Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter Di Min 09 Petukangan Selatan Jakarta
DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN
KARAKTER DI MIN 09 PETUKANGAN SELATAN
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
Iis Sulastri
NIM: 109018200046
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H./2014 M.
(2)
Skripsi berjudul “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter di MIN 09 Petukangan Selatan
Jakarta” disusun oleh Iis Sulastri, NIM. 109018200046, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqosah sebagai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 10 Juni 2014
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
(3)
(4)
Bismillahirrohmanirrohim
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Iis Sulastri
Nim : 109018200046
Program Studi : Manajemen Pendidikan
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang saya ajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya hasil sendiri
atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Juni 2014 Penulis
(5)
i
Iis Sulastri, NIM: 109018200046. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter di MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta. Skripsi Program Strata 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Kepala sekolah merupakan komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas kepala sekolah akan sangat erat sekali hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan sekolah, salah satunya yang penting adalah mengenai pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan peran kepemimpinan kepala sekolah terhadap pengembangan pendidikan karakter dan (2) Mendeskripsikan upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dalam bentuk deskriptif analisis, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian dianalisis dengan teknik analisa kualitatif. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter di MIN 09 Petukangan Selatan dapat dilihat dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pengembangan pendidikan karakter. Pada perencanaan dapat dilihat dari visi, misi dan tujuan sekolah yang menanamkan nilai-nilai karakter kejujuran, disiplin, bertanggung jawab, kerja keras, kreatif dan peduli. Pada Pelaksanaan kegiatan pendidikan karakter, dapat dilihat dari strategi yang dilakukan dalam mengembangkan pendidikan karakter, yaitu melalui kegiatan pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan kegiatan pembelajaran dan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Dalam pelaksanaan program dan kegiatan, kepala sekolah sudah menerapkan nilai-nilai karakter seperti: percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis dan kreatif. Kepala sekolah melakukan pengendalian/ pengawasan program pendidikan karakter melalui supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap perencanaan, pelaksanaan dan hasil-hasil pemenuhan penerapan pendidikan karakter. Penerapan pendidikan karakter melibatkan semua pihak yang terkait
(stake holder) sekolah dalam prosesnya. Semua guru dan karyawan merasa terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah.
(6)
Iis Sulastri, NIM: 109018200046. Principal Leadership Role In Developing a Character Education in MIN 09 South Petukangan Jakarta. Thesis Program Strata 1 Faculty of Tarbiyah and Teaching Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.
The school principal is the educational component of the most instrumental in improving the quality of education. The quality of the principal to be very closely related to various aspects of school life, one that is important is the development of character education in schools. Character education is an attempt to help the development of children's lives both physically and emotionally, from the nature kodrati towards human civilization and better. This study aims to: (1) Describe the role of school leadership for the development of character education and (2) Describe the efforts made by the principal in the development of character education.
The method used in this study is in the form of a descriptive qualitative method of analysis, the research aims to describe a state or a trait such as presence and then analyzed using qualitative analysis techniques. The techniques used in this study is the observation, interview and documentation.
Based on the results of the study showed that the principal's leadership role in the development of character education in MIN 09 South Petukangan can be seen from the planning, implementation and monitoring of development activities character education. In planning can be seen from the vision, mission and objectives of the school that instills character values of honesty, discipline, responsible, hard working, creative and caring. In the implementation of character education activities, it can be seen from the strategy undertaken in developing character education, namely through the learning activities, the development of a school culture and instructional activities and curricular and extracurricular activities. In the implementation of programs and activities, the principal has implemented character values such as: confident, rational, logical, critical, analytical and creative. The headmaster did control / monitoring character education program through supervision, monitoring and evaluation of the planning, execution and results of the fulfillment of the application of character education. Implementation of character education involving all relevant parties (stakeholders) in the process of school. All teachers and employees feel involved from the planning, implementation, and evaluation of school programs.
(7)
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Peran Kepemimpinan
Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter di MIN 09
Petukangan Selatan Jakarta”. Sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Prodi Manajemen Pendidikan yang telah
memberikan arahan, motivasi, dan memudahkan penulis dalam
terselesaikannya skripsi ini.
3. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang dengan tulus dan
ikhlas telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis hingga pada tahap penyelesaian skripsi ini.
(8)
iii
Pendidikan yang telah memberi ilmu selama perkuliahan hingga akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan baik.
5. Masturo, S.Ag selaku Kepala Sekolah MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di MIN 09 Petukangan Jakarta.
6. Kedua Orang Tua tercinta (Muhammad Suwardi dan Siti Muidah) yang telah
mengasuh, membimbing, mendidik, dan memberikan motivasi yang teramat banyak hingga penulis mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan.
7. Kakak tercinta (Syaifudin, S,Pd dan Siti Umayah Sari), dan Adik (Iqbal
Mustova) yang selalu memberikan semangat dan motivasinya dalam penyelesaian studi penulis.
8. Abih (Masturo, S.Ag) dan Bunda tersayang (Afifah, S.Ag) yang selalu
membimbing dan memberikan motivasi dalam hidup penulis.
9. Tantowi Sadam Ahda, yang telah memberikan warna dalam hidup penulis,
selalu sabar dan memberikan motivasi serta pengalaman.
10. Keluarga besar SMP IT Almaka Kalideres Jakarta (Puryani, S.Sos.I, Sri
Hartati, S.Si, Elok Stya Putri, S.Pd.I, Akhmad Nawawi, ST, Sinta Sanusi, S.Pd, Syaiful Bahri, S.Pd.I beserta seluruh guru yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
11. Sahabat-sahabat tercinta yang menemani perjuangan penulis di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Nur Indah Fadilah, Dede Fitri Rahayu, Dine Ulfa Faizah, Dewi Nur Wulan, Witha Sari Anggraini, Siti Zulaeha, Yona Septiani, Khatimatul Husna, Arif Rahman, dan teman-teman HMI Komisariat Tarbiyah (Faqih Mufti, Medya Armai, Sulhan, Rizam Nuruzzaman, M. Rizki Ramadhan) yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
12. Kawan-kawan di jurusan Manajemen Pendidikan yang selalu memberikan
(9)
iv
Arisdiani, M. Bajri, Ahmad Suhaimi, Inka Yulianti, Usnia, Lili Apriani, Zaki Mufti, Aris Hidayat, Alif Mukhamim, Ahmad Aqil Azizi yang telah memberikan semangat kepada penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya.
