Perusahaan dengan persediaan yang rendah dapat menjual produk lebih rendah dibandingkan dengan pesaingnya. Karena menggunakan peralatan dan
fasilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan yang memiliki persediaan yang tinggi. Hasil akhirnya maka biaya yang rendah dapat ditukar dengan harga yang
rendah. Perusahaan dengan jumlah persediaan yang rendah dapat merespon konsumen lebih baik sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih baik Ruhl Jack,
1996. Pada penelitian ini, indikator persediaan difokuskan menjadi 2 bagian, yaitu perencanaan bahan baku dan supplier serta melihat peluang pasar.
IV.3.1.1 Perencanaan Bahan Baku dan Supplier
Bagi seorang pelaku UKM yang melangkah masuk ke dalam seluk beluk kewirausahaan harus siap untuk berkiprah dalam kompetisi yang mungkin tidak
sehat. Tidak tertutup kemungkinan bahwa lingkungan yang dimasuki akan penuh dengan batu sandungan yang menghambat kemajuan diri maupun usahanya.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka selayaknya komponen-komponen dalam UKM mempunyai kualifikasi efisien, efektif, dan produktif. Biaya dan
ongkos yang efisien, teknik produksi dan program pemasaran yang efektif, serta tenaga kerja dan pengguna aktiva perusahaan secara produktif akan lebih
menguntungkan bagi suatu usaha. Oleh sebab itu, dalam perencanaan bahan baku dan supplier yang akan menunjang kebutuhan usaha, para pelaku usaha perlu
memilah apa bahan baku yang akan digunakan, dimana akan mendapatkannya, dan siapa yang akan menyediakannya untuk memperoleh hasil yang paling
menguntungkan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui bagaimana para pelaku usaha di PIK Medan Tenggara dalam merencanakan dan akhirnya memperoleh bahan baku dan supplier mereka,
penulis telah melakukan beberapa wawancara. Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa para pengusaha tersebut memperoleh bahan baku
produknya dari tempat-tempat yang berbeda. Umumnya lokasi perolehan bahan baku adalah di kota Medan, seperti Pasar Perniagaan, Pasar Sambu, Pasar Sentral,
namun ada juga yang didatangkan dari luar daerah, seperti Jakarta dan Bandung. Bapak Rustam misalnya, seorang pengusaha sepatu, beliau mengatakan:
“Saya mendatangkan bahan baku untuk sepatu ini dari Bandung, sudah ada pemasok tetap disana dan bisa dipercaya. Setiap minggu barang rutin dikirim dari
sana. Tidak pernah ada masalah dari persediaan bahan baku, lancar-lancar saja apalagi kalau kita dan suppliernya sudah kenal lama, pasti tidak dipersulit karena
udah saling percaya.”
Hal yang sama juga disebutkan oleh Pak Syafri, seorang pengusaha di bidang jahit pakaian taylor, beliau menyebutkan dalam hasil wawancaranya:
“Saya membeli bahan baku kain yang akan dijahit dari pajak ikan Pasar di jalan perniagaan, red. Disana tersedia lengkap jenis-jenis kain yang saya
butuhkan sesuai dengan pesanan pelanggan dengan harga yang cukup murah. Saya punya tempat langganan untuk membeli bahan supplier, red, jadi kalau lagi
butuh bahan baku, saya tinggal telepon langganan saya itu untuk disediakan dan saya jemput kesana, kadang juga mereka mau mengantar kesini ke lokasi usaha
di PIK, red. Sudah saling percaya lah.”
Bagi ibu Fauziah, pengusaha bordir dan reseller pakaian jadi, beliau yang biasanya membordir kain mukena, membeli bahan dari pasar sentral, dan apabila
mendekati Hari Raya Lebaran, ia memesan barang pakaian jadi dari Jakarta untuk kemudian dijual kembali.
Universitas Sumatera Utara
Begitupun dengan Pak Edy, seorang pengusaha tas, beliau memperoleh bahan baku untuk pembuatan tas nya dari kawasan Medan maupun dari luar Kota
Medan, tergantung dari kesediaan bahan baku yang diminta oleh pelanggan. Beliau menyebutkan:
“Saya cari bahan baku untuk tas itu dari kawasan Medan ini, seperti Pasar Perniagaan atau toko-toko orang China yang banyak jual tas. Kalau stok bahan
yang diminta pelanggan lagi kosong di Medan, baru minta kirim dari Jakarta. Sulitnya dapat barang waktu masih baru-baru usaha, kan belum saling kenal,
harga juga masih agak mahal. Tapi ketika sudah terjalin lama, harga semakin murah dan terpercaya, mereka tidak mau salah-salah kirim barang.”
