non Formal Sangat Instrumental
Artinya pendidikan yang bersangkutan bersifat luwes, mudah dan murah serta dapat menghasilakan dalam waktu yang relative singkat.
28
Ibid. h. 15
19
3. Syarat- Syarat Pelaksaan Sekolah Non Formal
Bila diingat sifat-sifat pendidikan non formal tersebut di atas, tampaknya sangat mudah pendidikan non formal tersebut dilaksankan
dan dapat mencapai hasil seperti yang diharapakan. Akan tetapi pada prakteknya, pelaksaan pendidikan non formal harus memenuhi syarat-
syarat dalam pelaksanaan sebagai berikut: a.
Pendidikan non formal harus jelas tujuannya. Tujuan ini harus merupakan sesuatu yang dirasakan bermanfaat oleh pesertanya. Hal
ini tentu mendapatkan dukungan dari nilai-nilai, aspirasi dan kebutuhan masyarakat sebagai peserta.
b. Ditinjau dari segi masyarkat, program pedidiikan non formal harus
menarik appealing baik hasil yang akan dicapai maupun cara cara pelaksaannya. Appealing ini sangat diperlukan karrena didalamnya
pendidikan non formal harus memperoleh dukungan daripada masyarakat serta partisipasi aktif masyarakat. Partisipasi masyarakat
sangat di perlukan karena dalam pelaksannya pendidikan non formal pun perlu fasilitas dan pembiayaan.
c. Adanya integarsi pendidikan non formal dengan program
pembangunan dalam masyarakat pengalaman menujuan bahwa suatu program pendidikan tidak akan berhasil kalau tidak berkaitan dengan
kegiatan pembangunan di daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum diadakan perencanaan pendidika non formal disusun.
d. Organisasi kesenian, kursus kesenian, penataran pembinaan kesenian.
e. Kegiatan lain-lain pembinaan nara pidana dan siaran perdesaan
C. Pengertian Karakter
a. Pengertian Karakter
Secara etimologis, karakter character berarti mengukir verb dan kata sifat kebijakan noun. Secara konseptual, konsep karakter dapat di
artikan sebagai usaha terus menerus seorang individu atau kelompok dengan berbagai cara untuk mengukir, mengembangkan atau
20
melambangkan sifat – sifat kebajikan pada dirinya sendiri atau kepada orang lain.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, karakter mempunyai pengertian sifat – sifat kejiwaan, tabiat, watak, perangai, akhlak, atau budi perkerti
yang membedakan sesorang dengan yang lain. Berkarakter artinya berkepribadian, bertabiat, berwatak.
29
Budi Perkerti adalah suatu keluhuran dalam jiwa seorang yang merupakan unsur pribadi yang mampu memilah dan memilih apa yang
baik yang sepantasnya dilakukan dan yang tidak baik yang tidak pantas dilakukan.
30
Menurut Imam Al- Ghazali akhlak adalah “ sifat yang tertanam dalam hati yang dapat menimbulkan perbuatan – perbuatan yang baik,
dengan mudah dan tanpa menimbulkan pertimbangan – pertimbangan dan pemikiran – pemikiran”.
31
Dan menurut Ibnu Maskawaih, akhlak adalah “ Keadaan jiwa sesorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan – perbuatan baik
tanpa melalui pertimbangan – pertimbangan pemikiran terlebih dahulu”.
32
Dengan demikian karakter, budi perkerti, serta akhlak dapat dikatakan sebagai jati diri sesorang dimana jati diri tersebut terbentuk dari
hasil proses kehidupan. Dan karakter itu dapat berupa pola piker, sikap, dan perilaku.
b. Proses Pembentukan Karakter
Menurut Edi Waluyo, pendidikan karakter terhadap anak hendaknya menjadikan mereka terbiasa untuk berperilaku baik, sehingga
ketika anak tidak melakukan kebiasaan itu, yang bersangkutan akan merasa bersalah. Dengan demikian baik sudah menjadi semacam instrik,
yang secara otomatis akan membuat sesorang anak menjadi tidak nyaman
29
Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam metode Aktif, inovatif, dan kreatif, Jakarta : Erlangga, 2012 , H. 8
30
Muhammad amin, Maswardi. Pendidikan Karakter Anak Bangsa, Jakarta : Baduose Media Jakarta, 2011, cet 1, H. 7
31
ibid
32
Ibid
21
jika tidak melakukan kebiasaan baik itu. karakter yang kuat biasanya dibentuk oleh pembentukan nilai – nilai yang menekankan tentang baik
dan buruk. Nilai – nilai ini di bangun melalui penghayatan dan pengalaman, membangkitkan rasa ingin dan bukan menyibukan diri
dengan pengetahuan. Menurut Annis Maata dalam buku yang berjudul “ Membentuk Karakter Muslim “ menyebutkan beberapa kaidah-kaidah
tentang pembentukan karakter, yaitu : a.
Kaidah bertahapan, artinya proses perubahan, perbaikan, dan pengembangan harus dilakukan secara bertahap. Sesorang anak dalam
hal ini tidak bisa dituntut untuk berubah sesuai dengan keinginan secara tiba – tiba dan instan. Namun ada tahapan – tahapan yang harus
di lalui dengan sabar dan tidak terburu – buru. Adapun orientasi dari kegiatan ini terletak pada proses bukan hasil. Sebab proses pendidikan
itu tidak langsung dapat di ketahui hasilnya akan tetapi membutuhkan waktu yang lama sehingga hasilnya nanti akan paten.
b. Kaidah Kesinambungan, artinya perlu adama latihan yang harus
dilakukan secara terus – menerus. Seberapa pun kecilnya latihan, yang terpenting latihan itu berkesinambungan.
c. Kaidah Momentum, artinya mempergunakan berbagai momentum
peristiwa untuk fungsi pendidikan dan latihan. Misalkan pada bulan Ramadan di gunakan untuk mengembangkan dan melatih sifat sabar,
kemauan yang kuat, kedermawaan, dan lain – lain. d.
Kaidah Motivasi Instristik, artinya karakter anak terbentuk secara kuat dan sempurna jika didorong oleh keinginan sendiri dan melakukan
sendiri. e.
Kaidah Pembimbing, artinya perlunya bantuan orang lain untuk mencapai hasil yang lebih baik daripada dilakukan seorang diri.
Pemebentukan karakter ini di tidak bisa dilakukan tanpa seorang diri.