Alasan yang sama juga dikemukakan oleh Pak Syafri, penjahit pakaian “Syafri Taylor”, Pak Jepri dan Pak Slamet, pengusaha sablon, Ibu Fauziah,
pengusaha bordir, serta Ibu Diah, pengusaha konveksi. Alasan lain yang dikemukakan oleh Ibu Kaminan, Ibu Nino, Pak Dedy, Ibu Yumai, Pak Rizky,
yang adalah pengusaha-pengusaha sepatu, mereka mengatakan alasan mereka tidak mengikuti pameran adalah kekurangan dana untuk menambah jumlah
produksi sepatu. Mereka yang hanya mampu membuat rata-rata 1 lusin sepatu setiap harinya, tidak sanggup menambah jumlah tersebut untuk dijual di pameran.
Sementara itu, usaha Pemko Medan dalam membangun kemitraan UKM dengan koperasi di PIK pun dapat dikatakan gagal. Hal ini dibuktikan dengan
Koperasi PIK KOPIK yang tidak lagi beroperasi sejak tahun 2006. Hal ini sangat dipengaruhi oleh lemahnya pengawasan oleh Dinas KUMKM terhadap
PIK. Bapak Ismed, selaku Ketua KOPIK dulunya mengatakan bahwa kondisi PIK sekarang sedang lumpuh dan para pelaku usaha disana sangat membutuhkan
bantuan pemerintah untuk menghidupkan kembali kondisi tersebut demi keberlangsungan hidup usaha-usaha disana sekaligus hidup para pelakunya yang
sangat bergantung dari hasil usaha mereka.
IV.3.2.2 Fasilitas Penunjang
UKM di Indonesia meskipun masih lemah, namun merupakan sektor strategis yang berpeluang menapatkan berbagai fasilitas penunjang dari
pemerintah maupun non-pemerintah. Yang dimaksud dengan fasilitas penunjang yaitu sesuatu yang membantu pelaku usaha untuk lebih memajukan usahanya agar
Universitas Sumatera Utara
lebih efisien, efektif, serta produktif dalam menjalankan usahanya. Salah satu contohnya adalah lokasi usaha yang baik dan strategis. Lokasi usaha sangat
mempengaruhi keberlangsungan usaha itu sendiri, meliputi akses yang mudah ke tempat tersebut dan suasana yang mendukung pertumbuhan usaha.
Komplek PIK terletak di Jalan Menteng VII, Medan Tenggara. Letak lokasi ini kurang strategis karena berada hampir di pinggiran Kota Medan. Transportasi
umum seperti angkutan kota angkot memang ada namun jumlahnya sedikit dan rutenya tidak bervariasi yang berasal dari setiap penjuru Kota Medan. Seperti
halnya dari dan ke Padang Bulan misalnya, dimana penulis tinggal, tidak ada angkot yang memiliki rute tersebut, sehingga cukup sulit bagi warga Padang
Bulan untuk mencapai daerah ini. Lokasi PIK ini tidak berada di tempat yang mudah dijangkau oleh setiap orang dari penjuru Kota Medan.
Namun demikian, tetap ada hal positif dari pemilihan lokasi ini, yaitu jarak yang dekat dengan terminal Amplas dan jalan Sisingamangaraja yang adalah
pusat stasiun-stasiun bus angkutan antar kota dalam provinsi AKDP dan bus antar kota antar provinsi AKAP.
Hal tersebut akan berkaitan erat dengan perolehan bahan baku, daerah pemasaran dan promosi usaha. Karena jauh, maka para pelaku usaha juga akan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperoleh bahan baku, begitu juga untuk pemasaran hasil produksi. Oleh sebab lokasi yang kurang mendukung itu
juga, agar lebih dikenal masyarakat, seharusnya PIK dipromosikan lebih banyak lagi. Sehingga dengan promosi yang baik, meskipun tempatnya jauh, masyarakat
tetap akan datang kesana.
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan hal lokasi tersebut, berdasarkan hasil wawancara penulis, Bapak Tunggar, SH menyatakan pendapatnya sebagai berikut:
“Pemiilihan lokasi PIK itu sejalan dengan tata ruang Kota Medan. Komplek usaha seperti itu memang cocoknya disitu karena lahan yang dibutuhkan cukup luas.
Kalau di pusat kota kan sudah untuk pemerintahan, pusat-pusat perbelanjaan dan pendidikan. Daerah Menteng VII itu cukup bagus, tidak terlalu sulit sebenarnya
mencapainya, dekat dengan terminal Amplas yang pasti semua orang yang tinggal di Medan sudah tahu.”
Menurut para pelaku usaha di PIK sendiri, lokasi usaha mereka memang sudah cukup bagus, hanya saja penampilan komplek itulah yang kurang baik.
Seyogianya tempat usaha harus benar-benar menampilkan kesan yang sibuk, semua orang bekerja, semua toko buka dan beroperasi. Namun yang terlihat
adalah jemuran-jemuran pakaian dan banyaknya toko-toko yang tutup dan tidak beroperasi, serta halaman-halaman yang kotor depan yang kotor. Hal ini tentu
akan sangat mengganggu bagi pengunjung yang datang, mereka tidak menemukan ada aura bisnis di kawasan tersebut sehingga mungkin akan enggan untuk datang
lagi. Selain lokasi usaha, fasilitas penunjang lain adalah adanya bentuk badan
hukum dan perizinan. Bentuk badan hukum yang tepat dan layak akan membantu pelaku usaha agar lebih mudah mengakses kredit untuk modal dari lembaga-
lembaga perbankan milik pemerintah maupun non-pemerintah. Bentuk badan hukum usaha dapat berupa:
a. Usaha Perseorangan
b. Usaha Persekutuan seperti Fa, CV
c. Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
d. Koperasi
e. Perkumpulan Usaha
f. Yayasan
PIK Medan Tenggara tentu saja sudah memiliki badan hukum pada saat pendiriannya, sebab didirikan secara langsung oleh Pemko Medan berupa
perkumpulan usaha. Untuk perizinan sendiri, seluruh pelaku usaha di PIK mengaku telah memilikinya. Seperti pernyataan dari Bapak Rustam:
“Kita umumnya di sini sudah urus surat izin usaha itu. Tapi bagi kami yang penting kelangsungan UKM itu bukan semata-mata soal izin usaha. Kalau tidak
ada upaya pemerintah dalam pembinaan dan bantuan usaha permodalan, sulit bagi kami mengembangkan usaha kecil ini yang makin tersaingi oleh industri
menengah dan besar.”
Jawaban tersebut dipilih mewakili seluruh jawaban responden yang juga menyatakan hal yang tidak jauh berbeda.
IV.3.3 Throughput