Jakarta, 10 Juni 2014
(10)
v LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A.Pendidikan Karakter ... 8
1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 8
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ... 9
3. Nilai-nilai Karakter yang Dikembangkan dalam pendidikan ... 11
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 13
5. Pengembangan Karakter Siswa ... 14
6. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter ... 15
7. Implementasi Manajemen Sekolah Berkarakter ... 18
8. Pendidikan Karakter dalam Proses Perencanaan Manajemen Sekolah ... 22
9. Pelaksanaan Program dan Kegiatan Pendidikan Karakter 23 10.Integrasi Nilai-nilai Karakter dalam Pengendalian/ Pengawasan Program ... 24
(11)
vi
2. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan
Pendidikan Karakter ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
B. Metode Penelitian, Jenis dan Sumber Data ... 31
C. Teknik Pengumpulan Data ... 32
1. Observasi ... 32
2. Wawancara ... 32
3. Studi Dokumentasi ... 32
D. Teknik Analisa Data ... 33
E. Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta ... 37
1. Sejarah Berdirinya MIN 09 Petukangan Jakarta ... 37
2. Status Tanah ... 38
3. Data Guru dan Karyawan Sekolah ... 38
4. Data Siswa ... 38
5. Keadaan Sarana Prasarana ... 39
B. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian ... 39
1. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Karakter ... 39
2. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Manajemen Sekolah ... 56
a. Integrasi Nilai-nilai Karakter Dalam Perencanaan Sekolah ... 56
b. Integrasi Nilai-nilai Karakter Dalam Pelaksanaan Program ... 57
(12)
vii
Pengendalian/Pengawasan Program ... 59
3. Kendala dalam Penerapan Pendidikan Karakter di MIN 09 Petukangan Selatan ... 60
4. Penyelesaian Kendala yang dihadapi ... 60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 64
(13)
viii
Tabel 2.1 Keterkaitan Antara Komponen Pendidikan, Manajemen Sekolah
dengan Nilai-nilai Karakter ... 20
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrument Wawancara dengan Kepala Sekolah MIN
09 Petukangan Selatan Jakarta ... 37
(14)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa dimasa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang
bermartabat.1
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mengemban tugas untuk mencapai tujuan institusional yang berimplikasi kepada tercapainya tujuan pendidikan Nasional. Banyak pihak yang berperan dalam kesuksesan sebuah sekolah untuk mencapai tujuannya. Di antara berbagai pihak tersebut adalah kepala sekolah. Kepala sekolah memiliki peran
1
Kementrian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
(15)
penting karena kepala sekolah yang meletakkan berbagai kebijakan dan aturan terkait pengembangan lembaga pendidikan, apalagi dengan kultur di Indonesia yang masih menjadikan peran pemimpin sangat dominan dalam proses operasional organisasi.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh E. Mulyasa, bahwa: Kepala Sekolah memiliki peran yang sangat kuat dalam mengkordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara
terencana dan bertahap.2
Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu
perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat
kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.3
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik
melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.4
Perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju memudahkan peserta didik dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Tidak hanya berinteraksi secara nyata, tetapi dunia maya atau
jejaring sosial seperti facebook, twitter, yahoo mesengger, dan lain-lain
mampu memberikan dampak dan pengaruh besar bagi peserta didik.
2
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2003), h. 90.
3
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 1.
4
Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung: Yrama Widya, 2011), h. 4.
(16)
Kurangnya pengawasan dari orang tua dan guru bisa membuat peserta didik melakukan kegiatan yang menyimpang, seperti tawuran, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, seks bebas, dan yang lainnya.
Menurut data yang dihimpun dari Litbang TVOne, Pada 2010, setidaknya terjadi 128 kasus tawuran antar pelajar. Angka itu melonjak tajam lebih dari 100% pada 2011, yakni 330 kasus tawuran yang menewaskan 82 pelajar. Pada Januari-Juni 2012, telah terjadi 139 tawuran
yang menewaskan 12 pelajar.5
Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, mengatakan:
Tawuran antar pelajar di Jakarta bukan hanya disebabkan oleh tradisi kekerasan yang diwariskan oleh pelajar angkatan sebelumnya. Tawuran juga dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk dan tata ruang kota. Kekerasan pelajar berlatar belakang kebencian antarsekolah pernah terjadi di Jakarta, September tahun 2012 yang lalu. Saat itu, seorang pelajar SMA 70 berinisial FR alias Doyok menikam seorang pelajar SMA 6 bernama Alawy Yusianto Putra dengan arit dalam sebuah tawuran di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan. Alawy tewas dan Doyok saat ini menjalani hukuman penjara selama 7 tahun usai vonis di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Mei 2013 yang lalu.6
Selain tawuran, pergaulan bebas dan seks bebas dikalangan ABG (Anak Baru Gede) juga sangat mengkhawatirkan. Menurut data BKKBN, sejumlah 20,9 persen remaja putri hamil di luar nikah. Ini jelas merupakan angka yang cukup tinggi, yang mana secara hitung-hitungan berarti diantara 5 remaja putri terdapat 1 orang yang hamil diluar nikah, atau 4 berbanding 1.
Kesalahan ini bisa saja dialamatkan pada orangtua yang sangat sibuk sehingga tak punya waktu memberi perhatian dan pengawasan terhadap remaja putrinya. Namun sebenarnya terdapat beberapa faktor lain
5
Kabar Siang, Data Tawuran Pelajar Selama 2010-2012, 2013,
http://video.tvonenews.tv/arsip/view/62132/2012/09/27/data_tawuran_pelajar_selama_20102012.t vOne
6
Alsadad Rudi, Selain Tradisi Kekerasan, Ini Penyebab Lain Tawuran Pelajar, 2013,
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/10/11/1840481/Selain.Tradisi.Kekerasan.Ini.Penyebab. Lain.Tawuran.Pelajar
(17)
yang menjadi pemicu hubungan seks bebas pra nikah, misalnya lingkungan pergaulan baik di rumah, di luar rumah dan sekolah. Kemudian pengaruh dari tontonan yang tidak edukatif yang kemudian dijadikan tuntunan. Tak sedikit tontonan media massa audio visual; televisi, yang menayangkan tontonan berupa sinetron remaja yang tak mendidik yang kemudian ditiru atau minimal melakukan coba-coba yang akhirnya
keterusan. Selain itu kita tak memungkiri keberadaan peralatan (gadget)
canggih yang fungsinya tidak saja untuk berkomunikasi, tapi juga mengakses situs-situs porno lalu kemudian menyimpannya untuk dijadikan tontonan. Tudingan terhadap situs-situs sosial media seperti
Facebook, Twitter, dan sejenisnya, juga menjadi sah saja dilakukan. Karena sudah bukan rahasia bila halaman sosial media itu juga digunakan
untuk menayangkan pronografi dan pornoaksi.7
Data di atas menunjukkan hanya sebagian kecil dari berbagai kasus tentang merosotnya pendidikan karakter. Oleh karena itu, pendidikan karakter di sekolah bertujuan agar siswa mampu membentengi diri dengan nilai-nilai karakter yang sehingga mampu terhindar dari dampak negatif globalisasi tersebut.
