Pengertian Karakter KAJIAN TEORI

22 Pembentukan karakter ini tidak bisa dilakukan tanpa seoarang guru atau pembimbing. 33

c. Dasar Hukum Pendidikan Karakter

Dasar hukum pembinaan pendidikan karakter adalah sebagai berikut : 1 Undang – undang 1945 2 UU No 20 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional 3 Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional 4 Permendiknas No 39 tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan 5 Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi 6 Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi 7 Renstra Pemerintah jangka menengah tahun 2010 – 2014 8 Renstra Kemdiknas tahun 2010 – 2014 9 Renstra Diktorat Pembinaan SD tahun 2010 – 2014

d. Karakter Bangsa

Menurut Sigmund Freud, charakter is striving system with underly beheviur, karakter merupakan tata nilai yang terwujud dalam suatu system daya dorong yang melandasi pikiran, sikap dan perilaku yang bisa ditampilkan secara mantap. Karakter juga merupakan interaksi nilai – nilai yang semua berasal dari lingkungan menjadi bagian dari kepribadian. Selanjutnya karakter nilai – nilai yang terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, menajadi nilai instrinstik yang melandasi sikap dan perilaku manusia, tentu karakter tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk, dibangun, dan ditumbuh kembangan. 33 Dian Susila Wijaya, Upaya pembentukan karakter siswa di SD Muhammadiyah Al Mujahid Gunung Kidul, skripsi, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Madarasa Ibtidaiyah, UIN Sunan Kalijaga, Jogyakarta, 2014. h. 10 -13 23 Menurut Anif Punto Utomo, “ Karakter Bangsa adalah sekumpulan karakter individu di sebuah Negara. Sebuah Bangsa melalui pemimpinnya dapat membentuk karakter individu yang mempuni, yang akan membawa bangsa dalam mewujudkan kesejahteraan sebagai cita – cita ideal bangsa ini. “ 34 Sebagai bangsa yang menganut falsafah hidup pancasila, maka pancasila, nilai - nilai agama, dan kearifan budaya lokal merupakan karakter bangsa. Sebagai mana di ketahui bahwa pancasila merupakan hasil rumusan nilai – nilai luhur bangsa, yaitu : Gambar. 2.1. Pancasila merupakan ideologi pemersatu bangsa yang digali dari akar budaya bangsa Indoenesia yang mengandung nilai- nilai luhur yang di 34 Salahudin, Anas dan Alkrenciehie, Irwanto. Pendidikan Karakter Pendidikan berbasis agama dan budaya bangsa, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013 cet. 1. H. 30 PANCASILA NILAI BUDAYA NILAI KEMANUSAIAN NILAI ADAT ISTIADAT NILAI PERJUANGAN NILAI KEBERSAMAAN NILAI KESETIAN NILAI AGAMAKETUHANAN 24 junjung tinggi hingga sekarang, baik nilai agama, adat istiadat, kebersamaan, kesejahteraan, keadilan, maupun perjuangan untuk melepas diri dari segala bentuk penajajahan. Nilai luhur ini mengkristal dalam rumusan pancasila sebagai perwuujudan filsafah kemanusian yang mencerminkan hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Rumusan pancasila ini merupakan suatu kebenaran, oleh karena itu dijadikan falsafah hidup bangsa.