Ketika ditanyakan apakah terdapat kendala dalam memperoleh bahan baku, para pengusaha umumnya mengaku bahwa tidak ada kendala. Baik pengusaha
sepatu, tas, maupun pakaian, mereka telah mengoordinir pola pemesanan bahan baku mereka maupun supplier yang akan menyediakannya. Seperti pernyataan
dari Pak Jepri, pengusaha sablon baju, beliau mengatakan: “Kalau untuk bahan baku dalam jumlah banyak, saya selalu datangkan dari
Bandung, tapi kalau tidak terlalu banyak, saya ambil dari Pasar Sambu. Tidak ada kendala kalau untuk bahan baku, karena kita kan sudah lama buka usaha, jadi
sudah banyak kenal dengan supplier, mereka saling melengkapi dalam menyediakan produk yang sesuai keinginan pelanggan. Kalau supplier yang satu
lagi kosong stoknya, kita ke supplier yang lain. Jadi tidak ada masalah.”
Persediaan berkaitan dengan cadangan bahan baku produksi yang dimiliki oleh setiap pelaku usaha. Hal ini mengacu kepada apakah terdapat stok bahan
baku yang dapat dilihat oleh konsumen ketika mereka datang untuk memesan produk. Dari para 15 pelaku usaha yang diwawancarai, 10 orang 66,67
mengaku mempunyai persediaan bahan baku untuk produksi dalam bangunan usaha mreka, sementara 5 orang 33,33 lagi mengatakan bahwa mereka tidak
Universitas Sumatera Utara
memiliki persediaan dan baru memesan bahan baku setelah ada pesanan dan bahan baku yang dipesan sesuai dengan besarnya pesanan.
Bapak Jepri, seorang pengusaha sablon baju, menjelaskan: “Saya memiliki stok baju untuk disablon dengan jenis bahan yang berbeda-beda,
hal ini perlu agar ketika konsumen datang, mereka dapat memilih bahan pakaian yang sesuai dengan selera mereka secara langsung. Berapa lama bahan baku akan
tetap disini itu tidak tentu, karena kami hanya menyablon baju sesuai permintaan konsumen, jadi cepat lambatnya persediaan itu habis juga tergantung konsumen
yang datang. Tapi biasanya kami belanja bahan itu 2 kali dalam seminggu, kalau pesanannya sedang banyak, bisa lebih sering lagi.”
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Leny, grosir pakaian jadi: “Saya memang wajib memiliki stok barang dagangan disini bangunan usaha,
red, karena konsumen hanya membeli jenis barang yang saya sediakan. Kalau ada permintaan akan jenis yang belum ada disini, disuruh tunggu dulu supaya
dipesan, setelah datang baru mereka dikabari lagi. Kalau belanja barang-barang ini kami lakukan 1 kali dalam 2 minggu, tapi kalau menjelang hari-hari besar
keagamaan, 1 x dalam seminggu.”
Begitupun dengan Ibu Kaminan, pengusaha sepatu, beliau mengatakan: “Saya dan suami rutin berproduksi, minimal 12 pasang 1 lusin sepatu setiap
harinya. Jadi kami menyediakan bahan baku di rumah ini tapi tidak banyak dan biasanya hanya 1 jenis bahan sesuai dengan model sepatu yang akan dibuat.
Karena yang menentukan model sepatunya adalah kami, bukan menurut konsumen. Biasanya kami sediakan bahan baku untuk produksi 1 minggu.”
Bagi pengusaha yang tidak menyediakan stok bahan baku di rumah produksinya, mereka beralasan kurangnya modal, seperti pernyataan Ibu Nino,
pengusaha sepatu: “Saya tidak rutin lagi berproduksi, karena kekurangan modal. kalau dibuat stok di
rumah, uangnya kan tertahan disitu sampai produknya laku, jadi kami membuat sepatu kadang-kadang saja.”
Universitas Sumatera Utara
Berbeda dengan Ibu Fauziah, pengrajin bordir dan juga reseller pakaian jadi, beliau menjelaskan:
“ Saya tidak menyediakan stok barang di rumah karena mukena untuk dibordir mudah didapat di Pasar Sentral. Jadi kalau ada yang mau pesan bordiran, saya
tinggal ke pasar untuk beli bahannya. Lebih mudah seperti itu.”
Jawaban dari Bapak Edy, pengusaha tas, juga agak sedikit berbeda: “Saya tidak perlu membuat stok bahan baku karena saya sudah punya katalog
jenis-jenis tas yang bisa dipesan. Jadi ketika ada konsumen yang datang untuk memesan, mereka tinggal memilih dari katalog tersebut, baru kemudian saya
membeli bahan bakunya. Lebih mudah dan murah seperti itu, karena barang yang akan dibuat sudah pasti akan laku.”
IV.3.1.2 Melihat Peluang Pasar