Salah satu penyelenggaraan pendidikan karakter dapat dilakukan secara terpadu melalui manajemen sekolah. Manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang lain. manajemen juga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam manajemen terkandung pengertian pemanfaatan sumber daya untuk tercapainya tujuan. Sumber daya adalah unsur-unsur dalam manajemen, yaitu: manusia, bahan, mesin/peralatan, metode/cara kerja, modal uang dan informasi. Sumber daya bersifat terbatas, sehingga tugas
7
Imi Suryaputera, 1 Dari 5 Remaja Putri Hamil Di Luar Nikah, 2013,
(18)
manajer adalah mengelola keterbatasan sumber daya secara efisien dan efektif agar tercapai tujuan.
Proses manajemen adalah proses yang berlangsung secara terus-menerus, dimulai dari membuat perencanaan dan pembuatan keputusan,
mengorganisasikan sumber daya yang dimiliki, menerapkan
kepemimpinan untuk menggerakkan sumber daya, dan melaksanakan pengendalian. Dalam konteks dunia pendidikan, yang dimaksudkan dengan manajemen pendidikan/sekolah adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan dalam upaya menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini, penulis ingin melihat dan menganalisis penerapan pendidikan karakter sekolah melalui manajemen sekolah di MIN 09 Petukangan Jakarta, dan
kepala sekolah sebagai obyek penelitian karena merupakan
pimpinan/manajer di sekolah.
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 09 Petukangan Jakarta adalah salah satu sekolah yang memiliki predikat sebagai Rintisan Madrasah Standar Nasional (RMSN). Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam penerapan pendidikan karakter seperti perumusan visi, misi, peraturan dan kebijakan-kebijakan sekolah juga menentukan suksesnya keberhasilan penerapan pendidikan karakter di sekolah. Budaya sekolah yang baik seperti tepat waktu, shalat berjamaah, disiplin yang tinggi dan lain-lain terbukti mampu membuat siswanya berprestasi di berbagai ajang perlombaan.
Selain itu, kepala sekolah berusaha untuk mengintegrasikan semua pihak yang terlibat dalam usaha pelaksanaan pendidikan karakter, misalnya guru, komite sekolah, tenaga kependidikan dan masyarakat. Namun pada praktek di lapangan, tidak semua guru aktif terlibat dalam pembentukan karakter siswa. Sebagian hanya menggugurkan kewajiban mengajar sebagai seorang guru. Begitu pula dengan para orang tua. Hanya sebagian yang peduli terhadap pembentukan karakter anak. Alasannya antara lain karena sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu yang
(19)
berkualitas. Padahal tingkah laku dan karakter anak pertama kali dibentuk di lingkungan keluarga.
Dengan melihat begitu pentingnya kinerja kepala sekolah dalam suatu proses pendidikan, dimana kepala sekolah harus mampu menciptakan kegiatan-kegiatan pendidikan berjalan dengan baik khususnya dalam penerapan pendidikan karakter, penulis ingin mengkaji
lebih dalam mengenai “PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA
SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN
KARAKTER DI MIN 09 PETUKANGAN SELATAN JAKARTA” B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang akan diteliti yakni sebagai berikut:
1. Meningkatnya kasus tawuran remaja yang terjadi di Indonesia
2. Pergaulan bebas dan seks bebas yang semakin mengkhawatirkan
3. Kurangnya peran kepala sekolah dalam implementasi pendidikan
karakter di sekolah
4. Kurangnya perhatian dan kepedulian guru dalam pembentukan
karakter siswa
5. Kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua terhadap karakter dan
perilaku anak
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas penelitian ini dibatasi tentang
“Kurangnya peran kepala sekolah dalam implementasi pendidikan karakter
(20)
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan “Bagaimana Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter di MIN 09 Petukangan Selatan
Jakarta?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini, yaitu untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter di MIN 09 Petukangan Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
a. Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif
bagi kepala sekolah untuk dapat mengembangkan pendidikan karakter lebih baik lagi di sekolah
b. Bagi pembaca, sebagai sumbangan data ilmiah dalam mengadakan
penelitian selanjutnya.
c. Bagi Jurusan Kependidikan Islam prodi Manajemen Pendidikan, dapat
menjadi salah satu karya ilmiah yang bisa menambah ilmu pengetahuan.
(21)
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak.
Adapun berkarakter adalah mempunyai tabiat; mempunyai kepribadian; berwatak.1
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik, baik yang terpatri dalam diri dan
keterejawantahkan dalam perilaku.2
Scerenko seperti yang dikutip oleh Muchlas Samani, mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis,
dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.3
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.
2
Kementrian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Jakarta: KPN, 2010), h. 3.
3
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2011), cet Ke-1, h. 42.
(22)
Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk
individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan.”4
Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan, dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter saat ini merupakan topik yang banyak dibicarakan di kalangan pendidik. Pendidikan karakter diyakini sebagai aspek penting dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena turut menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter masyarakat yang berkualitas perlu dibentuk dan
dibina sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa “emas” namun “kritis” bagi
pembentukan karakter seseorang.
Berkaitan dengan hal tersebut maka pemerintah Indonesia, kini sangat gencar mensosialisasikan pendidikan karakter. Kementrian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan (implementasi) pendidikan karakter anak untuk semua tingkat pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, termasuk di dalam kurikulum 2013.
Inti dari kurikulum 2013 adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan
tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.
Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
4
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), cet Ke-1, h. 15.
(23)
penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.5
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa
berdasarkan pancasila.6
Munculnya gagasan program pendidikan karakter di Indonesia, bisa dimaklumi. Sebab, selama ini dirasakan, proses pendidikan dirasakan belum berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan lembaga pendidikan (Indonesia) termasuk sarjana yang pandai dan mahir dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi tidak
memiliki mental yang kuat, bahkan mereka cenderung amoral.7
Pendidikan karakter pada intinya berfungsi untuk mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Selanjutnya dilakukan perbaikan terhadap perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh agar
mampu mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila.8
5
guruorid, Inti Kurikulum 2013 : Penyederhanaan, Tematik – Integratif, 2013, http://guru.or.id/inti-kurikulum-2013-penyederhanaan-tematik-integratif.html
6
Pendidikan Karakter “Karakter Merupakan Jati Diri”, http://pndkarakter.wordpress.com/category/tujuan-dan-fungsi-pendidikan-karakter/
7
Gunawan, op. cit., hal. 28-29.
8
Najib Sulhan, Panduan Praktis Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dengan
(24)
3. Nilai-nilai Karakter yang Dikembangkan Dalam Pendidikan
Nilai adalah suatu jenis kepercayaan, yang letaknya berpusat pada sistem kepercayaan, yang letaknya berpusat pada sistem kepercayaan seseorang, tentang bagaimana seseorang sepatutnya, atau tidak sepatutnya dalam melakukan sesuatu, atau tentang apa yang berharga dan yang tidak berharga untuk dicapai.