e. Nilai – Nilai Dalam Pendidikan Karakter Bangsa

Menurut koentjaninrat dan Mochtar Lubis, karakter bangsa Indonesia yaitu meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri, tidak disiplin, mengabaikan tanggung jawab, hipokrit, lemah kreativitas, etos kerja buruk, suka feodalisme, dan tak punya malu. Sedangkan menurut Winarno Suraakhmad dan pramoedya ananta toer, karakter asli bangsa Indonesia adalah : nrimo, penakut, feudal, penindas, koruption, dan tak logis. 35 Karakter lemah tersebut menjadi realitas dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilai- nilai tersebut sudah ada sejak bangsa indonesia masih dijajah bangsa asing beratus tahun yang lalu. Karakter tersebut akhirnya mengkritaslisasi pada masyarakat Indonesia. Mulai tahun 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter. Hal ini di dukung dengan salah satu kutipan dari Mantan Presiden Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudoyono pada puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional di Istana Negara Jakarta tanggal 11 Mei 2010 : “ Lima isu penting dalam dunia pendidikan . Pertama, adalah hubungan pendidikan dengan pembentukan watak atau dikenal dengan Character Building. “ 36 35 Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam metodeAktif, inovatif, dan kreatif, Jakarta : Erlangga, 2012 , H. 36 Muhammad amin, Maswardi. Pendidikan Karakter Anak Bangsa, Jakarta : Baduose Media Jakarta, 2011, cet 1, H. 29 25 Bagi bangsa Indonesia, empat pilar bangsa yang merupakan nilai budaya bangsa harus dijadikan landasan atau dasar ideal pendidikan karakter, yakni 37 : 1. Pancasila 2. Undang – undang Dasar 1945 3. Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI 4. Bhinneka Tunggal Ika Adapun tujuan dari pendidikan karakter yangs sesungguhnya jika di hubungkan dengan falsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan nilai – nilai luhur Pancasila. Fungsi – fungsi karakter adalah sebagai berikut : 1 Pengembangan potensi dasar, agar “ berhati baik, berpikiran baik, dan perilaku baik”. 2 Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik. 3 Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai – nilai luhur Pancasila. 38 Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, nilai karakter bangsa terdiri atas sebagai berikut 39 : 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melakasnakan ajaran agama yang di anutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religius adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, system yang mengatur tata keimanan kepercayaan dan peribadatan kepada tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. 2. Jujur 37 Salahudin, Anas dan Alkrenciehie, Irwanto. Pendidikan Karakter Pendidikan berbasis agama dan budaya bangsa, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013 cet. 1. H. 87 38 Salahudin, Anas dan Alkrenciehie, Irwanto. Pendidikan Karakter Pendidikan berbasis agama dan budaya bangsa, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013 cet. 1. H. 43 39 Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam metodeAktif, inovatif, dan kreatif, Jakarta : Erlangga, 2012 , H. 8 26 Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3. Disiplin Tindakan yang menujukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 4. Kerja keras Perilaku yang menujukan upaya sungguh – sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya. 5. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 6. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas – tugas. 7. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 8. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, di lihat, dan didenger. 9. Semangat kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 10. Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetian, keperdulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 11. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 12. Bersahabat komunikatif 27 Tindakan yang memperlihatkan rasa seneng berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan yang lain. 13. Cinta damai Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan budaya, negara. 14. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya. 15. Perduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya – upaya untuk memperbaiki kerusakaan alam yang sudah terjadi. 16. Perduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 17. Tanggung jawab Sikap dan perilaku sesorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, yang seharusnya dia lakukan terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. 18. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya Adapun peserta didik yang berkarakter memiliki ciri – ciri 40 : 1. Memiliki kesadaran spiritual 2. Memiliki Integritas moral 3. Memiliki kemampuan berpikir holistik 4. Memiliki sikap terbuka 5. Memiliki sikap perduli 40 Salahudin, Anas dan Alkrenciehie, Irwanto. Pendidikan Karakter Pendidikan berbasis agama dan budaya bangsa, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013 cet. 1. H. 56 28 Menurut Arif Rahman Hakim Pakar Pendidikan, pendidikan dikatakan berhasil apabila memenuhi lima karakteristik, yaitu : 41 1. Bertakwa 2. Berkpribadian Matang 3. Berilmu mutakir dan berprestasi 4. Mempunyai rasa kebangsaan 5. Berwawasan global

D. Teori Berkaitan dengan Pendidikan Karakter

a. Teori Enviromentalisme Locke

Teori ini di cetuskan oleh Jhon Locke, menurut locke “ anak – anak tidak dilahirkan seperti orang dewasa, melainkan ia berubah menjadi dewasa setelah memperoleh pengasuhan serta pendidikan yang mereka terima di lingkungannya. “ Lebih lanjut Locke menjelaskan bahwa pembelajaran sedari kecil penting, hal ini karena pada masa – masa itu jiwa berada dalam kondisi yang paling lunak, sehingga kita bisa membentuknya seperti yang diinginkan. Locke mengemukakan bahwa lingkungan dapat membentuk anak – anak; pertama, sebagaian besar pikiran serta perasaan kita itu pada hakikatnya berkembang melalui proses ‘ asosiasi ‘ sebagai contoh, jika seseorag anak pernah memiliki pengalaman buruk di suatu ruangan, maka anak itu tidak dapat memasuku ruangan itu tanpa merasakan secara otomatis perasaan negatif terhadap pengalaman masa lalunya itu. kedua, tingkah laku berkembang melalui proses ‘ repetisi ‘ pengulangan , dimana pada saat kita melakukan suatu hal secara berulang – ulang hal tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan dalam hidupnya. ketiga, manusia belajar lewat ‘Imitasi’ yakni proses tiru – meniru. Dan yang terakhir adalah anak belajar melalui 41 ibid 29 proses ‘ reward and punishment‘ hadiah penghargaan dan hukuman . 42

b. Teori Sifat Allport

Teori ini dikemukan oleh Gordon W. Allport, pria kelahiran Montezuma pada tahun 1897 ini mengemukan bahwa kebiasan – kebiasaan habits merupakan kecenderungan yang bersifat menentukan. karena sifat merupakan gabungan atau integrasi dari dua kebiasaan atau lebih. 43

