Analisis dan Pembahasan PERAN SEKOLAH MADANI SEBAGAI SEKOLAH NON
75
solusi untuk mengatasi kesenjangan pemerataan pendidikan untuk masyarakat pra sejahtera. Sehingga peserta didik didik dari kalangan
masyarakat pra sejahtera juga dapat mengenyam pendidikan tanpa
terbebani dengan biaya pendidikan. Menurut Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa pendidikan non formal atau
sekolah non formal adalah usaha sadar yang di lakukan untuk membentuk perkembangan kepribadian serta kemampuan anak di
luar sekolah atau tempat di luar sistem persekolahan yang kita kenal.
Berdasarkan pengertian di atas bahwa sekolah non formal membentuk perkembangan kepribadian serta kemampuan anak di luar sekolah.
Kemampuan anak meliputi kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotorik. Kemudian perkembangan kepribadian meliputi
perkembangan sosioemosional sosial dan emosi dan perkembangan fisik. Berkaitan dengan peran sekolah non formal dalam membentuk
kemampuan anak, di penelitian ini penulis menekankan pada pembentukan kemampuan anak pada aspek afektif yaitu sikap karakter peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum bahwa pembentukan karakter pada
peserta didik adalah hal yang sangat di tekankan. Pembentukan karakter di lakukan dengan cara mengingatkan, mencontohkan, dan mengajak peserta
didik. Sehingga pembentukan karakter peserta didik menjadi suatu
kebiasaan dan menjadi suatu kebutuhan untuk peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan proses pembentukan karakter yang di jelaskan oleh
Skripsi Dian Susila Wijaya yang mengutip buku karangan Agus Wibowo, menjelaskan bahwa Pendidikan karakter terhadap anak
hendaknya menjadikan mereka terbiasa untuk berperilaku baik, sehingga ketika anak tidak melakukan kebiasaan baik itu, yang
bersangkutan akan merasa bersalah. Dengan demikian kebiasaan baik cara otomatis akan membuat sesorang sudah menjadi semacam
instrik, yang secara otomatis akan membuat sesorang tidak nyaman
76
bila tidak melakukan kebiasaan baik itu . Proses pembentukan karakter
menurut Annis Matta dalam buku “ Membentuk karakter muslim “ yang di kutip dari skripsi Dian Susila Wijaya menyebutkan beberapa kaidah
tentang pembentukan karakter, yaitu; Kaidah bertahapan, yang artinya proses perubahan, perbaikan, dan pengembangan harus dilakukan
secara bertahap. Seorang anak dalam hal ini tidak bisa di tuntut untuk
berubah sesuai yang diinginkan secara tiba – tiba dan instan, namun ada tahapan – tahapan yang harus dilalui dengan sabar dan tidak terburu –
buru. Adapun orientasi dari kegiatan ini ialah terletak pada proses, bukan pada hasil. Sebab proses pendidikan itu tidak langsung dapat di ketahui
hasilnya akan tetapi membutuhkan waktu yang lama sehingga hasilnya
nanti akan paten. Kaidah Kesinambungan, artinya perlu ada latihan yang di lakukan secara terus – menerus.
Seberapapun kecilnya porsi latihan yang penting latihan itu berkesinambungan. Karena proses yang
berkesinambungan inilah yang nantinya membentuk rasa warna berfikir sesorang yang lama – lama akan menjadi karakter anak yang khas dan
kuat. Kaidah Momentum, artinya mempergunakan berbagai momentum peristiwa penting untuk fungsi pendidikan dan latihan.
Misalnya menggunakan momentum bulan Ramadan untuk mengembangkan atau melatih sifat sabar, kemauan yang kuat,
kedermawanan dan lain sebagainya. Kaidah Motivasi Instristik, artinya karakter anak terbentuk secara kuat dan sempurna jika di dorong
oleh keinginan sendiri dan melakukan sendiri.
Hal itu karena sesuatu akan berbeda jika kita hanya mendengar atau melihat saja. Pendidikan
harus menanamkan motivasi yang kuat, ini karena kedudukan seorang guru selain untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan anak –
anak, guru berfungs sebagai temapt curhat, dan sarana untuk bertukar
pikiran. Kaidah Pembimbing, artinya perlunya bantuan orang lain untuk mencapai hasil yang lebih baik daripada dilakukan sendiri.
Pembentukan karakter ini tidak dapat dilakukan sendiri tanpa terdapat seorang pembimbing atau guru. Berdasarkan paparan di atas bahwa proses
77
pembentukan karakter pesrta didik di sekolah Madani, mengikuti kaidah – kaidah pembentukan karakter. Dimana pembantukan karakter yang di
lakukan para tutor sekolah Madani terhadap pesrta didik mereka dilakukan secara bertahap dan secara terus menerus serta di seimbangi dengan
bimbingan langsung dari para tutor di sekolah Madani. Dan pembentukan karakter di lakukan melalui proses pembiasaan yang nantinya akan
berkembang menjadi sebuah kebutuhan, dalam penelitian ini sekolah Madani sebagai sekolah non formal yang membentuk karakter peserta
didik. Hal ini juga di buktikan melalui observasi penulis terhadap tingkah laku peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Melalui
observasi ini penulis melihat hampir seluruh peserta didik mengaplikasikan nilai – nilai yang terdapat dalam pendidikan karakter
Bangsa seperti peserta didik terbiasa membaca do’a sebelum memulai pembelajaran, peserta didik selalu datang tepat waktu ke sekolah, rasa
ingin tahu peserta didik sangat tinggi, dan nilai karakter lainnya.
Dalam kajian Teori Enviromentalisme Locke yang di kemukan oleh Jhon Locke menyatakan lingkungan dapat membentuk anak –
anak . Proses ‘ repetisi ‘ pengulangan , dimana pada saat kita
melakukan suatu hal secara berulang – ulang hal tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan dalam hidupnya. Hal tersebut teraplikasikan pada proses
kegiatan belajar – mengajar yang selalu melaksanakan shalat magrib bersama setelah proses belajar, dan hal tersebut dilakukan secara terus
menerus. Manusia belajar lewat ‘Imitasi’ yakni proses tiru – meniru.
Menjadi contoh untuk pesrta didik telah menjadi suatu cara bagi para tutor
untuk membantu dalam pembentukan karakter peserta didik. Anak belajar melalui proses
‘reward and punishment‘ hadiah penghargaan dan hukuman
. Tepuk salut menjadi salah satu bentuk reward untuk pesrta didik yang memiliki prestasi. Hal tersebut membuat
peserta didik merasa di hargai setiap berprestasi. Sebagaimana tabel 4.14 dengan pernyataan Tutor memberikan penghargaan kepada peserta
78
didik yang aktif dalam proses belajar – mengajar . Menunjukan seluruh
responden menyatakan bahwa tutor selalu memberikan pengharagaan kepada peserta didik yang aktif dalam proses belajar – mengajar. Hal ini
berarti para tutor telah memahami pentingnya penghargaan untuk meningkatkan semangat peserta didik.
Pada bab empat ini dapat disimpulkan oleh penulis bahwa skolah Madani melalui para tutor berusaha membentuk karakter Bangsa pada diri
peserta didik dengan cara menjadikan nilai – nilai karakter Bangsa terintegrasi dengan materi – materi bahan ajar yang di sampaikan kepada
peserta didik. Hal lainnya yang di usahkan tutor dengan cara memperkuat koordinasi dengan orang tua, sehingga tutor, orang tua, dan lingkungan
turut andil dalam membentuk karakter peserta didik.
79