Selanjutnya, Sumantri menyebutkan bahwa:
Nilai adalah hal yang terkandung dalam diri (hati nurani) manusia yang lebih memberi dasar pada prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati. Dari beberapa pengertian tentang nilai, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah merupakan rujukan untuk bertindak. Nilai merupakan standar untuk mempertimbangkan dan meraih perilaku tentang baik atau tidak baik dilakukan. Maka yang dimaksud nilai-nilai karakter berarti sesuatu nilai yang dapat dilaksanakan karena pertimbangan di atas.
Ari Ginanjar Agustian yang terkenal dengan konsepnya “Emotional Spiritual
Question (ESQ)” mengajukan pemikiran, bahwa:
Setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk pada sifat-sifat Allah yang
terdapat dalam asma al-husna (nama-nama Allah yang baik) yang berjumlah 99.
Asma al-husna ini harus menjadi sumber inspirasi perumusan karakter oleh siapapun, karena dalam asma al-husna terkandung tentang sifat-sifat Allah yang baik. Menurut Ari Ginanjar dari sekian banyak karakter yang dapat diteladani dari nama-nama Allah tersebut, ia merangkumnya menjadi tujuh karakter dasar, yakni: (1) jujur; (2)
tanggungjawab; (3) disiplin; (4) visioner; (5) adil; (6) peduli; (7) kerjasama.9
Setiap satuan pendidikan mengambil nilai inti yang akan dikembangkan di sekolah masing-masing. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat visi dan misi sekolah, tradisi budaya di sekeliling, keinginan warga sekolah, kehendak para pemegang kepentingan di sekolah, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Agar mudah
dipahami, berbagai nilai tersebut dikelompokkan dengan dua cara. Pertama, melihat
hubungan nilai-nilai tersebut dengan prinsip empat olah (olah hati, olah pikir, olah
raga, olah rasa dan karsa). Kedua, melihat hubungan nilai-nilai tersebut dengan
kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kewajiban terhadap diri sendiri, kewajiban terhadap sesama, dan kewajiban terhadap lingkungan alam. Adapun nilai-nilai karakter inti yang perlu dikembangkan, seperti yang dikutip oleh Muarif (Jurnal
9
(25)
Pengarusutamaan Pendidikan Karakter Di Sekolah 2012. h. 3-8) adalah sebagai berikut:
a. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil
baru berdasarkan sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri: Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis: Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
j. Semangat kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k. Cinta tanah air: Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
l. Menghargai prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/ komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
q. Peduli lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
(26)
r. Tanggung Jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.10
Dalam kurikulum 2013, sikap religius yang berkaitan dengan nilai, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan/dan atau ajaran agamanya di masukkan ke dalam sikap. Misalnya, dalam agama islam, pribadi seorang anak yang memiliki karakter yang baik biasanya menjalankan perintah agama dengan baik, seperti shalat lima waktu. Begitu pula dengan nilai kejujuran. Yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri dan pihak lain. Perilaku ini termasuk dalam sikap di kurikulum 2013.
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter di sekolah akan terlaksana dengan lancar, jika guru dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter;
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,
perasaan, dan perilaku;
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun
karakter;
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian;
e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang
baik;
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses;
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik;
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi
tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama;
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter;
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha
membangun karakter;
10Mu’arif
(27)
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.11
5. Pengembangan Karakter Siswa
Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk
dilakukan oleh sekolah dan stakeholder-nya untuk menjadi pijakan dalam
penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah.
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik, yaitu pengetahuan tentng moral (moral knowing), perasaan/ penguatan emosi (moral feeling), dan perbuatan bermoral (moral action). Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, mengahayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral).
Dimensi-dimensi dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah
kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing
moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap
yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience),
percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta
kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan hati
(humility). Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong
11
Kementrian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Jakarta: KPN, 2010).
(28)
seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain
dari karakter, yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).
Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional.
Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran lainnya, yang program utamanya cenderung pada pengenalan nilai-nilai secara kognitif dan mendalam sampai ke penghayatan nilai secara afektif.
Menurut Mochtar Buchori, mengembangan karakter seharusnya membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Untuk sampai ke praksis, ada satu peristiwa batin yang sangat penting dan harus terjadi dalam diri anak, yaitu munculnya keinginan yang
sangat kuat (tekad) untuk mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut conatio, dan
langkah untuk membimbing anak membulatkan tekad ini disebut langkah konatif.
Pendidikan karakter seharusnya mengikuti langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantoro
menerjemahkannya dengan kata-kata cipta, rasa, dan karsa.12
Begitu pentingnya pendidikan karakter bagi perkembangan diri siswa. Karena kesuksesan seseorang hanya ditentukan sedikit kemampuan teknis individual, sisanya adalah kemampuan mengelola diri dan orang lain. Tahapan perkembangan karakter dapat dimulai dari diri sendiri, melakukan perbuatan & kebiasaan yang baik, dari hal yang terkecil dan dimulai dari sekarang.
6. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh
12
Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung: Yrama Widya, 2011), h. 11.
(29)
setiap satuan pendidikan. Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan. Strategi pengembangan pendidikan karakter ini antara lain:
a. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga peserta didik mampu untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, melalui pembelajaran kontekstual peserta didik lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa dan karsa), serta psikomotorik (olah raga).
Pembelajaran kontekstual mencakup beberapa strategi, yaitu: (a) pembelajaran berbasis masalah, (b) pembelajaran kooperatif, (c) pembelajaran berbasis proyek, (d) pembelajaran pelayanan, dan (e) pembelajaran berbasis kerja.
Kelima strategi tersebut dapat memberikan nurturant effect pengembangan
karakter peserta didik, seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab dan rasa ingin tahu.
b. Pengembangan Budaya Sekolah dan Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:
1) Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus
menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik dan teman.
2) Kegiatan spontan, yakni kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan
(30)
yang terkena musibah, atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
3) Keteladanan, merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan
peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin, kebersihan dan kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur dan kerja keras.
4) Pengondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan
pendidikan karakter. Misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas.
c. Kegiatan Kokurikuler dan atau Kegiatan Ekstrakurikuler
Demi terlaksananya kegiatan kokurikuer dan ekstrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter, perlu didukung dengan perangkat pedoman, pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko dan esktrakurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter.
d. Kegiatan Keseharian di Rumah dan di Masyarakat
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat banyak tergantung pada kegiatan keseharian siswa di rumah. Rumah (keluarga) menjadi lembaga pendidikan pertama dan utama karena sangat menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah. Keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan trilogi pendidikan yang tidak bisa dipisahkan. Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat.
Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter. Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri.
