Tenaga Kerja Biaya Operasional

expense refers to all the money a system spends in turning inventory into throughput”. Biaya-biaya tersebut diantaranya adalah: 1 biaya tenaga kerja 2 biaya bahan baku, 3 biaya tempat dan transportasi, dan 4 biaya pemasaran. Pada penelitian ini, indikator biaya operasional dibatasi menjadi tiga bagian, yaitu tenaga kerja, promosi produk, dan fasilitas penunjang.

IV.3.2.1 Tenaga Kerja

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan pengertian tenaga kerja adalah “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Tenaga kerja berkaitan erat dengan Sumber Daya Manusia SDM. Dewasa ini, SDM yang terampil dan mampu membawa sukses bagi usaha semakin langka terdapat pada jenis usaha kecil. SDM ini mencoba melihat kepada kemampuan dan keterampilan para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan penelitian, yaitu Kepala Dinas KUMKM Kota Medan, Bapak Tunggar, SH, menyebutkan: “Pengembangan UKM sangat berkaitan erat dengan kualitas SDM. Apabila SDM para pelaku UKM sudah baik, maka UKM akan semakin mudah untuk dikembangkan.” Di komplek PIK, seperti para pelaku UKM pada umumnya, pemilik usaha adalah sekaligus pekerja bagi usahanya dibantu oleh anggota keluarga yang lain. Sedikit sekali pengusaha disana yang dengan sengaja merekrut orang lain sebagai karyawan di usahanya. Hal tersebut terjadi karena pendapatan dan intesitas usaha Universitas Sumatera Utara yang mereka jalankan belum memungkinkan untuk mempekerjakan orang dari luar keluarga sebagai karyawan. Biasanya apabila pesanan produk sedang banyak dan tidak sanggup dikerjakan sendiri, maka mereka akan membagi pekerjaan kepada pengusaha lain yang sejenis untuk mengerjakannya. Seperti Pak Syafri misalnya, penjahit pakaian “Syafri Taylor”, apabila beliau memenangkan sebuah tender untuk membuat baju dinas sebuah instansi, maka ia akan membagi tugasnya dengan penjahit lain. Ia hanya akan mengerjakan dinas bagian atas baju dan untuk bawahan celanarok ia serahkan kepada penjahit lain. Beliau mengaku cara ini lebih efektif, seperti yang pernyataannya: “Bagi tugas begitu lebih mudah dan lebih efektif. Kalau memperkerjakan karyawan bakalan susah, lebih banyak biaya, kan harus digaji setiap bulan, sedangkan pesanan belum tentu selalu banyak. Sementara dengan sistem bagi tugas, kita tidak terikat dengan mereka, komisi sesuai dengan pekerjaan, jadi banyak menghemat biaya.” Bapak Jepri, pengusaha sablon juga mengatakan: “Kondisi pasar disini kan gak teratur, sudah jauh sekali penurunannya, sekarang sudah sepi, jadi kita gak sanggup mempekerjakan karyawan, berat di gajinya. Kalau lagi padat pesanan, anggota keluarga dimaksimalkan semua dan berbagi dengan penyablon lain, bagi-bagi rejeki lah. Tapi kita kan gak terikat, tidak seperti kalau ada karyawan, mesti digaji tiap bulan.”

IV.3.2.2 Promosi Produk