Melihat Peluang Pasar Persediaan

Berbeda dengan Ibu Fauziah, pengrajin bordir dan juga reseller pakaian jadi, beliau menjelaskan: “ Saya tidak menyediakan stok barang di rumah karena mukena untuk dibordir mudah didapat di Pasar Sentral. Jadi kalau ada yang mau pesan bordiran, saya tinggal ke pasar untuk beli bahannya. Lebih mudah seperti itu.” Jawaban dari Bapak Edy, pengusaha tas, juga agak sedikit berbeda: “Saya tidak perlu membuat stok bahan baku karena saya sudah punya katalog jenis-jenis tas yang bisa dipesan. Jadi ketika ada konsumen yang datang untuk memesan, mereka tinggal memilih dari katalog tersebut, baru kemudian saya membeli bahan bakunya. Lebih mudah dan murah seperti itu, karena barang yang akan dibuat sudah pasti akan laku.”

IV.3.1.2 Melihat Peluang Pasar

Dalam pertumbuhan ekonomi Mc.Clelland dalam Suwarsono;1990 tidak hanya menjelaskannya melalui faktor eksternal, akan tetapi pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu nilai-nilai yang mendorong individu untuk mengeksploitasi peluang untuk meraih kesempatan yang ada. Seringkali peluang tidak kelihatan dan harus diciptakan sendiri oleh para pelaku usaha dengan atau tanpa memancingnya terlebih dahulu dengan produk dan jasa-jasa yang telah ada. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan UKM-UKM lahir karena mereka telah terlebih dahulu melihat pasar yang tersedia, dalam artian bahwa UKM-UKM telah terlebih dahulu melihat kebutuhan masyarakat akan sesuatu baru berani untuk menciptakan sebuah produk yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Anggapan UKM tersebut memang tidak dapat disalahkan karena adanya hasrat dari UKM untuk menghindari resiko kerugian. Universitas Sumatera Utara Dari 15 orang pengusaha PIK yang diwawancarai oleh penulis, seluruhnya 100 menyatakan bahwa mereka tidak menciptakan peluang usaha melainkan hanya menjalankan proses produksi mereka dengan menyesuaikan pada produk- produk yang sedang tren di masyarakat. Seperti pernyataan dari Bapak Edy, pengrajin tas: “Saya tidak berani memunculkan model-model tas baru, takut gak laku di pasar, malah saya jadi rugi. Saya hanya membuat tas sesuai dengan pesanan pelanggan, jadi sudah ditentukan model dan bahannya, dan sudah pasti laku.” Begitu juga dengan Pak Slamet, pelaku sablon baju, dan juga Pak Jepri dengan usaha yang sama, mereka menjelaskan: “Usaha kami bukan menciptakan jenis baju yang baru, karena kami hanya menyablon baju yang sudah jadi sesuai dengan keinginan konsumen kami. Kami juga tidak berpikir untuk membuka pabrik baju, di pasaran sudah banyak sekali jenis pakaian dengan berbagai bahan dan model yang mudah didapatkan dengan harga yang relatif murah pula. Jadi kami tetap bertahan dengan bisnis sablon saja.” Hal senada juga disampaikan oleh para pelaku usaha lain, baik pengrajin sepatu, penjahit pakaian, pengusaha batik, pengrajin bordir: “Kami melihat produk apa yang saat ini sedang tren di masyarakat dan berusaha mengikutinya. Biasanya bahan bakunya sudah mudah dicari di pasar. Kalau untuk menciptakan peluang baru, kami tidak pernah melakukannya, takut tidak diterima di pasaran. Apalagi persaingan juga jauh semakin ketat. Setiap hari ada saja bentuk-bentuk usaha baru yang mauncul. Kami mencari jalan termudah dan termurahnya saja.”

IV.3.2 Biaya Operasional