(31)
Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek
perasaan. Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut dengan “desiring the
good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan. Pendidikan karakter yang baik
dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good”, tetapi
juga “desiring the good” dan “acting the good”. Tanpa itu semua manusia akan
sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh suatu paham. Dengan demikian, jelas bahwa karakter dikembangkan melalui tiga langkah, yakni mengembangkan
moral knowing, kemudian moral feeling dan moral action. Dengan kata lain, makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan makin membentuk
karakter yang baik atau unggul/tangguh.13
Dalam buku Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa, strategi pembangunan karakter bangsa dilakukan dengan melalui lima cara, yaitu (1) melalui sosialisasi, (2) melalui pendidikan, (3) melalui pemberdayaan, (4) melalui
pembudayaan (5) melalui kerjasama.14
7. Implementasi Manajemen Sekolah Berkarakter
Dalam rangka implementasi manajemen sekolah yang berkarakter, sekolah diharapkan mampu melakukan perencanaan, melaksanakan kegiatan, dan evaluasi terhadap tiap-tiap komponen pendidikan yang di dalamnya memuat nilai-nilai karakter secara terintegrasi (terpadu). Pengertian terpadu lebih menunjuk kepada pembinaan nilai-nilai karakter pada tiap komponen sesuai dengan ciri khas masing-masing sekolah. Sekolah dapat melaksanakan pendidikan karakter yang terpadu dengan sistem pengelolaan sekolah itu sendiri. Artinya, sekolah mampu merencanakan pendidikan (program dan kegiatan) yang menanamkan nilai-nilai karakter, melaksanakan program dan kegiatan yang berkarakter, dan melakukan pengendalian mutu sekolah secara berkarakter.
Keterkaitan antara berbagai komponen, proses manajemen berbasis sekolah dan nilai-nilai karakter yang melandasinya dapat dilihat pada diagram berikut.
13
Gunawan, op. cit., hal. 195-197.
14
Kementrian Pendidikan Nasional, Desain Induk Pendidikan Karakter Kementrian Pendidikan Nasional,
(32)
Gambar 2.1: Keterkaitan antara komponen pendidikan, manajemen sekolah dengan nilai-nilai karakter
Sebagaimana diamanatkan dalam berbagai peraturan perundangan pendidikan, bahwa semua sekolah harus memenuhi standar nasional pendidikan (SNP) yang meliputi delapan standar, yaitu:
1. Standar isi;
2. Standar proses;
3. Standar kompetensi lulusan;
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan;
5. Standar sarana dan prasarana;
6. Standar pengelolaan;
7. Standar pembiayaan; dan
8. Standar penilaian pendidikan.15
15
Kementrian Pendidikan Nasional, Buku Pedoman Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama (Jakarta: KPN, 2010). TUHAN YME Nilai-nilai Nilai-nilai SESAMA Komponen: Kurikulum dan Pembelajaran Sarana dan Prasarana Tenaga Kependidikan Siswa DIRI SENDIRI MBS: Kemandirian Partisipasi Kemitraan Manajemen: Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Nilai-nilai Nilai -nilai LINGKUNGAN KEBANGSAAN Nilai-nilai
(33)
Sebagaimana dinyatakan dalam standar nasional pendidikan (SNP) pasal 1 ayat 5, standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan pendidikan tertentu. Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi sebagaimana dimaksud di atas memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kelender pendidikan/akademik.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada tahun 2013, pemerintah menetapkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 dari yang sebelumnya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang
diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat.16
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 1 ayat 6). Menurut Standar Nasional Pendidikan (SNP), proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dengan keteladanan dari pendidik.
16
guruorid, Inti Kurikulum 2013 : Penyederhanaan, Tematik – Integratif, 2013, http://guru.or.id/inti-kurikulum-2013-penyederhanaan-tematik-integratif.html
(34)
Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.
Pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran setiap peserta didik. Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis.
Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Teknik penilaian dapat berupa test tertulis, observasi, test praktek dan penugasan perseorangan atau kelompok.
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyatakan bahwa standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan harus menjadi pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan harus menjadi pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. (SNP Pasal 1 ayat 7). Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: (a) kompetensi pedagogik; (b) kompetensi kepribadian; (c) kompetensi profesional; dan (d) kompetensi sosial.
(35)
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, tempat berkreasi, serta sumber belajar yang lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, serta penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (SNP pasal 1 ayat 8).
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan (SNP pasal 1 ayat 9).
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun (SNP pasal 1 ayat 10). Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal.
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (SNP pasal 1 ayat 11). Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas, (a) penilaian hasil belajar oleh pendidik; (b) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan (c) penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Upaya-upaya yang ditempuh untuk pemenuhan standar nasional pendidikan di atas dilakukan melalui manajemen sekolah dilaksanakan dengan merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan semua program dan kegiatan agar komponen-komponen standar nasional pendidikan dapat terpenuhi. Implementasi manajemen sekolah inilah diharapkan dapat diintegrasikan dengan perilaku yang berkarakter,
baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian program sekolah.17
Semenjak manajemen berbasis sekolah diterapkan, sekolah bebas menentukan kebijakannya sendiri dalam mengelola pendidikan, tetapi tetap dalam pengawasan dinas pendidikan dan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Kepala sekolah harus bisa mengimplementasikan nilai-nilai karakter di dalam cara kepemimpinannya mengelola sekolah.
8. Pendidikan Karakter dalam Proses Perencanaan Manajemen Sekolah
Penyusunan rencana program sekolah harus dapat mengakomodir berbagai program yang berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai, seperti disiplin, hormat, cinta tanah air, cinta ilmu, dan lain sebagainya. Selain itu, penyusunan rencana
program sekolah harus melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (stake
holder), misalnya guru, siswa, tata usaha/karyawan, orangtua siswa, tokoh masyarakat yang memiliki perhatian kepada sekolah.
17
(36)
Perencanaan program dan kegiatan sekolah dilakukan melalui pengembangan dan penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS) untuk jangka menengah/panjang dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) untuk jangka pendek atau tahunan. Dalam upaya pendidikan karakter, sekolah harus bersama-sama dengan pemangku kepentingan menyusun RKS dan RKAS ini melalui berbagai proses yang dapat
menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter.18 Melalui proses perencanaan yang baik
diharapkan akan memunculkan berbagai nilai karakter yang baik pula.
9. Pelaksanaan Program dan Kegiatan Pendidikan Karakter
Minimal ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program dan kegiatan penanaman nilai-nilai karakter ini, yaitu prinsip efektivitas, efisiensi dan produktivitas. Pelaksanaan program dan kegiatan dikatakan efektif apabila hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan. Efisiensi lebih menekankan apabila program dan kegiatan yang dijalankan dapat menghasilkan sesuai tujuan dengan biaya minimal, atau dengan biaya tetap hasilnya semakin maksimal. Adapun prinsip produktivitas adalah apabila pelaksanaan program dan kegiatan tersebut hasilnya secara kuantitatif dan kualitatif minimal sesuai dengan tujuan. Pada setiap pelaksanaan program dan kegiatan penanaman nilai-nilai karakter ini hendaknya dapat ditunjukkan tentang hasil-hasil yang dicapai.