c. Teori Sosial Humanis Fromm

Teori sosial humanis fromm dikemukan oleh Erich Fromm yang lahir di Frankfrut, Jerman pada tahun 1900. Menurut Fromm, manusia dapat bersatu dengan orang lain dalam semangat penuh cinta dan kerjasama sehingga menemukan rasa aman dengan tunduk kepada Tuhan penguasa serta menyesuaikan diri dengan masyrakat. Penerapan pembelajaran dari Teori Sosial Humanis Fromm ini bagi anak dari keluarga yang kurang beruntung miskin secara ekonomi, dengan langkah – langkah sebagai berikut 44 : 1. Tingkatkan keahlian atau ketermpilan berpikir. 2. Jangan terlampau disiplin yang kaku 3. Prioritaskan untuk memotivasi siswa 4. Cari cara untuk membantu orang tua 5. Cari cara untuk melibatkan orang berbakat dari komunitas miskin tersebut. 6. Jangan buat ketegangan antara anak miskin dengan yang mampu. 7. Gunakan Mentoring 42 Supardan, Dadang, Teori – teori Belajar dan Pembelajaran Dari zaman Klasik sampai Behaviorisme, Bandung : Yayasan Rahardja , 2002, Hal. 118 43 Ibid, hal. 212 44 Ibid, hal 217 30 8. Perhatikan kekuatan anak dari keluarga miskin

2. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang di lakukan oleh: 1. Lutfi Faridil Aftros, penelitiannya yang berjudul peran pendidikan akhlak dalam membentuk karakter santri di pondok pesantren Miftahul ulum Jakarta Selatan. Hasil penelitian ini peneliti mengungkapkan pendidikan akhlak di pondok pesantren di berikan dalam pelajaran dan program pendidikan lainnya yang diimplementasikan dengan baik didalam keseharian didalam pondok pesantren yang mengakibtakan akhlak santri menjadi lebih baik sehingga akhlak tersebut menjadi karakter santri. 45 2. Nurdiana Ratna Sari, penelitian yang berjudul pengembangan anak duafa melalui pendidikan non formal di yayasan Mizan Amanah. Hasil penelitian ini mengungkapkan hambatan yang di hadapi yayasan mizan yaitu hambatan pemasukan keuangan yang kurang dan fasilitas sarana dan prasarana yayasan mizan amanah yang masih kurang dalam menunjang kegiatan yang ada di yayasan Mizan Amanah. 46 Perbedaan dari penelitian diatas dengan penelitian yang akan di kaji adalah pada pembentukan karakter peserta didik yang menitik beratkan pada peserta didik yang berasal dari sekolah Madani yang merupakan salah satu bentuk sekolah non formal. 45 Lutfi Faridil Aftros,” Peran pendidikan akhlak dalam membentuk karakter santri di pondok pesantren Miftahul ulum Jakarta Selatan”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan PAI, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011 46 Nurdiana Ratna Sari, “ Pengembangan anak duafa melalui pendidikan non formal di yayasan Mizan Amanah”, Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 31 3.Kerangka Berfikir Proses pendidikan dan pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang di dalam penyusunanya tidak dapat terlepas dari faktor keuangan. Hal ini karena di dalam pelaksanaanya, ada banyak hal yang harus dilakukan, di persiapkan, dan selanjutnya agar proses berlangsung lancar. Berbagai hal harus disiapakan dan disediakan oleh semua pihak, khususnya dalam hal ini prasarana pendidikan. Dengan dana ini, segala kebutuhan sarana prasarana serta opresaional pendidikan dapat disediakan oleh sekolah. Permasalahanya adalah ada cukup banyak anak-anak dari keluarga miskin yang terpaksa tidak dapat sekolah karena kekurangan biaya. Keluaraga mereka tidak berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan biaya sekolah karena untuk memenuhi biaya hidup saja mereka kesulitan. Dan hal ini berpengaruh pada karakter mereka sebagai seorang anak yang tidak merasakan pendidikan dengan sempurna. Karakter yang terbentuk pada diri mereka cenderung karakter yang kurang baik. Sekolah Madani merupakan salah satu contoh sekolah non formal yang peserta didiknya mayoritas adalah anak- anak pemulung yang ada daerah Pancoran, Jakarta Selatan. Proses pembelajaran disekolah Madani menekankan pada nilai-nilai keislaman. Di sekolah Madani ini merupakan sekolah gratis yang didirikan oleh beberapa mahasiswa yang tergabung dalam organisasi ekstra kampus yaitu organisasi KAMMI Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia yang membentuk suatu wadah yang di sebut dengan Madani Community. Dengan sekolah non formal yang dalam penelitian ini adalah sekolah Madani menjadi satu solusi yang efektif untuk menyelesaikan problem pendidikan yang berkaitan dengan aspek ekonomi dan pembentukan karakter pada peserta didik.