Untuk mengimplementasikan manajemen sekolah yang terpadu dengan nilai-nilai karakter, diperlukan pengelolaan sumber daya manusia secara baik, antara lain
melalui: (a) perencanaan penerimaan (recruitment) guru dan staf sesuai dengan
kebutuhan sekolah, (b) mengorganisasikan kegiatan guru dan staf sesuai dengan bidang kerja masing-masing, (c) memberikan pengarahan kepada para guru dan staf
agar bekerja sama untuk tercapainya tujuan, (d) melakukan pengawasan (control)
terhadap pekerjaan para guru dan staf agar mereka bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang sudah ditetapkan bersama, (e) meningkatkan profesionalisme para guru dan staf, baik teknis maupun non teknis, melaksanakan pembinaan karir dan
kesejahteraan, serta menerapkan sistem penghargaan dan hukuman (reward and
punishment system).
18
Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung: Yrama Widya, 2011), h. 33-34.
(37)
Keberhasilan implementasi program ini tidak terlepas dari peran orang tua dan komite sekolah dalam mendukung program yang dijalankan. Sekolah perlu menjamin hubungan kerjasama guna mendapatkan dukungan. Sekolah tidak mungkin dapat melaksanakan sendiri kegiatan yang sudah diprogramkan, sehingga perlu dicarikan solusi dan pemecahannya bersama komite sekolah.
10.Integrasi Nilai-nilai Karakter dalam Pengendalian/Pengawasan Program
Pengendalian dalam pengelolaan sekolah meliputi supervisi, monitoring, dan evaluasi terhadap perencanaan, pelaksanaan dan hasil-hasil pemenuhan SNP. Pengendalian lebih menekankan kepada upaya-upaya sekolah untuk menghasilkan atau menjamin keterlaksanaan program dan keberhasilan tujuan. Supervisi merupakan bantuan untuk memberikan solusi terhadap suatu permasalahan yang timbul selama pelaksanaan program. Sedangkan monitoring merupakan upaya untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program dan kegiatan terhadap hambatan atau penyimpangan. Evaluasi adalah menilai kinerja sekolah secara keseluruhan atas
berbagai keberhasilan program pemenuhan SNP.19
Proses pengendalian dalam manajemen sekolah ini hendaknya juga diiringi dengan nilai-nilai karakter pelaku (pengendali) itu sendiri, antara lain: jujur, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif, inovatif, dapat dipercaya, adil, ulet, teliti, visioner, dedikatif, terbuka, tertib, sportif dan taat peraturan. Sedangkan apabila dilihat dari sisi manajerial atau kelembagaan, maka nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan/muncul dalam pengendalian ini antara lain adalah nilai-nilai terbuka, obyektif, adil, terukur (standar) dan bertanggungjawab.
B. Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemimpin ialah orang yang memimpin,
ia ditunjuk menjadi – organisasi itu; sedangkan kepemimpinan ialah perihal
pemimpin; cara memimpin.20
19
Gunawan, op. cit., hal. 250-252
20
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1075.
(38)
Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan telah didefinisikan oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner, dalam bukunya Hani Handoko mengemukakan bahwa
“kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai proses mengarahkan
pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang selain
berhubungan dengan tugasnya”.21
Menurut Joseph C. Rost seperti yang dikutip oleh Triantoro Safaria dalam buku
Kepemimpinan, mengatakan bahwa kepemimpinan adalah: “sebuah hubungan yang
saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang
menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya.”22
Kepemimpinan merupakan terjemahan dari leadership. Mengenai definisi
kepemimpinan banyak para ahli yang mendefinisikannya, diantaranya adalah Koontz,
O’Donnel dan Weihrich. Di dalam bukunya yang berjudul “Management”, yang
dikutip oleh Wahyusumidjo, antara lain dikemukakan, bahwa: “yang dimaksud
dengan kepemimpinan secara umum, merupakan pengaruh, seni atau proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha ke arah
tercapainya tujuan organisasi”.23
Sedangkan menurut Irham Fahmi, Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan. Ilmu kepemimpinan telah semakin berkembang seiring dengan
dinamika perkembangan hidup manusia.24
Dorongan dan semangat kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin mampu menggerakkan suatu organisasi ke arah yang diinginkan, namun begitu pula sebaliknya jika kualitas dan kompetensi seorang pemimpin adalah belum mencukupi untuk membantu mendorong ke arah kemajuan maka artinya pemimpin tersebut hanya memimpin dengan tujuan untuk pribadinya dan bukan untuk tujuan keinginan
21
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 1997), cet. Ke-11, hal.2
22
Triantoro Safaria, Kepemimpinan, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2004), cet. Ke-1, h.3
23
Wahyusumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya), (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1999). Cet, Ke-1, hal. 83
24
Irham Fahmi, Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi, (Bandung : Alfabeta, 2012), cet. Ke-1, hal.15
(39)
organisasi. Karena tujuan organisasi artinya pemimpin memimpin dengan menerapkan serta mewujudkan visi dan misi yang dimiliki oleh organisasi tersebut,
dan menempatkan kepentingan pribadi bukan sebagai kepentingan utama.25
Sukses tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh
kemampuan kepala sekolah dalam mengelola setiap komponen sekolah (who is
behind the school). Kemampuan kepala sekolah tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap manajemen dan kepemimpinan, serta tugas yang dibebankan kepadanya; karena tidak jarang kegagalan pendidikan dan pembelajaran di sekolah disebabkan oleh kurangnya pemahaman kepala sekolah terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa berhasil tidaknya suatu sekolah dalam mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misinya terletak pada bagaimana manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, khususnya dalam menggerakkan dan memberdayakan berbagai komponen sekolah. Dalam prosesnya, interaksi berkualitas yang dinamis antara kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, peserta didik memainkan peran sangat penting, terutama dalam penyesuaian berbagai aktivitas sekolah dengan tuntutan globalisasi, perubahan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan situasi, kondisi, dan lingkungannya. Ke semuanya itu sangat menuntut kompetensi dan profesionalitas kepala sekolah, untuk memungkinkan terciptanya interaksi berkualitas yang dinamis.
Sebagai komponen penting organisasi sekolah, kepala sekolah harus mampu memberikan layanan bermutu secara optimal. Dengan kemandiriannya, kepala sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan berbagai program yang sesuai dengan kebutuhan dan potensinya. Demikian pula dengan pengambilan keputusan partisipatif, yang melibatkan warga sekolah secara langsung akan meningkatkan kepedulian dan rasa memiliki mereka terhadap sekolah beserta program-programnya. Peningkatan rasa memiliki itu akan meningkatkan kesadaran, tanggung jawab, kepedulian, dan komitmen warga sekolah terhadap sekolahnya; sehingga akan melahirkan dedikasi dan kreativitas yang tinggi dalam pengembangan
program-program sekolah.26
25
Ibid., hal. 18.
26
(40)
Pemimpin ialah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain untuk dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah harus memiliki hubungan yang baik dengan para guru dan staf lainnya. Jika kepala sekolah melakukan kesalahan, guru harus berani menegurnya dan sebagai pemimpin yang baik harus menerimanya dengan bijaksana.
Kepala sekolah harus bisa memaksimalkan potensi yang ada pada stake holder
maupun share holder sekolah dan saling mendukung guna mencapai tujuan yang
disepakati bersama.
2. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Karakter
Di samping guru dan tenaga kependidikan lainnya, kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam menyukseskan pengembangan pendidikan karakter di sekolah, terutama dalam mengkoordinasi, menggerakkan, dan mengharmoniskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi yang sangat berpengaruh dalam menentukan kemajuan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong perwujudan visi, misi dan tujuan sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara bertahap dan terencana.
Dalam menyukseskan pengembangan pendidikan karakter di sekolah, kepala sekolah paling tidak harus melakukan berbagai program kegiatan, baik yang terkait dengan program sekolah secara keseluruhan maupun yang terkait dengan tugas sehari-hari kepala sekolah.
Pertama, untuk yang terkait dengan program sekolah secara keseluruhan, tahapan yang harus dilakukan adalah mencermati kelender pendidikan, sehingga ditemukan hari-hari efektif, setengah efektif (karena ada kegiatan tertentu) dan hari-hari tidak efektif, seperti hari libur; jumlah hari efektif dan setengah efektif merupakan dasar penyusunan program tahunan, program semester, dan rencana pembelajaran; penyusunan program kegiatan ekstrakurikuler diupayakan ditempatkan di luar jam belajar, sehingga tidak mengurangi jam belajar efektif; secara periodik melakukan evaluasi terhadap implementasi pendidikan karakter dengan melibatkan semua tenaga guru dan staf sekolah, sehingga ditemukan halangan dan rintangan yang dihadapi, serta berbagai kemajuan yang telah dilalui.
Kedua, yang terkait dengan tugas sehari-hari kepala sekolah, yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut, mengalokasikan lebih banyak waktu untuk peningkatan kualitas pendidikan karakter, kesiswaan, pembinaan guru dan karyawan, dan
(41)
pengembangan sekolah; dibanding kegiatan yang bersifat administratif; menyediakan waktu khusus untuk mengevaluasi jalannya pendidikan karakter; membuat jadwal kerja dengan rincian waktu yang diketahui oleh semua warga sekolah; secara periodik menyediakan waktu untuk bertemu/menerima guru dan staf serta peserta didik,
dengan jadwal yang diketahui oleh semua warga sekolah.27
Selain itu, kepala sekolah harus mampu memobilisasi sumber daya sekolah, dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi pendidikan karakter, pengembangan pendidikan karakter, pengembangan kurikulum, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan peserta didik, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan penciptaan iklim sekolah.
a. Perencanaan dan Evaluasi
Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan
kebutuhannya (school-based plan), seperti kebutuhan untuk meningkatkan mutu
sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan mutu untuk mengembangkan rencana peningkatan mutu pendidikan karakter.
b. Pengembangan Kurikulum
Implementasi pendidikan karakter di sekolah memberi kewenangan kepada daerah dan sekolah untuk mengembangkan kurikulum pendidikan karakter, terutama dalam mengidentifikasi karakter, dan mengembangkan silabus sesuai dengan kebutuhan daerah, kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Dengan
demikian pembelajaran yang dilakukan akan memberi makna (meaningfull
learning) bagi setiap peserta didik dalam mengembangkan potensinya masing-masing.
c. Pengembangan Pembelajaran
Pembelajaran merupakan unsur utama dalam implementasi pendidikan karakter, sebagai interaksi edukatif antara peserta didik dengan lingkungan sekolah. Dalam hal ini, sekolah diberi kebebasan untuk memilih strategi, metode dan teknik-teknik pendidikan karakter yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah dan lingkungan. Pengembangan pembelajaran berbasis karakter ini, hendaknya tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas, seperti di laboratorium, bengkel dan perpustakaan, bahkan harus mewarnai seluruh kehidupan sekolah.
d. Pengelolaan Ketenagaan
Pengelolaan ketenagaan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sanksi (reward and punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali yang menyangkut penggajian atau upah, dan rekrutmen guru pegawai negeri, yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya. Dalam pelaksanaannya, pengembangan ketenagaan ini dapat dilakukan melalui kerja sama berbagai pihak dan antar lembaga secara berkesinambungan.
27
(42)
e. Pengelolaan Sarana dan Sumber Belajar
Sarana dan sumber belajar yang memadai akan sangat membantu kelancaran implementasi pendidikan karakter di sekolah. Selain itu juga membantu mempercepat sosialisasi pendidikan karakter kepada seluruh warga sekolah dan masyarakat lingkungannya.
f. Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian atau penggunaan uang sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Hal ini juga didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya, sehingga desentralisasi pengalokasian dan penggunaan uang dilimpahkan ke sekolah. Sekolah diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata bergantung pada pemerintah.
g. Pelayanan Peserta Didik
Pelayanan peserta didik, mulai dari penerimaan, pengembangan, pembinaan, pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja, sampai pada pengurusan alumni, sepenuhnya merupakan kewenangan sekolah, yang menuntut kemampuan kepala sekolah untuk mengembangkannya. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, pelayanan peserta didik ini bisa dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling, atau oleh wali kelas, atas nama kepala sekolah. Pelayanan peserta didik yang optimal dari berbagai pihak akan sangat membantu implementasi pendidikan karakter di sekolah.
h. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hakikat hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat terutama dukungan moral, dan finansial. Hubungan sekolah dengan masyarakat ini menjadi penting dan esensial dalam implementasi pendidikan karakter, terutama dalam menanamkan sistem nilai kepada peserta didk sehingga tidak terjadi pertentangan nilai antara yang ditanamkan di sekolah dengan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Lebih dari itu, hubungan sekolah dengan masyarakat ini diharapkan masyarakat dapat membantu sekolah dalam membentuk karakter peserta didik, terutama dalam penciptaan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan peserta didik. Ini penting, sebab percuma saja anak di sekolah dididik tentang nilai-nilai kebaikan, apabila di masyarakat mereka menyaksikan berbagai penyimpangan nilai. Dalam hal ini perlu adanya kebersamaan antara sekolah dengan masyarakat dalam menjunjung tinggi karakter yang baik dan positif, sehingga tujuan sekolah maupun tujuan masyarakat dapat diwujudkan dengan sebaik-baiknya.
i. Penciptaan Iklim Sekolah
Iklim sekolah (fisik dan nonfisik) yang kondusif-akademik merupakan persyarat bagi terselenggaranya pendidikan karakter yang efektif. Kondisi lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan lain-lain merupakan tugas sekolah untuk menunjang kelancaran implementasi pendidikan karakter di bawah kepemimpinan kepala sekolah. Dengan demikian, keberhasilan implementasi pendidikan karakter sangat ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap implementasi pendidikan karakter di sekolah secara keseluruhan. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah dituntut untuk memiliki karakter yang terpuji dan mampu
(43)
mengimplementasikannya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya di sekolah dan lingkungannya; baik secara educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, maupun motivator; serta menjadi contoh teladan bagi seluruh pendidik
dan tenaga kependidikan di sekolah dan lingkungannya.28
Di samping memiliki dan mampu menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam mengelola sekolah, kepala sekolah juga dituntut untuk berinisiatif dan berkomunikasi yang baik dengan guru dan tata usaha. Kepala sekolah juga harus mampu mengembangkan kegiatan untuk meningkatkan proses belajar mengajar ataupun kegiatan lainnya dalam pengembangan intelektual maupun emosional. Kepala sekolah perlu mengetahui dengan pasti isi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dengan maksud peserta didik yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku, kepala sekolah dapat mengingatkan guru tentang adanya tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai karakter yang dikembangkan sekolah.
28
(44)
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MIN 09 Petukangan Jakarta yang beralamat di Jl. Madrasah No.1 Komplek Bumi Pesanggrahan Mas, Petukangan Selatan Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian berlangsung
pada tanggal 11 Desember 2013 – 28 Februari 2014.
B. Metode Penelitian, Jenis dan Sumber Data
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam bentuk deskriptif analisis, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian dianalisis dengan teknik analisa kualitatif. Jadi penelitian ini dimaksudkan untuk memastikan atau menjelaskan karakteristik dari objek yang diteliti.
Adapun jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter. Sumber data pada penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan perwakilan dari komite sekolah/orang tua. Jenis dan sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
(45)
1. Data Primer
Data ini bersumber dari responden yang langsung ditemui di lapangan (lokasi penelitian). Data primer dalam penelitian ini adalah wawancara.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu observasi dan dokumentasi berupa data-data tertulis seperti data kepala sekolah, data guru, struktur organisasi, dan lain-lain.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi terhadap
kepala sekolah dan siswa. Instrumen yang digunakan dalam teknik ini adalah pedoman observasi berupa daftar catatan. Tujuan observasi ini dilakukan untuk menambah data yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi.
2. Wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara
terhadap Kepala Sekolah, Waka Kurikulum dan Kesiswaan, Guru, Tenaga Kependidikan (Staff TU). Data wawancara ini digunakan untuk mencari informasi tentang penerapan pendidikan karakter yang dilakukan kepala sekolah.
3. Studi Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen yang tertulis maupun non tertulis (melalui pengamatan). Hasil dokumentasi yang di dapat di MIN 09 Petukangan Selatan adalah:
a. struktur organisasi sekolah
b. susunan organisasi dan personil sekolah
c. sejarah sekolah
d. sarana dan prasarana
(46)
f. Prestasi madrasah
g. Jurnal kegiatan pembiasaan peserta didik
h. Foto atau gambar
i. RPP dan silabus
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis, dibandingkan dan dipadukan membentuk hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.
D. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar semua data tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti (peneliti), akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu. Data yang diperoleh kemudian diklasifikasi, diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang kemudian hasilnya diambil dan dijadikan sebuah kesimpulan. Data-data yang ditemukan dilapangan akan disajikan dan dijelaskan secara terperinci sehingga dapat diciptakan suatu konsep atau penarikan kesimpulan.
Analisis data dimulai dengan menelaah data yang diperoleh dari kajian dokumen. Kemudian membandingkannya dengan data yang diperoleh dari observasi dan hasil wawancara. Analisa data dilakukan selama pengumpulan data dan setelah data terkumpul.
Setelah pengumpulan data dan setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis dengan mendeskripsikan data terlebih dahulu. Deskripsi data dilakukan dengan dua tahap, yaitu:
1. Seleksi Data
Seleksi data disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang telah terkumpul memenuhi syarat untuk diolah atau tidak. Persyaratan yang dimaksud adalah setiap data yang diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi berasal dari sumber yang dipertanggung jawabkan. Dokumentasi yang diambil harus relevan
(47)
dengan sumber data yang dilengkapi serta dianalisis dengan sumber data lainnya.
2. Klasifikasi Data
Data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi dipisah-pisahkan menurut kategori masing-masing untuk memperoleh kesimpulan yang utuh. Hasil dari seleksi dan klasifikasi data kemudian dianalisis dan dideskripsikan untuk menjelaskan permasalahan penelitian. Berdasarkan unit analisis data dan metode yang digunakan pada penelitian ini, maka data
akan disajikan dalam bentuk analisis deskriptif kualitatif.1
E. Kisi-Kisi Instrumen Pengumpulan Data
1. Wawancara
Kisi-kisi instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam memperoleh data dan informasi-informasi di MIN 09 Petukangan Jakarta pada penelitian ini yang dijadikan pedoman sebagai berikut:
Fokus Dimensi Indikator
Visi
Visi, Misi dan Tujuan Misi
Tujuan
Profil Sekolah Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana
Perencanaan dan
Evaluasi Pengembangan Kurikulum Peran Kepala Sekolah
dalam Pengembangan Pendidikan Karakter
Pengembangan Pembelajaran
Pengelolaan Ketenagaan
Pengelolaan Sarana
dan Sumber Belajar
1
(48)
Pengelolaan Keuangan Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Pelayanan Peserta
Didik
Hubungan dengan
masyarakat
Penciptaan Iklim
Sekolah
Perencanaan Integrasi Nilai-nilai
karakter dalam perencanaan program Implementasi
Pendidikan Karakter dalam Manajemen Sekolah
Pelaksanaan Integrasi Nilai-nilai
karakter dalam pelaksanaan program
Pengawasan Integrasi Nilai-nilai
karakter dalam pengawasan program
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrument Wawancara dengan Kepala Sekolah MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta
2. Lembar Observasi Kepala Sekolah
No Dimensi Jenis Kegiatan Pelaksanaan
SB B C K
1 Perencanan
Implementasi Pendidikan
Karakter
Membuat visi, misi dan tujuan sekolah
2 Pengembangan
Kurukulum
Menggunakan
kurikulum sesuai aturan yang ditetapkan
Pengembangan Pembelajaran
Memberikan kebebasan kepada guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran
3 Pengelolaan
Ketenagaan
Analisis kebutuhan, rekrutmen dan pengembangan guru
4 Pelayanan
Peserta didik
Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler
5 Pengelolaan
Sarana dan
Memasang slogan nilai-nilai karakter
(49)
Sumber Belajar
6 Pengelolaan
Keuangan
Pengalokasian biaya untuk program dan kegiatan pendidikan karakter
7 Hubungan
dengan Masyarakat
Menjalin hubungan baik dengan orang tua dan masyarakat
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Observasi dengan Kepala Sekolah MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta
Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik
C = Cukup D = Kurang
(1)
105
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)